BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pengertian Imunisasi Dasar - Imunisasi adalah upaya yang
dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunisasi ) pada bayi atau anak
sehingga terhindar dari penyakit (Supartini, Y, 2004). (judul
artikel ini adalah Pengertian Imunisasi Dasar, Campak, BCG, Polio, DPT,
WHO, Definisi dan Cara Pemberian)
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang
diberikan untuk mendapatkan kekebalan awal secara aktif.
Upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi sehingga PD3I (penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi) dapat dibasmi, dieliminasi atau
dikendalikan berdasarkan pada Kep. Menkes No. 1611/Menkes/SK/XI/ 2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi (Dinkes.Prov.Jatim, 2006).
Indikator keberhasilan program imunisasi dikatakan
berhasil jika cakupan target imunisasi mencapai target UCI (Universal
Child Imunization) yakni 86% balita telah diimunisasi (www.indomedia.com)
Dewasa ini, desa yang mencapai cakupan imunisasi dasar
lengkap di atas 80% untuk anak di bawah 1 tahun baru sekitar 73% (Van, 2005).
Rendahnya cakupan tersebut mungkin disebabkan kurangnya sosialisasi kegiatan
imunisasi yang dilakukan kader di posyandu, termasuk dampak yang mungkin
terjadi dan cara penanggulangannya (Ginting, 2005). Meja penyuluhan banyak yang
tidak berjalan karena kurangnya pengetahuan dan kepercayaan diri kader dalam
melakukan penyuluhan (www.gizikesmas.multiply.com). Sehingga masih ada ibu-ibu
yang enggan membawa anaknya ke posyandu, selama ini tidak ada penjelasan
tentang kemungkinan yang terjadi akibat imunisasi itu dan apa yang harus
dilakukan jika kemungkinan itu terjadi (Ginting, 2005).
Macam-macam Imunisasi Dasar
Pemerintah melalui Program Pengembangan Imunisasi
(PPI), mewajibkan lima jenis imunisasi dasar pada anak dibawah usia satu tahun,
antara lain :
Pengertian
Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )
1) Diskripsi
BCG adalah
vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis hidup yang sudah
dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2.
2) Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
3) Cara Pemberian dan Dosis :
3) Cara Pemberian dan Dosis :
·
Sebelum
disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
·
Dosis
pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi.
4) Kontra indikasi :
Adanya penyakit kulit yang berat /
menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang
menderita TBC.
5) Efek samping :
Imunisasi BCG tidak menyebabkan
reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul
indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule,
kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara
spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar
regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan
menghilang dengan sendirinya.
Pengertian
Imunisasi DPT – Hepatitis B
1) Diskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid
difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta
vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg
murni dan bersifat non-infectious. Vaksin hepatitis B ini merupakan vaksin DNA
rekombinan yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui teknologi DNA
rekombinan pada sel ragi.
2) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
3) Cara pemberian dan dosis :
Pemberian dengan cara intra muskuler
0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
·
vaksin belum
kadaluarsa
·
vaksin disimpan
dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
·
tidak pernah
terendam air
·
sterilitasnya
terjaga
·
VVM (Vaksin
Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
·
Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit,
kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
1) Diskripsi
Vaksin Oral Polio hidup adalah
Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2
dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal
kera dan distabilkan dengan sukrosa.
2) Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
3) Cara pemberian dan dosis
·
Sebelum
digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
·
Diberilan
secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian,
dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
·
Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
·
Di unit
pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2
minggu dengan ketentuan :
·
vaksin belum
kadaluarsa
·
vaksin
disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
·
tidak pernah
terendam air
·
sterilitasnya
terjaga
·
VVM (Vaksin
Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
4) Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
5) Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping.
Efek samping berupa paralysis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi
(kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull WHO 66 : 1988).
6) Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune
deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian
OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang
menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh. Bagi
individu yang terinfeksi oleh HIV (Human Immunodefisiency Virus) baik yang
tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi OPV harus berdasarkan standar
jadwal tertentu.
Pengertian
Imunisasi Hepatitis B
1) Diskripsi
Hepatitis B rekombinan adalah vaksin
virus rekombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infeksiosus,
berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha)
menggunakan teknologi DNA rekombinan.
2) Indikasi
·
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis
B.
·
Tidak dapat
mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau yang
diketahui dapat menginfeksi hati.
3) Cara pemberian dan dosis
·
Sebelum
digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
·
Sebelum
disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
·
Vaksin disuntikkan
dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
·
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian suntikkan
secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
·
Pemberian
sebanyak 3 dosis.
·
Dosis
pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum
4 minggu (1 bulan).
·
Di unit
pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4
minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan
lagi untuk hari berikutnya.
Pengertian
Imunisasi Campak
1) Diskripsi
Vaksin Campak merupakan vaksin
virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini berbentuk vaksin beku kering yang harus
dilarutkan dengan aquabidest steril.
2) Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
3) Cara pemberian dan dosis
3) Cara pemberian dan dosis
·
Sebelum
disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann pelarut
steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
·
Dosis
pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-11
bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah
cath-up campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
·
Vaksin
campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
4) Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami
demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi.
5) Kontraindikasi
Individu yang mengidap penyakit
immuno deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, lymphoma. ( Dinkes Prov Jatim, 2005 )
USAHA KESEHATAN PERORANGAN,
MASYARAKAT, DAN LINGKUNGAN
Usaha kesehatan (hygiene) perorangan lebih
menitikberatkan kepada usaha peningkatan nilai kesehatan perorangan. Contoh
usaha kesehatan perorangan adalah makan makanan yang memenuhi gizi, merebus air
sampai matang, menggosok gigi secara teratur, memasak makanan dengan
memperhatikan gizinya, mencuci makanan sebelum memegang makanan, menutup tempat
air yang ada di rumah, tidak makan sembarangan, istirahat yang cukup,
pemeriksaan berkala. Usaha kesehatan masyarakat merupakan usaha untuk
melindungi dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Usaha-usaha tersebut
diarahkan untuk memenuhi 3 tujuan yaitu mencegah timbulnya penyakit, memperpanjang
masa hidup manusia dan mempertinggi nilai kesehatan. Contoh usaha kesehatan
masyarakat adalah :
1.
Memperbaiki
kesehatan lingkungan
2.
Mencegah dan
memberantas penyakit infeksi
3.
Mendidik
masyarakat tentang prinsip-prinsip kesehatan perorangan
4.
Mengkoordinasi
tenaga-tenaga kesehatan untuk melayani pengobatan dan perawatan
5.
Mengembangkan
upaya masyarakat untuk mencapai tingkatan hidup yang setinggi-setingginya
Usaha kesehatan lingkungan (sanitasi) adalah usaha
yang lebih menitikberatkan kepada perbaikan lingkungan hidup secara fisik atau
kepada faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan perorangan/masyarakat.
Contoh usaha sanitasi antara lain adalah membuat jamban keluarga (MCK),
penyediaan sumber air minum yang bersih, pembuatan tempat pembuangan sampah ,
pengendalian pencemaran tanah, udara dan air serta pengawasan terhadap sector
penyebab penyakit. Jika dikelompokkan masalah-masalah yang perlu mendapat
perhatian untuk diperbaiki, dijaga, dan ditingkatkan adalah masalah air, barang
bekas dan limbah, makanan dan minuman, perumahan, pencemaran, pengawasan hewan
perantara yang menyebarkan penyakit dan kesehatan kerja.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Imunisasi
adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh,2008,p.10). Imunisasi merupakan suatu program yang dengan
sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
Sistem
imun tubuh mempunyai suatu sistem memori
(daya ingat), ketika vaksin masuk
kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya
sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya
tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh
antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi
sebelumnya (Atikah,2010,p.8).
B.
Jenis-jenis
imunisasi
Imunisasi telah
dipersiapkan sedemikian rupa agar
tidak menimbulkan efek-efek yang
merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi
aktif
Merupakan
suatu pemberian bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan merespon.
b. Imunisasi
pasif
Merupakan
suatu proses peningkatan kekebalan tubuh
dengan cara pemberian zat
immunoglobulin, yaitu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi
dari ibu melalui placenta) atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Atikah,2010,pp.10-11).
C.
Macam-macam
imunisasi
a. Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
1)
Pengertian
Bacillus
Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang
dibuat dariMycobacterium bovisyang dibiak berulang selama 1-3 tahun sehingga didapatkan hasil yang
tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG 3
menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi
tuberkulosistetapi mengurangi risiko terjadi tuberkulosisberat seperti meningitisTB dan
tuberkulosis
milier(Ranuh,2008,p.132).
2)
Cara pemberian dan dosis:
a)
Sebelum
disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril Auto Distruct Scheering(ADS) 5
ml.
b)
Dosisi
pemberian: 0,05 ml.
c)
Disuntikkan
secara intrakutan di daerah lengan kanan
atas (insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto Distruct Scheering (ADS)
0,05 ml.
d)
Vaksin
yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum
lewat 3 jam.
3)
Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
4)
Kontra indikasi:
a)
Adanya
penyakit kulit yang berat/menahun seperti:
eksim,furunkulosis dan sebagainya.
b)
Mereka
yang sedang menderita TBC.
5)
Efek samping
Imunisasi
BCG tidak menyebabkan reaksi yang
bersifat umum seperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang
berubah menjadi pustule, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher,
terasa padat, tidak sakit dan tidak
menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak
memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya (Departemen Kesehatan
RI,2006,p.21-22).
b. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)
1)
Pengertian
Vaksin
DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin
yang terdiri dari toxoid difteridan tetanusyang dimurnikan serta bakteri
pertusis yang telah diinaktivasi (Departemen
Kesehatan RI,2006,p.23 )
Difterimerupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium
diphtheria. Difteribersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran
nafas bagian atas. Penularannya bisa
karena kontak langsung dengan penderita
melalui bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi
bakteri difteri.
Penderita
akan mengalami beberapa gejala seperti demam
lebih kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat pseudomembranputih keabu-abuan di
faring, laring, atau tonsil. Pertusismerupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh kuman Bordetella
Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin
yang menyebabkan ambang rangsang batuk yang hebat dan lama. Serangan batuk lebih sering pada
malam hari, batuk terjadi beruntun dan
akhir batuk menarik nafas panjang,
biasanya disertai muntah. Batuk bisa mencapai 1-3 bulan, oleh karena itupertusis disebut juga dengan “batuk
seratus hari”. Tetanusmerupakan penyakit
yang disebabkan oleh infeksi kuman
Clostridium tetani. Kuman ini bersifat anaerob, sehingga dapat hidup pada
lingkungan yang tidak terdapat zat asam (oksigen). Tetanus dapat menyerang
bayi, anak-anak bahkan orang dewasa.
Pada bayipenularan disebabkan karena pemotongan tali pusat tanpa alatyang
steril atau dengan cara tradisional
dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional yang terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada
anak-anak atau orang dewasa bisa
terinfeksi karena luka yang kotor atau
luka terkontaminasi spora tetanus. Kuman ini paling banyak terdapat di usus kuda berbentuk spora yang
tersebar luas di tanah
(Atikah,2010,pp.42-48).
Upaya
Departemen Kesehatan melaksanakan Program
Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) melalui imunisasi DPT, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan
lama waktu perlindungan sebagai
berikut:
a)
Imunisasi
DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun.
Dengan 3 dosis toksoid tetanuspada bayi dihitung setara dengan 2 dosis pada anak yang lebih besar
atau dewasa.
b)
Ulangan
DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan
memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toksoid
tetanuspada bayi dan anak dihitung
setara dengan 3 dosis pada dewasa
(Sudarti,2010,pp.150-151).
2)
Cara pemberian dan dosis:
a)
Sebelum
digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen.
b)
Disuntik
secara intramuskuler dengan dosis pemberian
0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis
pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis
selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan) (Departemen Kesehatan
RI,2006, p.23).
c)
Cara
memberikan vaksin ini, sebagai barikut:
(1)
Letakkan
bayi dengan posisi miring diatas
pangkuan ibu dengan seluruh kaki terlentang
(2)
Orang
tua sebaiknya memegang kaki bayi
(3)
Pegang
paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
(4)
Masukkan
jarum dengan sudut 90 derajat
(5)
Tekan
seluruh jarum langsung ke bawah melalui
kulit sehingga masuk kedalam otot
(Atikah.2010,p.48)
3)
Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan secara simultan terhadap
difteri, pertusis, dan tetanus.
4)
Kontra indikasi
Gejala-
gejala keabnormalan otak pada periode bayi
baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak-anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama, komponen pertusisharus
dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk
meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
5)
Efek samping
Gejal-gejala
yang bersifat sementara seperti: lemas,
demam tinggi, iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi (Departemen
Kesehatan RI,2006,p.23 )
c. Vaksin Hepatitis B
1)
Pengertian
Vaksin
hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan
yang telah diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorph) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
2)
Cara pemberian dan dosis:
a)
Sebelum
digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen.
b)
Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian
suntikan secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha.
c)
Pemberian
sebanyak 3 dosis.
d)
Dosis
pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis
berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan).
3)
Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan virus hepatitis B.
4)
Kontra indikasi
Hipersensitif
terhadap komponen vaksin. Sama halnya
seperti vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai
kejang.
5)
Efek samping
Reaksi
lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan
pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
setelah 2 hari. (Departemen Kesehatan
RI,2006,p.28)
d. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine)
1)
Pengertian
Vaksin
Oral Polio adalah vaksin yang terdiri dari
suspense virus poliomyelitistipe 1,2,3 (Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dibiakkan jaringan
ginjal kera dan distabilkan dengan
sukrosa.
2)
Cara pemberian dan dosis:
a)
Diberikan
secara oral (melalui mulut), 1 dosis ada 2
(dua) tetes sebanyak 4 kali (disis) pemberian dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
b)
Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru.
3)
Indikasi
Untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.
4)
Kontra indikasi
Pada
individu yang mnderita “immune deficiency” tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang
sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya
sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
5)
Efek samping
Pada
umumnya tidak terdapat efek samping. Efek
samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi. (Departemen Kesehatan RI,2006,p.26)
e. Vaksin Campak
1)
Pengertian
Vaksin
Campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 inektive unit virus strain dan
tidak lebih dari 100 mcg residu
kanamycin dan 30 mcg residu erithromycin.
2)
Cara pemberian dan dosis:
a)
Sebelum
disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu
harus dilarutlan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
b)
Dosis
pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia9-11 bulan. Dan
ulangn 11 (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD)
setelah catch-up campaigncampak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6. 3)
Indikasi Untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap penyakit
campak.
4)
Kontra indikasi
Individu
yang mengidap penyakitimmune deficiency
atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
5)
Efek samping
Hingga
15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi (Departemen Kesehatan RI,2006,p.
27).
D.
Manfaat imunisasi
a.
Untuk
anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b.
Untuk
keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c.
Untuk
Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara
(Atikah,2010,pp.5-6).
E.
Tujuan
imunisasi
Tujuan
imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi
cacarvariola. (Ranuh,2008,p.10). Program imunisasi bertujuan untuk memberikan
kekebalan kepada bayi agar dapat
mencegahpenyakit dan kematian bayi serta
anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum
tujuan imunisasi, antara lain:
a)
Melalui
imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
b)
Imunisasi
sangat efektif mencegah penyakit menular.
c)
Imunisasi
menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita.
USAHA KESEHATAN PERORANGAN,
MASYARAKAT, DAN LINGKUNGAN
A. DEFINISI
—-Ada beberapa definisi dari kesehatan
lingkungan :
a)
Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat
menjamin keadaan sehat dari manusia.1
b)
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN
—-Menurut World Health Organization (WHO)
ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :1
1)
Penyediaan Air Minum
2)
Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3)
Pembuangan Sampah Padat
4)
Pengendalian Vektor
5)
Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6)
Higiene makanan, termasuk higiene susu
7)
Pengendalian pencemaran udara
8)
Pengendalian radiasi
9)
Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan
transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan
perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan
pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi
yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan
penduduk
17) Tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk menjamin lingkungan.
—-DiIndonesia, ruang lingkup kesehatan
lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang
lingkup kesling ada 8, yaitu :3
1)
Penyehatan Air dan Udara
2)
Pengamanan Limbah padat/sampah
3)
Pengamanan Limbah cair
4)
Pengamanan limbah gas
5)
Pengamanan radiasi
6)
Pengamanan kebisingan
7)
Pengamanan vektor penyakit
8)
Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana
No comments:
Post a Comment