Wednesday, October 9, 2013

Menghadapi Anak Penakut

Menghadapi Anak Penakut

Anak balita dengan ketakutan yang tak masuk akal itu normal.  Rasa takut memang bagian dari perkembangan anak usia 2-3 tahun yang sehat.  Orangtua harus jeli mengenali setiap jenis ketakutan anak, jangan lindungi berlebihan, atasi dengan bijak.

Inilah beberapa petunjuk untuk menghadapi ketakutan anak:

Ketakutan ditinggal. Ketika anak berteriak atau menangis karena tidak mau ditinggal sendirian, dekap dia  dengan erat agar tenang. Usahakan untuk terus bersama anak, sebab anak usia ini memang tak boleh ditinggal lama sendirian tanpa pengawasan. Bicaralah dengan lembut hingga ia tenang kembali.

Ketakutan akan lingkungan sekitar. Anak-anak usia preschool  yang takut masuk sekolah, akan terbantu jika sering diajak bermain peran dan dibacakan buku-buku yang dapat memotivasinya untuk lebih berani. Memberinya waktu untuk beradaptasi, sangatlah penting. Untuk mengatasi takut pada suara halilintar,  tenangkan anak dengan ritual-ritual tertentu, seperti berlindung di balik selimut atau memberinya “jimat”, misalnya boneka untuk dipeluk.

Ketakutan untuk bergaul dengan manusia lain. Buatlah proses berkenalan dengan orang asing dengan cara yang lebih lembut, misalnya dengan memperkenalkan anak pada orang baru ini secara tatap muka, dan hindari  kontak fisik mendadak selain bersalaman.  Beri anak waktu untuk “menyelidiki” dulu dari jauh siapa orang baru tersebut. Biasakan ia berkumpul dengan banyak orang, terutama kerabat, sehingga ia dapat memberi kepercayaan sedikit demi sedikit pada nenek, tante, atau pengasuh baru.

Takut perpisahan. Fase  pembiasaan perlu dilalaui sesuai dengan kemampuan anak. Sedikit demi sedikit lamanya perpisahan dapat ditingkatkan. Akan sangat membantu jika janji Anda untuk menjemput nya tepat waktu, selalu dipenuhi.  Katakan begini, “Kalau jarum panjang ke bawah sini, Bunda akan menjemputmu, ya” atau “Setelah kamu bobo siang, kita akan bertemu lagi.”

Takut pada malam. Ritual menjelang tidur yang penuh kasih sayang akan memberi rasa aman di malam hari. Anak-anak yang takut gelap biasanya tidur lebih baik jika kamarnya diterangi lampu malam kecil atau pintu kamarnya terbuka. Jika anak Anda terbangun karena mimpi buruk, jangan terlalu dibesar-besarkan. Kehadiran dan “mantera”  “Bunda selalu ada dekatmu” akan menenangkannya dengan baik. Anak-anak lebih besar yang masih takut pada malam hari, dapat dibantu dengan jalan-jalan di malam hari yang menyenangkan.

Takut setan. Dengan ketakutan-ketakutan irasional itu, anak-anak seringkali justeru mendapat ide bagaimana cara mengatasi makhluk-makhluk menyeramkan. MIsalnya: nenek sihir diajak berteman, dengan begitu ia menjadi baik dan akan mengajak anak jalan-jalan naik sapu terbangnya.   Namun demikian,  jangan biarkan anak-anak menonton film horror atau diceritakan dongeng seram. Jika ada sesuatu yang ia takuti, tenangkan dengan cara mendekatkan diri padanya atau membacakan cerita yang dapat membangkitkan keberanian. (me)


Masalah Anak : Pemalu , Pembangkang dan Penakut

Masalah Anak : Pemalu , Pembangkang dan Penakut

A.Faktor Penyebab seorang anak menjadi pemalu.

            Pemalu merupakan sebuah sikap yang timbul dari dlam diri siswa berupa kurangnya rasa percaya diri. Pemalu sangat identik dengan sikap yang menghindari sesuatu.  Dalam hal ini ada beberapa factor penyebab sesorang menjadi pemalu antara lain.


a)      Orang tua terlalu memanjakan anak anak.
Terkadang  mungkin kita akan menghadapi orang tua yang  kurang  memahami pentingnya belajar di kelas  tanpa ditemani  orang tua. Orang tua tersebut biasanya  berusaha mencurahkan kasih sayang kepada anaknya, dan tidak mau anaknya bersedih saat  ditinggalkan di dalam kelas. Hal  tersebut sangat tidak disarankan di  dalam Pendidikan Anak  Usia Dini. sikap orang tua yang sangat memanjakan anaknya ini membuat anak menjadi kurang mandiri.
Bila  menghadapi  anak yang  memang pemalu,  biasanya  penangannya  lebih lama,  karena hal ini lebih bersifat  membangun karakter anak, namun bila hal ini disebabkan kesalahan persepsi anak tentang  suasana kelas yang sebenarnya,  yang  perlu  kita tekankan adalah lebih  pada pengubahan persepsi  anak. Walaupun demikian, cara penangannya  hampir sama, namun jangka waktu “penyembuhannya”  tentu  akan lebih  lama dan lebih  intens anak yang  berkarakter pemalu.

b)      Unsur Keturunan
Hal ini merupakan faktor yang tidak langsung dan belum pasti. Sejak lahir anak tersebut terlihat agak sensitif dan kemungkinan hal itu terjadi karena pembawaan saat ibu yang ketika sedang mengandung mengalami tekanan jiwa maupun fisik. Namun ini juga belum dapat menjadi suatu bukti yang kuat apakah kelak anak yang sensitif itu akan menjadi seorang pemalu.

c)      Masa Kanak-kanak Kurang Gembira
Ada sebagian anak yang mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan pada masa kanak-kanaknya. Misalnya orangtua sering berpindah- pindah, orangtua bercerai, orangtua meninggal, dipaksa pindah sekolah atau dihina oleh teman dan sebagainya. Semua pengalaman itu mengakibatkan terganggunya hubungan sosial mereka dengan lingkungan, suka menghindar atau mundur, dan tidak berani bergaul dengan orang yang tidak dikenal.

d)     Kurang Bermasyarakat
Sifat pemalu akan terjadi bila anak hidup dengan latar belakang di mana ia diabaikan oleh orangtuanya, atau dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mengasingkan diri, terlalu dikekang sehingga mereka tidak dapat mengalami hubungan sosial yang normal dengan masyarakat.

e)      Perasaan Rendah Diri
Mungkin perasaan malu itu timbul karena anak bertubuh pendek, bersikap kaku atau punya kebiasaan yang jelek, lalu berusaha untuk menutupinya dengan cara menyendiri atau menghindari pergaulan dengan orang lain. Karena kurang rasa percaya diri dan beranggapan dirinya tidak sebanding dengan orang lain, ia tidak suka memperlihatkan diri di keramaian.

f)       Pandangan Orang Lain

Banyak anak yang menjadi pemalu karena pandangan orang lain yang telah merasuk ke dalam dirinya sejak kecil. Mungkin orang dewasa sering mengatakan bahwa ia pemalu, bahkan guru dan teman-teman juga berpendapat sama, sehingga akhirnya ia benar-benar menjadi seorang pemalu. 
   
B.Cara mengatasi siswa yang berkarakter pemalu.

            Pemalu pada dasarnya merupakan sebuah kepribadian yang menjadi sebuah karakter seseorang. Namun sikap ini tidak selamanya menjadi karakter sesorang, melainkan hal ini bias dikurangi dan dirubah. Adapun caranya seperti dibawah ini:

a         Memberi Pujian

Pujian ini akan sangat penting untuk memotivasi anak. Dengan pujian anak akan menjadi  lebih berani mengekpresikan diri. Selain itu dengan pujian kita  telah mengajarkan anak untuk selalu berpikiran positif.

b     Memberikan kesempatan lebih untuk berkreasi

Memberikan kesempatan pada hal ini adalah seorang siswa sering diberikan pertanyaan yang bobotnya mudah. Dengan dia bias menjawab maka dia akan mempunyai sikap berani mengeluarkan pendapat.

c     Materi  Pelajaran Menarik dan Mengasah  Kemampuan Sosial

Materi pelajaran yang menarik, akan membuat  anak menjadi  betah berada di dalam kelas. Sebelum mereka sampai ke sekolah, mungkin bayangan mereka adalah mereka akan berada di tempat yang serius dan diajar  oleh guru yang “galak”. Bila kita mengajarkan mereka materi  yang menarik dan menyenangkan,  segala pemiikiran negatif  mereka tentang  suasana kelas bisa kita ubah menjadi  segala sesuatu  yang positif dan fun.

d    Nasihat tentang kemandirian

Nasihat  ini tidak perlu kita tujukan kepada seoarang anak, misalnya hanya kepada anak yang pemalu. Nasihat ini kita tujukan pada semua anak  yang  berada di dalam kelas, agar anak-anak yang  pemalu tidak merasa dihakimi. Nasihat bisa berupa puisi, dongeng dll. Atau bisa juga dengan mengatakan sesuatu  di  dalam kelas yang bersifat  menasihati anak akan pentingnya bersikap mandiri.

e    Mengajarkan orang tua  cara memotivasi  anak.

Hal ini sangat  penting dilakukan karena anak menjadi  pemalu atau terkesan takut, disebabkan oleh kurangnya  motivasi  dari  orang tua. Hal ini biasanya disebabkan karena orang tua yang terlalu  sibuk, sehingga  hanya  memasrahkan masalah pendidikan anak  kepada guru. Padahal pendidikan anak  tidak hanya  berhubungan dengan guru, namun juga jalinan komunikasi  yang  baik antara guru dan orang tua. Dan tentu saja semuanya  harus dilakukan demi kebaikan sang  anak. Hal terpenting yang harus  dilakukan guru  kepada orang tua adalah dengan mengajarkan orang  tua  cara memotivasi  anak.

C.Faktor yang menyebabkan anak menjadi penakut

                Anak senang sekali menyendiri dan melakukan sesuatu di dalam kamarnya,dan bahkan anak sangat cengeng sekali. Perasaan malu adalah perasaan gelisah yang dialami seseorang terhadap pandangan orang lain atas dirinya. Ada yang mengartikannya sebagai sesuatu yang “aneh”, “hati-hati”, “curiga” dan sebagainya.bila hal ini dibiarkan berlarut akan menjadikan sifat Penakut. Jadi penakut pada dasarnanya merupakan akibat dari sikap pemalu yang berlebihan.
Pada umumnya sejak lahir manusia telah memiliki sedikit perasaan malu, namun bila perasaan itu telah berubah menjadi semacam rasa takut yang berlebihan, maka hal itu akan menjadi suatu fobia, yaitu takut mengalami tekanan dari orang lain atau takut menghadapi masyarakat. Anak yang penakut selalu menghindar dari keramaian dan tidak dapat secara aktif bergaul dengan temannya yang lain. Faktor penyebabnya antara lain.

Kata-katanya diremehkan

Sering sekali hasil karya anak anak tidak diperhatikan  oleh orang tuanya. Apalagi jika mendapat hasil yang buruk. Sering sekali anak anak dimarahi berlebihan. Hal ini membuat anak jadi takut karena dia menganggap hasil karyanya selalu salah.

        Dimarahi di depan orang banyak

Sering kali ketika nilai raport diambil orang tua dan hasilnya tak sesuai dengan harapan , maka langsung saja dimarahi didepan orang banyak. Hal ini akan mematikan karakter siswa.

 Dibanding-bandingkan dengan temannya secara berlebihan

Anak anak menjadi minder jika selalu disbanding-bandingkan dengan temannya, karena pada dasarnya setiap  manusia memiliiki karakter berbeda. Memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing. Untuk itu orang tua hendaknya mengenali kelebihan dan kekurangan anaknya.

d    Terlalu over protective

Orang tua yang terlalu melindungi anaknya akan membuat anaknya takut dalam mengambil sikap. Anak menjadi takut berbuat salah. Padahal sebenarnya pada saat  belajar hal baru, sebuah kesalahan justru akan menjadi pelajaran untuk mencari sebuah kebenaran.

D.Cara Mengatasi anak yang penakut

            Berikut ini cara mengatasi siswa yang Penakut.

·         Menghargai Hasil Karyanya


Bagaimanapun hasil karnya kita harus menghargainya. Bila hasilnya memuaskan diberikan sebuah pujian . jika kurang juga diberi pujian dan saran bagaimana agar dia menghasilkan karya yang lebih sempurna.

·         Berikan Perhatian Lebih

Anak yang penakut biasanya kurang perhatian an ketika salah langsung dihakimi didepan orang banyak.  Sebaiknya jika salah dan kita ingin memarahi hendaknya face to face karena anak akan lebih mengena jika diajak berbicara private.

·         Jangan membandingkan berlebihan

Anak anak akan merasa minder bila dibandingkan secara berlebihan. Maka jika kita membandingkan kita berikan dia motivasi. Bandingkan dengan sisipositif dan negatifnya agar anak mampu termotivasi.

·         Berikan kebebasan

Kebebasan dalam hal ini maksudnya adalah sesuatu yang positif. Misalnya jika anak akan belajar naik sepeda jangan langsung dikatakan “nanti jatuh”. Biarkan sebisanya sambil diarahkan bagaimana cara mengendarai yang benar.


E.Faktor Penyebab Siswa Pembangkang

Anak-anak prasekolah sebenarnya sudah diajarkan mengenai aturan dan norma secara konsisten. Sedikit banyak mereka sudah memahaminya. Namun, penanaman aturan dan norma bukanlah proses yang singkat. Ada saja kendala yang menghadang, termasuk ngeyel dan membangkang untuk tidak mematuhi norma atau aturan yang ada.

Sani B Hermawan, Psi, Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, Jakarta menjelaskan penyebab pembangkangan bisa dilihat dari faktor internal maupun eksternal. Sebagai calon pendidik dan orangtua, Anda perlu memahami sejumlah faktor penyebab anak ngeyel ini agar memilih cara yang lebih tepat untuk menanganinya.

1. Faktor internal
·         Ego

Ego anak-anak 6-12 tahun mulai berkembang. Hal ini membuat anak-anak mencoba otoritasnya untuk menguasai dan mengendalikan lingkungan, bukan sebaliknya, lingkungan yang mengendalikan dirinya.

·          Meningkatnya kemampuan kognitif, bahasa, dan social

Anak semakin menyadari bahwa ia dapat bertindak secara mandiri karena memiliki kekuatan untuk berlaku sesuai kehendaknya. Dengan kata lain, anak berada dalam masa "mencoba-coba" sampai di mana keinginannya bisa disampaikan atau diekspresikan.

·         Karakter bawaan

Perlu dipahami, setiap anak berbeda dalam memahami suatu aturan. Ada anak yang mudah dan ada anak yang sulit. Hal ini merupakan kecenderungan bawaan dari lahir.
2. Faktor eksternal
·         Aturan di rumah

Barangkali tanpa disadari aturan yang diterapkan di rumah terlalu keras atau bahkan sebaliknya terlalu "longgar".

·         Ingin diperhatikan

Anak merasa tidak diperhatikan karena kehadiran adik bayi yang menyita perhatian ayah dan ibunya. Ia ingin mendapatkan perhatian, menginginkan sentuhan yang dapat membuatnya merasa tenteram. Ia memerlukan pelukan, ciuman, serta usapan kepala yang penuh kehangatan. Dalam kasus ini anak sedang marah kepada orangtua karena sesuatu yang ia inginkan tidak dipenuhi.

·         Protes dan melawan pendapat

Pembangkangan juga dapat sebagai bentuk "protes" lantaran tak dibelikan sesuatu oleh ayah atau ibunya.

F.Cara Mengatasi siswa yang membangkang
            Adapun siswa yang membangkang dapat dikendalikan dengan cara:
  1. Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. siswa yang membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa ditentukan. Jadi guru harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari sang anak dan cara menentang anak yang selalu tidak bisa diprediksi.
  2. Menghindari memberikan argumen balik ke siswa. Hal ini bisa memicu timbulnya masalah, kadang siswa pembangkang menemukan argumen yang bisa memicu guru untuk memberikan argumen balik.
  3. Berikan Ketegasan terhadap suatu permasalahan karena pada dasarnya jika seorang guru tegas, siswa tak akan berani membantah.
  4. Guru harus tetap mempertahankan sikap positif. Konsekuensi yang harus diberikan adalah mengajarkan anak untuk memikirkan dampak dari sikapnya tersebut terhadap kehidupan dan hubungannya dengan siapapun. Hal ini penting untuk menjaga indra kebebasan siswa dan secara langsung akan mengajarkan anak mengenai hal-hal positif serta bisa fokus terhadap pilihannya.
  5. Cobalah memberikan penghargaan yang positif saat anak mau mendengarkan kata-kata orangtuanya. Dengan pemberian hadiah tersebut bisa menjadi awal untuk membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.
  6. Libatkan orang tua dalam memberikan pengertian kepada anak.


Inilah 6 Solusi Ahli Untuk Mengatasi Anak Balita Yang Penakut


Pastikan Ayah Bunda nge-like tombol Facebook Balitapedia di atas untuk mendapatkan tips, resep, games, dan info menarik lainnya seputar tumbuh kembang balita tercinta.

Rasa tidak aman atau ketakutan berlebih yang muncul pada diri seorang balita dapat disebabkan berbagai alasan seperti kurang percaya diri, merasa tidak aman, atau merasa tidak cukup terlindungi. Tingkat rasa takut antara satu anak dengan yang lainya dapat berbeda-beda. Beberapa anak lebih pemalu, sedang yang lainnya tidak mau ditinggal ayah bunda ketika dia sedang beraktifitas. Si kecil juga bisa takut dengan gelap, suara halilintar, suara ledakan, ‘monster’ dari imajinasinya, dan binatang-binatang tertentu.
Sangat wajar jika si kecil lengket dengan ayah bunda ketika merasa takut atau cemas, termasuk takut berpisah dengan bunda meski hanya sebentar. Kebiasanan orang tua atau saudara yang suka menakut-nakuti si kecil juga dapat memupuk sifat penakut si kecil.
Jika si buah hati memiliki rasa cemas atau takut berlebih, ayah bunda tidak perlu khawatir, biasanya perasaan takut tersebut akan berkurang bahkan menghilang seiring dengan bertambahnya usia si kecil. Lakukan upaya-upaya untuk membantu si kecil dalam menanggulangi rasa takutnya, identifikasi sumber rasa takutnya kemudian carilah solusi terbaiknya.
Mengatasi kecemasan dan ketakutan berlebih pada anak balita
1. Jangan pernah mentertawakan atau melecehkan rasa takut si kecil. Rasa takut adalah manusiawi, siapapun termasuk orang dewasa berhak untuk merasa kawatir atau takut pada sesuatu. Berusahanlah untuk berempati dan membesarkan hatinya serta berusahalah untuk mencarikan solusinya.
2. Bantu si kecil untuk mengatasi rasa takutnya secara bertahap. Jika si kecil takut dengan kegelapan, nyalakan lampu tidur selama dia mau, bahkan kalau si kecil belum siap tidur dalam kegelapan, nyalakan lampu semalaman. Jika si buah hati takut dengan binatang tertentu seperti anjing, jelaskan bahwa ayah bunda akan melindungi dia dari binatang yang ia takuti.
3. Perbanyak aktifitas yang melibatkan orang dewasa atau anak lainnya. Hindari meninggalkan si kecil tanpa pemberitahuan. Jika bunda akan meninggalkan dia, informasikan kepadanya meski dia akan menangis. Katakan kepadanya kapan bunda akan kembali, jika memungkinkan berikan mainan kesayangan untuk mengalihkan perhatianya.
4. Jangan pernah mengancam akan meninggalkan mereka. Bagi si kecil berpisah dengan ayah bunda dapat menimbulkan ketakutan yang amat besar dan dapat memicu ketakutan dalam jangka panjang. Alih-alih mengancam akan meninggalkanya, seharusnya ayah bunda lebih meyakinkan si kecil bahwa ayah bunda akan selalu ada untuknya.
5. Rasa percaya diri dan keberanian berkembang secara bertahap, jika bunda mendapati si kecil suka cemas atau takut berlebih, hadapi mereka secara simpatik, bersabar, dan teruslah dorong untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percayadirinya. Jangan berharap si buah hati berubah secara instant.
6. Hindari membicarakan rasa takut si kecil pada orang lain didepan mereka apa lagi jika disertai dengan nada mengolok-olok. Di usia ini, si buah hati sudah bisa merasakan malu atau marah karena menjadi bahan ceritaan yang menurutnya kurang bagus.

http://balitapedia.com/inilah-6-solusi-ahli-untuk-mengatasi-anak-balita-yang-penakut/464

Bayi Penakut

Bayi Penakut

“Pusing deh, bayiku penakut banget. Ditinggal sedikit dia nangis, juga kalau dengar suara keras, wah, petir bisa kalah keras oleh suara tangisnya,” kata Pipit dari Pondok Aren, mama dari Karisa (10 bulan). Sebetulnya, penakut itu keturunan atau bawaan sejak lahir? 

Menurut banyak penelitian, ketakutan bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetis. Tapi seringkali orangtua menunjukkan ketakutannya terhadap sesuatu tanpa sengaja, sehingga anak menangkap sesuatu itu layak ditakuti. Akhirnya anak punya ketakutan yang sama dengan orangtuanya, karena sebetulnya ia meniru.

Tapi, sebetulnya bayi belum mampu meniru, lho, apalagi meniru ketakutan. Jadi, jawaban paling bisa dipercaya tentang bayi penakut adalah masalah kematangan emosi dan meningkatnya kecerdasan. Contoh, ketika mama pergi, bayi mengira mamanya tak akan kembali lagi. Bayi juga takut terhadap gerakan yang tiba-tiba, suara keras, dan bila tiba-tiba didekati orang lain. Ketakutan itu biasanya hilang setelah anak mulai bisa mempercayai lingkungan. 

Jadi, apa yang bisa Anda lakukan? Coba ini:
  • Main cilukba. Bersembunyilah di balik pintu atau selimut, lalu muncullah. Jika berkali-kali ia melihat Anda tetap kembali, ketakutannya akan berkurang.
  • Ciptakan rutinitas harian. Semakin banyak perubahan dalam keseharian, semakin sulit ia percaya pada lingkungan. 
  • Tampilkan keriangan Anda ketika ia terlihat ketakutan. Jika Anda berusaha lama-lama memeluk untuk menenangkan, ia akan menangkap bahwa untuk menghilangkan ketakutan ia membutuhkan Anda. Padahal, ia perlu belajar juga untuk mengatasi ketakutannya sendiri.
Jika perlu, ‘mainkan’ ketakutan tersebut. Misalnya setelah petir menggelegar, bernyanyilah lagu-lagu tentang hujan sambil mengajaknya berdansa. Ia akan tahu, suara keras itu tak perlu ditakuti

http://www.parenting.co.id/article/bayi/bayi.penakut/001/002/99

MAKALAH BIMBINGAN KONSELING ANAK USIA DINI

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka). Golden age merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Pada masa peka, kecepatan perkembangan otak anak selama hidupnya. Artinya, golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Slamet Suyanto, 2003: 6). Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan bantuan orang dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Di mana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai nilai, norma, serta harapan masyarakat. Dalam upaya mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki anak usia dini yang berdasarkan prinsip PAUD, seharusnya setiap pendidikan anak usia dini memahami setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya yang dilakukannya harus berdasarkan pada tahapan tumbuh kembang anak agar mencapai hasil yang optimal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 (Depdiknas, 2003) 2 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan perlu mempertimbangkan proses pertumbuhan dan tahapan tiga anak guna membantu anak mengembangkan dirinya sehingga pendidik dapat menyiapkan pengalaman yang sesuai untuk setiap anak. Meskipun pertumbuhan dan perkembangan fisik juga dipengaruhi oleh faktor keturunan, namun adalah sangat mungkin untuk mengembangkan seluruh garis sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak oleh karenanya, pendidik perlu mengetahui prinsip-prinsip perkembangan fisik dan prinsip perkembangan motorik anak sampai dengan usia 4 tahun. Pendidikan juga perlu mengetahui kebutuhan setiap anak untuk mengembangkan otot-otot besar dan kecilnya pada setiap tingkatan usia. Motorik anak perlu dikembangkan karena tubuh anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, anak lebih berani pada waktu kecil, tanggung jawab dan kewajiban anak lebih kecil. Pendidikan juga perlu mengetahui hal-hal penting sehingga anak dapat mempelajari keterampilan motorik, sehingga anak dapat mempelajari keterampilan motorik yaitu kesiapan belajar, kesempatan belajar, adanya model yang baik, bimbingan, motivasi. Setiap keterampilan motorik 3 harus dipelajari secara individu, keterampilan sebaiknya dipelajari satu per satu. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya, kondisi ketidak berdayaan tersebut secara cepat 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan gerakan kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari, berenang dan sebagainya. Setelah berusia 5 tahun koordinasi otot-otot semakin baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, melempar, menangkap bola, menulis dan menggunakan alat. Upaya mengembangkan keterampilan motorik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan harus dipelajari satu demi satu. Sebagai contoh, bila anak pada awal menggunakan papan titian di sekolah tidak ada bimbingan yang diberikan oleh guru, maka keterampilan tersebut akan di pelajarinya lebih lambat dan kurang efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal mendapatkan bimbingan dari guru. Anak yang tanpa bimbingan pada awal menggunakan papan titian karena tidak tahu caranya, kemungkinan anak kurang berani, kurang keseimbangannya dan kemungkinan jatuh dari papan titian lebih besar. 4 Pembelajaran dalam konsep bermain, pada anak usia TK sangat memerlukan bimbingan, dorongan pengarahan agar memperoleh konsep yang benar. Hendaknya orang tua dan guru jangan terlalu banyak melarang-larang anak. Agar anak menjadi anak yang berani bukan anak yang penakut. Selain itu, pra sekolah masih sangat sulit jika harus berpikiran secara abstrak (tidak ada wujud nyata). Untuk itu pembelajaran yang dilakukan harus mampu memperoleh konsep yang benar, misalnya pembelajaran dengan konsep bermain salah satunya berjalan di atas papan titian (Arum Sekar, 2011: 1). Cerdas melalui bermain merangkum kecerdasan gerak kinestetik, dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide, dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan motorik yang spesifik, seperti koordinasi keseimbangan keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsangan sentuhan dan tekstur. Latihan-latihan gerakan dasar lebih ditekankan dalam bentuk permainan yang sifatnya informal sesuai prinsip belajar mengajar di TK, yakni bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain dengan menggunakan pendekatan integratif (Tadkiroatun Musfirah, 2008: 50). Melihat kenyataan bahwa demikian kompleksnya permasalahan tentang pengembangan motorik kasar pada anak usia dini, sudah seharusnya PAUD memaksimalkan perannya untuk turut mengembangkan beragam kebutuhan anak didik dalam proses peningkatan motorik kasar. Pada kenyataannya tidak 5 sesederhana apa yang tertuang dalam berbagai teori. Banyak sebab yang menjadikan upaya pengembangan motorik kasar pada anak kurang optimal. Berbagai kendala dan hambatan sebagaimana yang dimaksud adalah seperti yang peneliti temukan pada kegiatan pembelajaran di TK Piri Nitikan Yogyakarta khususnya kelompok B yang menjadi subjek penelitian. Kemampuan motorik kasar anak masih terbatas, dan upaya pemberiannya tidak atau kurang terprogram. Dalam beberapa kegiatan permainan fisik yang diharapkan bisa mengembangkan motorik kasar anak didik yang diberikan oleh guru, masih banyak anak yang belum bisa melakukan dengan benar, contohnya seperti anak kurang merespon dengan baik dalam bermain papan titian. Di samping itu kurangnya kesadaran akan pentingnya pengembangan motorik kasar pada diri anak, sehingga anak didik menjalankannya kurang sungguh-sungguh. Kenyataan yang ada di TK Piri Nitikan Yogyakarta, bahwasanya pengembangan motorik kasar pada anak kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta masih rendah. Hal ini diketahui pada tingkat motivasi anak saat ini, masih banyak yang malas untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam upaya mengembangkan kemampuan motoriknya, terutama kegiatan dalam berjalan pada papan titian. Dalam kegiatan berjalan di papan titian bagi anak kelompok B di TK Piri Nitikan Yogyakarta, kenyataannya anak masih banyak yang belum berani dan menguasai keseimbangannya. Bahkan ada yang jatuh dan ada pula yang belum bisa atau belum tahu berjalan di atas papan titian. Hal ini juga dikarenakan kurangnya alat peraga papan titian yang dimiliki, dan 6 ukuran papan titian ini terlalu tinggi buat anak. Selain itu guru dalam memotivasi anak masih kurang dalam meniti papan titian. Akibatnya anakanak untuk melakukan kegiatan berjalan di atas papan titian banyak yang masih takut. Agar kegiatan pengembangan motorik kasar anak dapat terlaksana dengan baik, maka anak dituntut memiliki perhatian dan daya tahan yang baik pula. Seperti disiplin, kerjasama, kecepatan bereaksi, jujur, berkonsentrasi sesuai kemampuan anak. Dengan harapan bisa meningkatkan kemampuan pengembangan motorik kasar melalui bermain papan titian pada anak kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diindentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Masih rendahnya pengembangan motorik kasar pada anak kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta. 2. Kurangnya keberanian dan keseimbangan anak kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta dalam berjalan di atas papan titian. 3. Kurangnya motivasi guru kepada anak untuk berjalan di papan titian yang agak tinggi, sehingga partisipasi anak untuk bermain papan titian kurang maksimal. 4. Kurangnya fasilitas dalam kegiatan berjalan papan titian, sehingga kemampuan motorik anak masih terbatas. 7
C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi pada pengembangan motorik kasar pada anak kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan motorik kasar melalui bermain papan titian pada anak kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta”?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan motorik kasar melalui bermain papan titian pada anak kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, sebagai berikut; 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan teori pada bidang motorik kasar khususnya dalam bermain papan titian. b. Sebagai bahan untuk mengembangkan pembelajaran motorik kasar pada anak TK. c. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan berjalan di papan titian. 8 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, memperoleh pengetahuan bagaimana cara meningkatkan keberanian serta keseimbangan anak dalam berjalan di atas papan titian. b. Bagi anak, menjadikan anak memiliki motivasi yang tinggi, untuk berpartisipasi dalam kegiatan berjalan di papan titian, sehingga anak menjadi berani dan memiliki keseimbangan yang baik dalam bermain papan titian. c. Bagi sekolah, penelitian ini sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya mengembangkan kualitas model pembelajaran, khususnya bermain papan titian.

5 Cara Cepat Mengatasi Rasa Takut



Setiap orang punya rasa takut, karena merupakan bagian dari perasaan seseorang. Tapi, kadarnya berbeda antara seorang dengan yang lainnya. jika takut yang dirasakan berlebihan dan menguasai hidup Anda, itu yang tidak sehat.

Anda harus menemukan cara mengatasi rasa takut, terutama ketakutan yang tidak rasional, dan bisa merugikan, ada beberapa metode untuk mengatasi rasa takut, berdasarkan Methods of Healing

1.Kenali ketakutan Anda
Langkah pertama mengatasi rasa takut cari dulu penyebabnya, apa yang membuat Anda merasakan takut, dan bagaimana perasaan itu menguasai Anda.

Dengan menyadari apa yang menyebabkan ketakutan, hal ini akan membantu Anda mengurangi rasa takut. Sebab, saat berusaha menyadarinya, Cobalah Anda berdialog dengan diri sendiri untuk mencoba mengatasinya.

2.Melawan ketakutan
Bila takut akan sesuatu, salah satu cara terbaik mengatasinya adalah menghadapi dan menantangnya. Jika Anda takut ketinggian, pergilah ke atas sebuah gedung tinggi dan melihat ke bawah. Cara ini membantu Anda mengatasi rasa takut.

3.Mengendalikan mental
Hal ini yang sederhana sekali seperti belajar mengendalikan pikiran Anda untuk menghindari rasa takut. Bila mulai merasa takut, lawanlah perasaan itu. Lakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatian dan hentikan perasaan yang membuat takut. Cara ini sangat efektif kang salman terapkan dalam mengatasi rasa takut.

Hal ini penting sekali dlakukan, terutama bagi mereka yang tidak mampu mengontrol ketakutannya sehingga selalu mengkhawatirkan hal-hal sama. Caranya, hanya menghentikan kekhawatiran atau ketakutan berlebihan.

4.Ubah ketakutan
Untuk menghadapi
sumber dari rasa takut, maka harus mengakui apa yang membuat Anda takut. Setelah itu, mengubah rasa takut itu dengan mencari tahu cara menghadapinya.

Jika merasa takut berjalan sendirian pada malam hari, pada sebagian orang ada yang mengambil kursus bela diri untuk melindungi diri, pada sebagian yang lain dengan cara meningkatkan percaya diri, karena dengan percaya diri akan meningkatkan keberanian.

5.Relaksasi
keyakinan dapat memerangi ketakutan dalam diri sendiri, ini merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam mengatasi rasa takut kita. Sambil melawan rasa takut, dengan membangun rasa percaya diri. Semakin Anda percaya diri, rasa takut yang menguasai pikiran Anda akan berkurang. Maka dari itu sangat disarankan untuk latihan Meditasi dan Yoga, latihan ini dapat menjadi aktivitas pilihan untuk mengatasi rasa takut.