Unit 9
Unit 9
BERKARYA SENI TARI
Oleh
Zakarias Soeteja
Beben Barnas
Sub unit 1
Menyusun Bentuk Rancangan Karya Tari
Sub unit 2
Teknik dan Langkah Menyusun Tari Tradisi
Sub unit 3
Jenis-Jenis Karya Tari dan Koreografer
Untuk memperoleh keberhasilan di dalam mempelajari unit ini, kami sarankan agar
saudara memperhatikan petunjuk berikut ini.
Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan unit hingga Saudara benar-benar
memahami dari pembelajaran unit ini.
Bacalah uraian unit ini, kemudian temukan kata kuncinya atau diskusikan dengan
teman Saudara.
Perluaslah wawasan Saudara dengan cara mencari berbagai sumber lain baik
dalam bentuk VCD maupun bahan ajar berbasis web.
Setelah Saudara benar-benar memahami isi yang dibahas di dalam unit ini,
selanjutnya kerjakanlah latihan yang terdapat pada unit ini sesuai dengan
petunjuknya.
Setiap akhir sub unit, jangan lupa menjawab setiap soal yang sudah disediakan.
Jika telah selesai mengerjakan, Saudara boleh mencocokan dengan kunci
jawabannya.
Unit 9 – Sub Unit 1
9.1.1
Sub UNIT1
MENYUSUN BENTUK
RANCANGAN KARYA TARI
Konsep garap dari sebuah bentuk tari merupakan gambaran mengenai
bentuk struktur tari dalam tulisan. Dengan membaca sebuah konsep garap,
saudara akan mengetahui gambaran satu bentuk tari berdasarkan hasil pengamatan
lingkungan sosial dan budaya. Rangkaian gerak-gerak murni akan sering kita lihat
dalam tari-tarian yang tergolong dalam tari kreasi baru, sedangkan gerak-gerak
maknawi lekat dalam tari-tarian tradisi atau klasik. Pengembangan gerak-gerak
dasar tari akan terkait erat dengan komposisi tari berupa tatarias dan busana,
iringan, properti maupun pola garapannya.
A. Konsep Garap.
Konsep garap dari sebuah bentuk tari, diperlukan sebagai gambaran
garapan tari dalam bentuk tulisan. Menyusun sebuah konsep garap tari yang
berangkat dari hasil pengamatan terhadap lingkungan sosial dan budaya
masyarakat, dapat dilakukan dengan mendata aspek-aspek sebagai berikut:
Nama tarian
Nama tempat atau keadaan lingkungan dimana tari tersebut ada
Klasifikasi tari: ritual, hiburan atau tontonan
Arti, tema atau ceritera tarinya
Pencipta tarinya
Para penari atau pemusiknya
Gambarana interaksi atau komunikasi antar pendukung tari, pemusik, peonton
atau masyarakat secara luas
Bentuk geraknya
Bentuk iringannya
Rias dan busananya
Unit 9 – Sub Unit 1
9.1.2
Properti yang digunakan
B. Identifikasi Aspek-aspek Pendukung
1). Nama Tarian
Nama-nama tarian tradisi di Nusantara maupun di Mancanegara biasanya
berkaitan erat dengan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Nama tarian
biasanya hanya terdiri dari satu kata. Nama tarian dapat diambl dari salah satu
bentuk gerak tarinya, bentuk iringannya, bentuk rias dan busananya ataupun
bentuk properti yang digunakannya.
Sebagai contoh nama tarian yang diambil dari gerak tarinya: tari nelayan,
tari memetik teh, tari kupu-kupu, dan lain-lainya. Nama tari dari bentuk
iringannya: tari ketuk tilu (dari Jawa Barat), tari Dolalak (dari Jawa Tengah), tari
Saluang (dari Sumatra Barat), tari Rampak Bedug (dari Banten), dan lain-lainnya.
Nama tari dari bentuk rias dan busananya: tari Topeng Cirebon (dari Jawa Barat),
tari Yapong (dari Betawi), dan lain-lainnya. Nama tari dari jenis properti yang
digunakan: tari panah, tari tombak, tari tali, dan lain-lainnya.
2). Nama tempat
Nama tempat atau keadaan lingkungan dimana tari tersebut lahir,
Tentunya kita dapat membedakan bagaimana kedaan wilayahnya berdasarkan
iklim yang terdapat di wilayah tersebut. Sebagai contoh kita mengetahui
bagaimana kehidupan masyarakat Eskimo yang hidup dan bertempat tinggal di
daerah kutub. Tentunya kita dapat membayangkan bagaimana bentuk tariannya.
Kita juga tentunya akan dapat membayangkan bentuk-bentuk tari yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat yang bertempat tinggal di tengah rimba.
Prilaku yang nampak di antarnya adalah suasana berburu, yang memungkinkan
lahirnya tari berburu. Jarang kita menemukan tari nelayan di tengah-tengah
masyarakat gurun pasir. Dengan kata lain bahwasannya suatu bentuk dan struktur
tari akan berpengaruh erat dengan lingkungan alamnya.
3). Klasifikasi tari ritual, hiburan dan tontonan
Unit 9 – Sub Unit 1
9.1.3
Menggarap tari yang berfungsi sebagai sarana ritual, tentunya berbeda
dengan garapan tari yang berfungsi sebagai hiburan ataupun tontonan biasa.
Garapan tari-tarian yang berfungsi ritual selalu terkait dengan beberapa ketentuan
seperti: kapan dan dimana tarian tersebut disajikan, lamanya waktu pertunjukan,
pendukung tari yang harus memenuhi ketentuan-ketentuan khusus, dan lainlainnya. Sedangkan tari-tarian yang berfungsi sebagai hiburan atau tontonan biasa,
lebih mengutamakan unsur estetis sebagai sebuah pertunjukan tari. Lama
pertunjukan tarinya bervariasi. Artinya kita dapat menyaksikan tari pada acara
hiburan atau tontonan yang berdurasi lima menit atau bahkan kurang dari waktu
tersebut.
4). Arti, tema atau ceritera tari,
Menentukan tema dalam sebuah tarian dapat berpatokan beberapa hal
sebagai berikut: Pertama, Tentukan atau konsep garap yang akan dijadikan
sebuah garapan atau bentuk tari.Ide atau konsep garap dapat diangkat dari unsure
keindahan alam, maupun keindahan ciptaan manusia. Yang termasuk keindahan
alam akan berkaitan dengan Allah sebagai Sang Pencipta. Wujud yang bias
dijadikan ide atau konsep garap tari di antaranya: gambaran keindahan pelangi,
indahnya kumpulan awan, air terjun, pegunungan, ombak di lautan dan lain
sebagainya. Sedangkan yang termasuk keindahan hasil karya manusia yang dapat
diangkat menjadi garapan atau bentuk tari di antaranya kokohnya bentuk pyramid,
candi-candi, laying-layang dan lain sebagainya.
Kedua, Tentukan alur atau urutan ceritera yang akan diterapkan dalam
garapan tari,. Setelah kita menentukan ide atau konsep garap yang akan digunakan
dalam bentuk tari, selanjutnya kita harus menyusun bagian-bagian dari bentuk
atau wujud ke dalam sebuah ceritera pendek.
Contoh:
a). Keindahan pelangi dapat diawali dengan bentuknya yang menyerupai
cincin setengah lingkaran, warna merah kuning, hijau dengan latar
belakang langit biru, atau proses terjadinya pelangi tersebut, dan lain
sebagainya.
Unit 9 – Sub Unit 1
9.1.4
b). Keindahan bentuk layang-layang, dapat dimulai dengan bentuknya yang
beraneka macam seperti naga, kupu-kupu, burung, dan lain-lainnya, atau
kedaan laying-layang yang tertiup angin sepoi-sepoi, kencang ataupun
laying-layang yang putus karena kalah diadu dengan lainnya.
5) Pencipta tari
Seorang koreographer atau pencipta tari ada yang berasal dari bakat secara
alamiah ataupun diperoleh dari pendidikan secara formal di sekolah-sekolah yang
khusus mencetak atau meluluskan seorang pencipta tari. Beberapa sekolah
tersebut adalah: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) yang terdapat di Bandung
dan Padang, Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta, Denpasar dan Surakarta,
Institut Kesenian Jakarta (IKJ), maupun Jurusan/Program Pendidikan Seni Tari di
Universitas-universitas eks IKIP. Penata tari yang dihasilkan dari sekolah formal
ini, setara dengan sarjana S-1. Sementara itu ada juga seorang seniman yang
berasal dari alam. Artinya penata tari tersebut tidak menempuh jalur pendidikan
formal, kesenimanannya ada yang hasil didikkan studio tari atau sanggar, bakat
alamiah ataupun dimilikinya karena warisan dari keturunannya terdahulu.
6) Menentukan penari atau pemusik
Penari dalam sebuah pertunjukan tari adalah orang-orang yang terlatih
khusus, untuk menguasai tarian yang akan dipertunjukannya. Untuk tari-tari
tradisi penarinya biasanya harus memenuhi ketentuan-ketentuan tertentu seperti
golongan dewasa, sedang dalam keadaan bersih diri, ada yang harus melakukan
puasa terlebih dahulu, dan lain-lainnya. Kalau kita melihat bentuk-bentuk tari
tradisi yang terdapat di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, akan kita
temui penari laki-laki maupun perempuan. Bahkan di Jawa Tengah ada tari tradisi
yang perempuannya di tarikan oleh penari laki-laki. Sedangkan penari dalam taritari kreasi baru lebih dituntut sebagai keutuhan bentuk tarinya. Artinya para penari
tersebut tidak harus melakukan tahap-tahap seperti yang dilakukan oleh penari
dalam tarian tradisi.
Unit 9 – Sub Unit 1
9.1.5
Pemusik dalam tari-tarian tradisi harus benar-benar menguasai musik
iringan setiap tari yang dipertunjukan. Kalau kita melihat pertunjukan tari tradisi
di kraton Yogyakart, kita akan melihat para pemusik yang cenderung berusia
lanjut. Hal ini menandakan bahwasannya mereka menjadi pemusik sudah sangat
lama. Ketentuan-ketentuan yang juga harus dilakukan oleh pemusik diantaranya
mereka tidak boleh melangkahi waiditra gamelan yang mereka tabuh, pada waktuwaktu tertentu mereka harus membersihkan waditra gamelan tersebut dengan
menggunakan mantra-mantra atau sesaji khusus dan lain-lainnya.
7) Interaksi antara pendukung tari, pemusik dan penonton,
Untuk tari-tarian yang bersifat hiburan atau bahkan tontonan biasa, tidak
jarang kita jumpai adanya komunikasi antara seluruh pendukung dalam
pertunjukan tari. Bentuk komunikasi tersebut dapat berupa sapaan, saling
melempar selendang atau menari bersama. Di beberapa wilayah Jawa Barat
khususnya untuk pertunjukan tari yang berbentuk rakyat suasana seperti tersebut
menjadi satu hal yang tidak terpisahkan. Artinya hal tersebut menjadi ciri khas
pertunjukannya.
Bentuk pertunjukan yang melibatkan keseluruhan pendukung dan
penonton, dapat kita jumpai di antaranya dengan munculnya penari dari tengahtengah penonton, atau komunikasi antara penonton dengan pemusik yang
meminta lagu tertentu.
8) Bentuk gerak dan iringannya,
Perbendaharaan gerak yang dapat kita amati dalam seluruh pertunjukan
tari baik tradisi maupun kreasi baru, tidak terlepas dari unsur estetis. Gerak
sebagai alat komunikasi antara penari dengan penontonya, harus mengandung
pemaknaan dari keutuhan tarinya. Masing-masing gerak dalam tari dari satu
tempat dengan tempat lainnya, akan memilik karakteristik yang berkaitan erat
dengan pola hidup masyarakatnya. Katakanlah masyarakat Jawa Barat yang
cenderung ektrover (terbuka) dalam menerima pengaruh dari daerah lainnya,
melahirkan gerak-gerak tari yang bercirikan luas dalam pola ruangnya.
Unit 9 – Sub Unit 1
9.1.6
Begitu pula dengan bentuk iringan tarinya. Ada musik yang mengikuti
tariannya, tetapi ada juga tari yang mengikuti irama musik yang telah lebih dulu
diciptakan. Untuk kedua bentuk tersebut di atas tentunya kalau kita cermat, akan
didapat dua gaya yang berbeda. Contoh tari-tarian yang mengikuti musik adalah,
tari-tarian yang dialkukan oleh penari latar dalam berbagai event pertunjukan baik
ditelevisi maupun secara langsung. Biasanya tari yang demikian tergolong dalam
tari kreasi baru. Sedangkan untuk tari-tarian tradisi biasanya musik mengiringi
tarinya. Artinya gerak-gerak tari menjadi sedemikian indah, karena dengan tepat
diiringi oleh irama yang dihasilkan dari musik pengiringnya.
9) Rias dan busananya,
Pada tari-tarian kreasi baru, rias atau make up, kadangkala satu bentuk
tarian dengan tarian lainnya hampir sama. Penari tersebut hanya berias agar
nampak cantik dan menarik. Tetapi untuk tari-tarian tradisi satu bentuk tarian
dengan tarian lainnya memiliki rias yang berbeda sesuai dengan karakter tarinya.
Katakanlah untuk karakter halus riasnya tidak akan sama dengan tarian yang
berkarakter gagah.
Adapun busana yang digunakan sudah barang tentu berbeda antara satu
tari dengan tari lainnya. Hal ini juga berkaitan erat dengan bentuk dan ceritera
tarinya itu sendiri. Warna dari busana yang digunakan dalam pertunjukan tari
khususnya dewasa ini, biasanya cenderung meriah atau menyala. Hal ini berkaitan
dengan kepentingan pertunjukan itu sendiri, sehingga penari dapat kelihatan
menyolok di panggung.
10) Properti yang digunakan,
Properti adalah alat bantu yang digunakan oleh penari untuk mendukung
agar maksud dari gerak tersampaikan kepada penonton. Dalam tari Gatot Kaca
kita akan melihat satu properti yang menempel di tubuh penarinya, yaitu Badong
atau sayap. Dia dapat menjadi properti dan juga menjadi busana, karena
diperlukan untuk membantu pemahaman penonton terhadap figure Gatot Kaca
yang dapat terbang. Dalam satu versi pertunjukannya kita dapat menyaksikan tari
Unit 9 – Sub Unit 1
9.1.7
Gatot Kaca -Sakipu. Sakipu merupakan perwujudan Gatot Kaca yang memiliki
sifat jahat. Dalam pertunjukannya Sakipu dilengkapi pula dengan properti rantai
dimana ujungnya dilengkapi dengan bola api. Properti ini digunakan pada saat
bertarung dengan Gatot Kaca.
Bentuk-bentuk properti lainnya yang sering digunakan dalam pertunjukan