1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam
proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan
kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka). Golden age
merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada
anak. Pada masa peka, kecepatan perkembangan otak anak selama hidupnya.
Artinya, golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala
potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Slamet Suyanto, 2003: 6).
Anak-anak pada masa usia dini memerlukan berbagai layanan dan
bantuan orang dewasa, dari kebutuhan jasmani sampai rohani. Di mana bentuk
layanan tersebut diarahkan untuk memfasilitasi pertumbuhan sebagai
peletakan dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia
seutuhnya, sehingga anak dapat tumbuh kembang secara optimal sesuai nilai,
norma, serta harapan masyarakat. Dalam upaya mengoptimalkan segala
kemampuan yang dimiliki anak usia dini yang berdasarkan prinsip PAUD,
seharusnya setiap pendidikan anak usia dini memahami setiap tahapan
pertumbuhan dan perkembangan karena segenap upaya yang dilakukannya
harus berdasarkan pada tahapan tumbuh kembang anak agar mencapai hasil
yang optimal.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 (Depdiknas, 2003)
2
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan perlu mempertimbangkan proses pertumbuhan dan tahapan
tiga anak guna membantu anak mengembangkan dirinya sehingga pendidik
dapat menyiapkan pengalaman yang sesuai untuk setiap anak. Meskipun
pertumbuhan dan perkembangan fisik juga dipengaruhi oleh faktor keturunan,
namun adalah sangat mungkin untuk mengembangkan seluruh garis sesuai
dengan kebutuhan masing-masing anak oleh karenanya, pendidik perlu
mengetahui prinsip-prinsip perkembangan fisik dan prinsip perkembangan
motorik anak sampai dengan usia 4 tahun.
Pendidikan juga perlu mengetahui kebutuhan setiap anak untuk
mengembangkan otot-otot besar dan kecilnya pada setiap tingkatan usia.
Motorik anak perlu dikembangkan karena tubuh anak belum banyak memiliki
keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru
dipelajarinya, anak lebih berani pada waktu kecil, tanggung jawab dan
kewajiban anak lebih kecil. Pendidikan juga perlu mengetahui hal-hal penting
sehingga anak dapat mempelajari keterampilan motorik, sehingga anak dapat
mempelajari keterampilan motorik yaitu kesiapan belajar, kesempatan belajar,
adanya model yang baik, bimbingan, motivasi. Setiap keterampilan motorik
3
harus dipelajari secara individu, keterampilan sebaiknya dipelajari satu per
satu.
Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan
jasmaniah melalui kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum
perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya, kondisi ketidak
berdayaan tersebut secara cepat 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak
dapat mengendalikan gerakan kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian
tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari, berenang dan sebagainya.
Setelah berusia 5 tahun koordinasi otot-otot semakin baik yang melibatkan
kelompok otot yang lebih kecil, melempar, menangkap bola, menulis dan
menggunakan alat.
Upaya mengembangkan keterampilan motorik dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar,
kesempatan berpraktik, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap
keterampilan harus dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan
harus dipelajari satu demi satu. Sebagai contoh, bila anak pada awal
menggunakan papan titian di sekolah tidak ada bimbingan yang diberikan oleh
guru, maka keterampilan tersebut akan di pelajarinya lebih lambat dan kurang
efisien bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal mendapatkan
bimbingan dari guru. Anak yang tanpa bimbingan pada awal menggunakan
papan titian karena tidak tahu caranya, kemungkinan anak kurang berani,
kurang keseimbangannya dan kemungkinan jatuh dari papan titian lebih besar.
4
Pembelajaran dalam konsep bermain, pada anak usia TK sangat
memerlukan bimbingan, dorongan pengarahan agar memperoleh konsep yang
benar. Hendaknya orang tua dan guru jangan terlalu banyak melarang-larang
anak. Agar anak menjadi anak yang berani bukan anak yang penakut. Selain
itu, pra sekolah masih sangat sulit jika harus berpikiran secara abstrak (tidak
ada wujud nyata). Untuk itu pembelajaran yang dilakukan harus mampu
memperoleh konsep yang benar, misalnya pembelajaran dengan konsep
bermain salah satunya berjalan di atas papan titian (Arum Sekar, 2011: 1).
Cerdas melalui bermain merangkum kecerdasan gerak kinestetik,
dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk
mengekspresikan ide, dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan
tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi
kemampuan motorik yang spesifik, seperti koordinasi keseimbangan
keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima
rangsangan sentuhan dan tekstur. Latihan-latihan gerakan dasar lebih
ditekankan dalam bentuk permainan yang sifatnya informal sesuai prinsip
belajar mengajar di TK, yakni bermain sambil belajar atau belajar seraya
bermain dengan menggunakan pendekatan integratif (Tadkiroatun Musfirah,
2008: 50).
Melihat kenyataan bahwa demikian kompleksnya permasalahan tentang
pengembangan motorik kasar pada anak usia dini, sudah seharusnya PAUD
memaksimalkan perannya untuk turut mengembangkan beragam kebutuhan
anak didik dalam proses peningkatan motorik kasar. Pada kenyataannya tidak
5
sesederhana apa yang tertuang dalam berbagai teori. Banyak sebab yang
menjadikan upaya pengembangan motorik kasar pada anak kurang optimal.
Berbagai kendala dan hambatan sebagaimana yang dimaksud adalah
seperti yang peneliti temukan pada kegiatan pembelajaran di TK Piri Nitikan
Yogyakarta khususnya kelompok B yang menjadi subjek penelitian.
Kemampuan motorik kasar anak masih terbatas, dan upaya pemberiannya
tidak atau kurang terprogram. Dalam beberapa kegiatan permainan fisik yang
diharapkan bisa mengembangkan motorik kasar anak didik yang diberikan
oleh guru, masih banyak anak yang belum bisa melakukan dengan benar,
contohnya seperti anak kurang merespon dengan baik dalam bermain papan
titian. Di samping itu kurangnya kesadaran akan pentingnya pengembangan
motorik kasar pada diri anak, sehingga anak didik menjalankannya kurang
sungguh-sungguh.
Kenyataan yang ada di TK Piri Nitikan Yogyakarta, bahwasanya
pengembangan motorik kasar pada anak kelompok B TK Piri Nitikan
Yogyakarta masih rendah. Hal ini diketahui pada tingkat motivasi anak saat
ini, masih banyak yang malas untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam
upaya mengembangkan kemampuan motoriknya, terutama kegiatan dalam
berjalan pada papan titian. Dalam kegiatan berjalan di papan titian bagi anak
kelompok B di TK Piri Nitikan Yogyakarta, kenyataannya anak masih banyak
yang belum berani dan menguasai keseimbangannya. Bahkan ada yang jatuh
dan ada pula yang belum bisa atau belum tahu berjalan di atas papan titian.
Hal ini juga dikarenakan kurangnya alat peraga papan titian yang dimiliki, dan
6
ukuran papan titian ini terlalu tinggi buat anak. Selain itu guru dalam
memotivasi anak masih kurang dalam meniti papan titian. Akibatnya anakanak untuk melakukan kegiatan berjalan di atas papan titian banyak yang
masih takut.
Agar kegiatan pengembangan motorik kasar anak dapat terlaksana
dengan baik, maka anak dituntut memiliki perhatian dan daya tahan yang baik
pula. Seperti disiplin, kerjasama, kecepatan bereaksi, jujur, berkonsentrasi
sesuai kemampuan anak. Dengan harapan bisa meningkatkan kemampuan
pengembangan motorik kasar melalui bermain papan titian pada anak
kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat diindentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Masih rendahnya pengembangan motorik kasar pada anak kelompok B TK
Piri Nitikan Yogyakarta.
2. Kurangnya keberanian dan keseimbangan anak kelompok B TK Piri
Nitikan Yogyakarta dalam berjalan di atas papan titian.
3. Kurangnya motivasi guru kepada anak untuk berjalan di papan titian yang
agak tinggi, sehingga partisipasi anak untuk bermain papan titian kurang
maksimal.
4. Kurangnya fasilitas dalam kegiatan berjalan papan titian, sehingga
kemampuan motorik anak masih terbatas.
7
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
penelitian dibatasi pada pengembangan motorik kasar pada anak kelompok B
TK Piri Nitikan Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan
motorik kasar melalui bermain papan titian pada anak kelompok B TK Piri
Nitikan Yogyakarta”?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengembangkan motorik kasar melalui bermain papan titian pada anak
kelompok B TK Piri Nitikan Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, sebagai berikut;
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan teori
pada bidang motorik kasar khususnya dalam bermain papan titian.
b. Sebagai bahan untuk mengembangkan pembelajaran motorik kasar
pada anak TK.
c. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan berjalan di papan
titian.
8
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, memperoleh pengetahuan bagaimana cara meningkatkan
keberanian serta keseimbangan anak dalam berjalan di atas papan
titian.
b. Bagi anak, menjadikan anak memiliki motivasi yang tinggi, untuk
berpartisipasi dalam kegiatan berjalan di papan titian, sehingga anak
menjadi berani dan memiliki keseimbangan yang baik dalam bermain
papan titian.
c. Bagi sekolah, penelitian ini sebagai bahan masukan bagi sekolah
dalam upaya mengembangkan kualitas model pembelajaran,
khususnya bermain papan titian.
No comments:
Post a Comment