Monday, December 3, 2012

Mengenal 9 Tipe Kecerdasan Jamak




Mendidik anak bukan hal yang mudah. Guru dan orang tua harus paham betul dengan kondisi, perilaku dan karakter anak dengan baik.
Di lingkungan kita sudah lazim dikenal bahwa anak yang pintar adalah anak yang nilai raport atau ulangan yang bagus atau hal-hal yang ukurannya sifatnya masih belum menjadi representasi menyeluruh dari kecerdasan anak.
Seorang anak bisa jadi unggul di bidang tertentu dan lemah di bidang lain. Dengan kata lain, anak memiliki tipe kecerdasan yang berbeda-beda.
Teori yang dikembangkan oleh Howard Gardner, dari Harvard University, menyebutkan bahwa kecerdasan dapat dilihat dari 9 macam.
Seringkali kita hanya menilai kecerdasan dari satu macam saja.
9 kecerdasan menurut Gardner adalah:
  • 1. Kecerdasan Logika Bahasa (Logical-linguistic), yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kata dan bahasa (orator, penulis, penyiar, dll).
  • 2. Kecerdasan Logika Matematika  (Logical-mathematical) adalah  kecerdasan yang berkaitan dengan angka dan pemecahan masalah (ahli matematika, bankir, dll).
  • 3. Kecerdasan Spasial  (Spatial), yaitu  kecerdasan yang berkaitan dengan gambar  dan citra visual (sutradara, desainer, seniman, dsb).
  • 4. Kecerdasan Musik (Musical), yaitu  kecerdasan yang berkaitan dengan kepekaan terhadap tinggi rendah nada dan suara (penyanyi, komposer, dll).
  • 5. Kecerdasan Kinestetik (Bodily-Kinesthetic), yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan gerak tubuh (atlet, penari, dsb).
  • 6. Kecerdasan   Interpersonal   (Interpersonal), yaitu  kecerdasan   yang   berkaitan   dengan interaksi sosial (politisi, psikolog, pekerja sosial, dsb).
  • 7. Kecerdasan  Intrapersonal  (Interapersonal), yaitu kecerdasan yang berkaitan pemahaman diri (psikolog, spiritualis, penulis, dll).
  • 8. Kecerdasan   Naturalistik   (Naturalistic), yaitu kecerdasan   yang   berkaitan   dengan perhatian/kepekaan terhadap alam dan lingkungan (ahli biologi, pecinta alam, aktivis lingkungan, pendaki gunung, dll).
  • 9. Kecerdasan   Eksistensial   (Existensial), yaitu kecerdasan   yang   berkaitan   kepekaan menghubungkan antara keberadaan diri (eksistensi diri) dengan alam semesta (filosof, spiritualis, ilmuwan, seniman, dsb).

Lebih lanjut dinyatakan bahwa 9   kecerdasan   tersebut   ada  pada  diri   setiap  orang   tetapi  dengan tingkat yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki cara unik untuk menyerap dan mengaktualisasikan informasi dan pengetahuan.
Guru, pendidik dan orang tua seharusnya mampu mengenali kecerdasan anak sesuai tipe-nya sehingga dapat memberikan motivasi dan arahan yang tepat agar anak dapat mengembangkan diri sesuai kecerdasan yang dimilikinya.

Sumber: Wikipedia

HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS



DAFTAR  ISI

Daftar Isi ………………………………………………………...                   i
Kata Pengantar ……………………………………………………………            ii
BAB I             PENDAHULUAN
A.Latar Belakang …………………………………………………                        iii
B.Tujuan Pembahasan ……………………………………………            iv        


BAB II            HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
A. Pengertian Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus……………            1
B. Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus………………….                        2
C. Pervalensi ( pemerataan)………………………………………             4


BAB III          PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA
Pentingnya Pendidikan Inklusi……………………………….             5


BAB IV          PERAN GURU DALAM KEMITRAAN ORANG TUA
A.    Peran guru dalam menjalin hubungan kemitraan………….             6

KESIMPULAN ……………………………………………………………           7
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..                       8


KATA PENGANTAR



            Syukur Alhamdulillah selalu dipanjatkan kehadirat Allah,atas segala nikmat,karunia,dan maunah-Nya sehingga kita senantiasa dapat menjalankan tugas dan amanah-Nya.

Dalam usaha membantu para mahasiswa di bidang Ilmu Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,maka kami menyusun makalah ini. Dalam menyusun makalah berjudul Layanan Pendidikan Anak Usia Dini berkebutuhan khusus ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa untuk lebih mengetahui konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini,dan kami berharap makalah ini menjadi bahan telaah bagi para mahasiswa.

Kami menyadari makalah ini masih ada kekurangannya,karena itu para mahasiswa dapat mengemukakan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam pembelajaran.







                                                                                    Palembang,14 September 2012
                                                                                   

                                                                                    Penyusun





Rounded Rectangle: 1
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan dari orang lain.

Anak penyandang cacat mulai diakui keberadaannya, dan oleh sebab itu mulai berdiri sekolah-sekolah khusus, rumah-rumah perawatan dan panti sosial yang secara khusus mendidik dan merawat anak-anak penyandang cacat. Mereka yang menyandang kecacatan, dipandang memiliki karakteristik yang berbeda dari orang kebanyakan, sehingga dalam pendidikannya mereka memerlukan pendekatan dan metode yang khsusus pula sesuai dengan karakteristiknya. Oleh sebab itu, pendidikan anak penyandang cacat harus dipisahkan (di sekolah khusus) dari pendidikan anak lainnya.

Konsep pendidikan seperti inilah yang disebut dengan konsep Special Education, yang
melahirkan sistem pendidikan segregasi. Di Indonesia, sistem pendidikan segregasi sudah berlangsung selama satu abad lebih, sejak dimulainya pendidikan anak tunanetra pada tahun 1901 di Bandung. Konsep special education dan sistem pendidikan segregasi lebih melihat anak dari segi kecacatannya (labeling), sebagai dasar dalam memberikan layanan pendidikan. Oleh karena itu terjadi dikotomi antaran pendidikan khusus (PLB) dengan pendidikan reguler. Pendidikian khusus dan pendidikan regular dianggap dua hal yang sama sekali berbeda.

Konsep dan pemahaman terhadap pendidikan anak penyandang cacat terus berkembang, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat. Pemikiran yang berkembang saat ini, melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang yang lebih bersifat humanis, holistik, perbedaan individu dan kebutuhan anak menjadi pusat perhatian. Dengan demikian layanan pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi didasarkan pada hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak. Oleh karena itu layanan pendidikan anak penyandang cacat tidak harus di sekolah khusus, tetapi bisa dilayani di sekolah regular terdekat dimana anak itu berada. Cara berpikir seperti ini dilandasi oleh konsep Special needs education, yang antara lain melatarbelakangi munculnya gagasan pendidikan inklusif (UNESCO, 1994).


B. Tujuan Pembahasan

Dengan mempelajari makalah ini, pembaca diharapkan dapat memiliki gambaran, pengetahuan, dan wawasan yang cukup tentang jenis-jenis dan karakterisitk anak yang tidak biasa ini sehingga pada gilirannya memiliki sikap dan perilaku yang positif dan mampu memberikan perlakuan secara tepat untuk membantu mengembangkan potensi yang dimiliki.




 



BAB II
HAKIKAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. Pengertian Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus

Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan dan merupakan terjemahan dari child with specials needs yang telah digunakan secara luas di dunia nternasional. Ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang dan anak luar biasa. Ada satu istilah yang berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan pendekatan dari difference ability. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa kosekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah diergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan prestesinya.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hamabatan belajar dan hambatan perkembang yang dialami oleh masing-masing anak.

Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu: (a) anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen, akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), seperti anak yang tidak bisa melihat (atunanetra), tidak bisa mendengar (tunarungu), anak yang mengalami cerebral palsy dst. Dan (b) anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer.



B. Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus

Untuk memahami anak berkebutuhan khusus berarti kita harus melihat adanya berbagai perbedaan bila dibandingkan dengan keadaan normal, mulai dari keadaan fisik sampai mental,dari anak cacat sampai anak berbakat intelektual.
 Perbedaan untuk memahami anak berkebutuhan khusus dikenal ada dua hal yaitu perbedaan interindividual dan perbedaan intraindividual.

1.      Perbedaan Interindividual
Berarti membandingkan perbedaan individu dengan orang lain dalam berbagai hal diantaranya perbedaan keadaan mental (kapasitas kemampuan intelektual), kemampuan panca indera (sensory), kemampuan gerak motorik, kemampuan komunikasi, kemampuan perilaku, dan keadaan fisik.
a.       Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan panca indera
1) Anak dengan gangguan penglihatan
2) Anak dengan gangguan pendengaran
3) Anak dengan kelainan autistic
b.      Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan fisik dan kemampuan gerak motoric
c.       Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan kemampuan komunikasi
d.      Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan kemampuan emosi dan perilaku
e.       Perbedaan interindividual berdasarkan keadaan prestasi belajar

Pengelompokan ini penting karena pada umumnya secara pendidikan kadang-kadang mereka memiliki gejala yang sama, ialah sama-sama mengalami kesulitan belajar atau problema dalam belajar. Jika kita dapat menganalisis dan mencari sumber penyebab seta dapat mengelompokkan secara tepat, maka kita dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan khusus mereka.
Mengenai anak berkesulitan belajar spesifik (spesific learning disability), juga dapat dibagi menjadi dua jenis, ialah kesulitan belajar praakademik dan kesulitan belajar akademik.


1) Kesulitan Belajar Praakademik
Ada tiga jenis anak dengan kesulitan belajar Praakademik:
Ø  Gangguan Motorik dan persepsi
Gangguan motorik disebut dispraksia, mencakup gangguan pada motorik kasar, penghayatan tubuh, dan motorik halus.
Ø  Kesulitan belajar kognitif
Pengertian kognitif mencakup berbagai aspek struktural intelek yang diprgunakan untuk mengetahui sesuatu.
Ø  Gangguan perkembangan bahasa
Disfasia adalah ketidakmampuan atau keterbatasan kemmpuan anak untuk menggunakan simbol linguistik dalam rangka berkomunikasi secara verbal. Defisia ada dua jenis : yaitu defisia reseptif dan defisia eksprsif. Pada defisia reseptif anak mengalami gangguan pemahaman dalam penerimaan bahasa. Pada defisia eksprsi anak tidak mengalami gangguan pemahaman bahasa, tetapi ia sulit mengekspresikan kata secara verbal.
Ø  Kesulitan dalam penyesuaian perilaku sosial
Pada anak yang periakunya tidak diterima oleh lingkungan sosialnya, baik oleh sesama anak, guru, maupun orang tua. Ia ditolak oleh lingkungan sosialnya karena sering mengganggu, tidak sopan, tidak tahu aturan atau berbagai perilaku neatif lainnya.

2) Kesulitan Belajar Akademik
Meskipun sekolah mengajarkan berbagai mata pelajaran atau bidang studi, klaisfikasi kesulitan beljar akademik tidak dikaitkan dengan semua mata pelajaran atau bidang studi tersbut. Ada tiga jenis kesulitan belajar akademik sebagai berikut :

Ø  Kesulitan belajar membaca (Disleksia)
Kesulitan belajar membaca yang berat dinamakan aleksia.. Ada dua jenis pelajaran membaca, membaca permulaan atau membaca lisan dan membaca pemhaman.
Ø  Kesulitan belajar menulis (disgrafia)
Kesulitan belajar menuli yang berat disebut agrafia. Ada tiga jenis pelajaran menulis, yaitu:
(a). menulis permulaan.
(b). mengeja atau dikte dan
(c). menulis ekspresif.

Ø  Kesulitan belajar berhitung (diskalkulia)
Kesulitan belajar berhitung yang berat disebut akalkulia.

2.      Perbedaan Intraindividual
Suatu perbandingan antara potensi yang ada di dalam diri indivdu itu sendiri, perbedaan ini dapat muncul dari berbagai aspek meliputi intelektual, fisik, psikologis, dan sosial.

Rounded Rectangle: 10C. Pervalensi ( pemerataan)

Dalam mengemukakan jumlah anak berkebutuhan khusus terjadi perbedaan antar lembaga, hal ini dimungkinkan adanya perbedaan definisi dan kebutuhan yang disesuaikan dengan bidang lebaga masing-masing. Jumlah anak berkebutuhan khusus di negara maju seperti USA ada 11,50% dari populasi, sedang di negara berkembang seperti Indonesia dimungkinkan lebih banyak.
Sedangkan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia belum ada data yang akurat, hal ini terkait dengan adanya sikap masyarakat yang masih menganggap anak berkebutuhan khusus sebagai aib keluarga, sehingga setiap ada sensus penduduk yang dilakukan setiap 10 tahun sekali selalu tidak muncul adanya anak berkebutuhan khusus. Menurut data BPS hasil sensus 2003 di Indonesia terdapat 1,48% penyandang cacat, hal ini sangat jauh bila dibandingkan dengan negara maju seperti USA sehingga keakuratan data tersebut masih diragukan. Jumlah anak berkebutuhan khusus yang telah bersekolah di Indonesia ada 81.434 anak (Dir. PSLB,2006:39).



BAB III
PENDIDIKAN INKLUSI DI INDONESIA

Pendidikan Inklusif di Indonesia,ditandai dengan adanya dekralasi menuju pendidikan inklusif yang merupakan suatu bentuk landasan yuridis/landasan kebijakan bagi penyelenggaraan pendidikan yang mengintegrasikan antara layanan anak normal dengan anak berkebutuhan khusus.

Pentingnya Pendidikan Inklusi
    Menurut Foreman Dalam Mulyono (1994;126)
1.      Hasil-hasil penelitian tidak menunjukan bahwa sekolah khusus memberikan kemampuan social dan akademik yang lebih baik bagi siswa berkebutuhan khusus jika dibandingkan sekolah regular.
2.      Hasil-hasil penelitian menunjukan anak memperoleh keberuntungan dari sekolah inklusif
3.      Telah diterima nya secara luas tentang hak semua orang untuk berpartisipasi dalam masyarakat.













BAB IV
PERAN GURU DALAM KEMITRAAN ORANG TUA

Peran guru dalam menjalin hubungan kemitraan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam menjalin hubungan kemitraan dengan orang tua:

  1. Sikap guru yang selalu membantu,artinya guru perlu mengembangkan hubungan berkelanjutan seperti hubungan-mendengarkan,melawan-memaksa,dan sebagainya.
  2. Bertindak proaktif dengan guru,seorang guru perlu proaktif untuk memberikan porsi yang lebih besar pada orang tua. Itu berguna untuk menginformasikan perkembangan anak.
  3. Perpustakaan yang dapat dipinjam,artinya seorang guru dianjurkan menyediakan rak buku yang berisi buku dan kaset yang berhubungan dengan anak sehingga ketika ada pertemuan antara guru dan orang tua,buku dapat dipergunakan orang tua.
  4. makan bersama orang tua dan pameran seni karya anak.
  5. mengadakan pertemuan antara guru dengan orang tua.
  6. Buku catatan orang tua dan daftar nomor telepon.
  7. mengatasi komplain yang disampaikan orang tua.






KESIMPULAN

Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual maupun intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi Rounded Rectangle: 7

dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan



















DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Upi Press
Http://Www.Scribd.Com/Doc/17387933/Mengenal-Anak-Berkebutuhan-Khusus
http://z-alimin.blogspot.com/2008/03/pemahaman-konsep-pendidikan-kebutuhan.html
Suparno, dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Lampung.
Sujiono,Nuraini yuliana.2012.Konsep Dasar Anak Usia Dini.Indeks.s

Makalah Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan





Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C. PEMBATASAN MASALAH.
D. PERUMUSAN MASALAH.

BAB II PEMBAHASAN
A. TUJUAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
B. FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
C. SUMBANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH.

BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN

Daftar Pustaka.



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita berpikir kritis, kreatif, dan produktif.

Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca yang besar. Apabila membaca sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat, maka jelas buku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.

Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.

Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH (LATAR BELAKANG)
Sesuai dengan judul makalah ini “Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah”, terkait dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah dan fungsi serta sumbangan perpustakaan terhadap pelaksanaan program tersebut.
Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1.      Bagaimana peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah
2.      Bagaimana cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ?

C. PEMBATASAN MASALAH.
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
a.       Peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah;
b.      Cara-cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

D. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.        Bagaimana deskripsi peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah ?
2.        Bagaimana deskripsi cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ?



BAB II
PEMBAHASAN

Perpustakaan merupakan bagian intergral dari lembaga pendidikan sebagai tempat kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku maupun bukan buku.
Sesuai dengan judul makalah ini, pembahasan meliputi tujuan perpustakaan, fungsi perpustakaan dan sumbangan perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan.

A. TUJUAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
Tujuan utama penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah meningkatkan mutu pendidikan bersama-sama dengan unsur-unsur sekolah lainnya. Sedangkan tujuan lainnya adalah menunjang, mendukung, dan melengkapi semua kegiatan baik kurikuler, ko-kurikuler dan ekstra kurikuler, di samping dimaksudkan pula dapat membantu menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat murid serta memantapkan strategi belajar mengajar.
Namun secara operasional tujuan perpustakaan sekolah bila dikaitkan dengan pelaksanaan program di sekolah, diantaranya adalah :
1.      Memupuk rasa cinta, kesadaran, dan kebiasaan membaca.
2.      Membimbing dan mengarahkan teknik memahami isi bacaan.
3.      Memperluas pengetahuan para siswa.
4.      Membantu mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya pikir para siswa dengan menyediakan bahan bacaan yang bermutu.
5.      Membimbing para siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik.
6.      Memberikan dasar-dasar ke arah studi mandiri.
7.      Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar bagaimana cara menggunakan perpustakaan dengan baik, efektif dan efisien, terutama dalam menggunakan bahan-bahan referensi.
8.      Menyediakan bahan-bahan pustaka yang menunjang pelaksaanan program kurikulum di sekolah baik yang bersifat kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler.

B. FUNGSI PERPUSTAKAAN SEKOLAH.
Berdasarkan tujuan perpustakaan sekolah, maka dapat dirumuskan beberapa fungsi perpustakaan, sebagai berikut :
1. Fungsi Edukatif.
Yang dimaksud dengan fungsi edukatif adalah perpustkaan menyediakan bahan pustaka yang sesuai dengan kurikulum yang mampu membangkitkan minat baca para siswa, mengembangkan daya ekspresi, mengembangkan kecakapan berbahasa, mengembangkan gaya pikir yang rasional dan kritis serta mampu membimbing dan membina para siswa dalam hal cara menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik.

2. Fungsi Informatif.
Yang dimaksud dengan fungsi informatif adalah perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang diperlukannya.

3. Fungsi Administratif
Yang dimaksudkan dengan fungsi administratif ialah perpustakaan harus mengerjakan pencatatan, penyelesaian dan pemrosesan bahan-bahan pustaka serta menyelenggarakan sirkulasi yang praktis, efektif, dan efisien.
4. Fungsi Rekreatif.
Yang dimaksudkan dengan fungsi rekreatif ialah perpustakaan disamping menyediakan buku-buku pengetahuan juga perlu menyediakan buku-buku yang bersifat rekreatif (hiburan) dan bermutu, sehingga dapat digunakan para pembaca untuk mengisi waktu senggang, baik oleh siswa maupun oleh guru.
5. Fungsi Penelitian
Yang dimaksudkan dengan fungsi penelitian ialah perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber / obyek penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi.

C. SUMBANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN DI SEKOLAH.
Bila diperhatikan secara jenih, maka perpustakan sekolah sesungguhnya memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Sumbangan / peranan perpustakaan antara lain :
1.      Perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan dan pusat kegiatan belajar.
2.      Perpustakaan merupakan sumber ide-ide baru yang dapat mendorong kemauan para siswa untuk dapat berpikir secara rasional dan kritis serta memberikan petunjuk untuk mencipta.
3.      Perpustakaan akan memberikan jawaban yang cukup memuaskan bagi para siswa, sebagai tuntutan rasa keingintahuan terhadap sesuatu, benar-benar telah terbangun.
4.      Kumpulan bahan pustaka (koleksi) di perpustakaan memberika kesempatan membaca bagi para siswa yang mempunyai waktu dan kemampuan yang beraneka ragam.
5.      Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mempelajari cara mempergunakan perpustakaan yang efisien dan efektif.
6.      Perpustakaan akan membantu para siswa dalam meningkatkan dalam kemampuan membaca dan memperluas perbendaharaan bahasa.
7.      Perpustakaan dapat menimbulkan cinta membaca, sehingga dapat mengarahkan selera dan apresiasi siswa dalam pemilihan bacaan.
8.      Perpustakaan memberikab kepuasan akan pengetahuan di luar kelas.
9.      Perpustakaan merupakan pusat rekreasi yang dapat memberikan hiburan yang sehat.
10.  Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa dan guru untuk mengadakan penelitian.
11.  Perpustakaan merupakan batu loncatan bagi para siswa untuk melanjutkan kebiasaan hidup membaca di sekolah yang lebih tinggi.
12.  Kegairahan / minat baca siswa yang telah dikembangkan melalui perpustakaan sangat berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya.
13.  Bila minat membaca sudah tumbuh dan berkembang pada diri siswa, maka perpustakaan juga dapat mengurangi jajan anak, yang ini biasanya dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan anak.
14.  Bahkan perpustakaan juga bagi anak-anak dapat menjauhkan diri dari tindakan kenakalan, yang bisa menimbulkan suasana kurang sehat dalam hubungan berteman diantara mereka.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “Peranan Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah” dapat disimpulkan bahwa :
1.      Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah.
2.      Perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah di semua jenjang pendidikan.
3.      Pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya

B. SARAN
Bertolak dari peranan perpustakaan yang begitu banyak sumbangsihnya dalam pelaksanaan program pendidikan di sekolah, penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1.      Sebaiknya perpustakaan dikelola sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
2.      Peran pengelola perpustakaan / pustakawan yang profesional hendaknya mendapatkan bekal yang cukup sehingga menjadi pustakawan yang handal dan profesional.


DAFTAR PUSTAKA

- Buku Pendidikan Kewarganegaraan
Sumber: http://www.infogue.com/viewstory/2011/01/12/makalah_pendidikan_2011/?url=http://taufikolegune.blogspot.com/2011/01/makalah-pendidikan-2011.html