Bayi Penakut
“Pusing deh,
bayiku penakut banget. Ditinggal sedikit dia nangis, juga kalau dengar suara
keras, wah, petir bisa kalah keras oleh suara tangisnya,” kata Pipit
dari Pondok Aren, mama dari Karisa (10 bulan). Sebetulnya, penakut itu
keturunan atau bawaan sejak lahir?
Menurut banyak penelitian, ketakutan bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetis. Tapi seringkali orangtua menunjukkan ketakutannya terhadap sesuatu tanpa sengaja, sehingga anak menangkap sesuatu itu layak ditakuti. Akhirnya anak punya ketakutan yang sama dengan orangtuanya, karena sebetulnya ia meniru.
Tapi, sebetulnya bayi belum mampu meniru, lho, apalagi meniru ketakutan. Jadi, jawaban paling bisa dipercaya tentang bayi penakut adalah masalah kematangan emosi dan meningkatnya kecerdasan. Contoh, ketika mama pergi, bayi mengira mamanya tak akan kembali lagi. Bayi juga takut terhadap gerakan yang tiba-tiba, suara keras, dan bila tiba-tiba didekati orang lain. Ketakutan itu biasanya hilang setelah anak mulai bisa mempercayai lingkungan.
Jadi, apa yang bisa Anda lakukan? Coba ini:
- Main cilukba. Bersembunyilah di
balik pintu atau selimut, lalu muncullah. Jika berkali-kali ia melihat
Anda tetap kembali, ketakutannya akan berkurang.
- Ciptakan rutinitas harian.
Semakin banyak perubahan dalam keseharian, semakin sulit ia percaya pada
lingkungan.
- Tampilkan keriangan Anda ketika
ia terlihat ketakutan. Jika Anda berusaha lama-lama memeluk untuk
menenangkan, ia akan menangkap bahwa untuk menghilangkan ketakutan ia
membutuhkan Anda. Padahal, ia perlu belajar juga untuk mengatasi
ketakutannya sendiri.
Jika perlu,
‘mainkan’ ketakutan tersebut. Misalnya setelah petir menggelegar, bernyanyilah
lagu-lagu tentang hujan sambil mengajaknya berdansa. Ia akan tahu, suara keras
itu tak perlu ditakuti
http://www.parenting.co.id/article/bayi/bayi.penakut/001/002/99
No comments:
Post a Comment