Wednesday, December 13, 2017

PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL
ANAK USIA DINI USIA 3 – 4 TAHUN
Oleh   :  Ecih Sukaesih, S.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Anak usia dini merupakan pribadi yang unik, yang berbeda dengan orang dewasa. Anak usia dini mempunyai karakteristik tersendiri, yang terkadang membuat orang dewasa disekitarnya menjadi terkaget-kaget bila melihat dan mendengarkan  perilaku maupun percakapan mereka dengan teman sebayanya.
Berbicara mengenai perkembangan perilaku sosial pada anak usia dini ( 3 – 4 tahun ), banyak hal yang menarik di dalamnya. Anak usia 3-4 tahun yang dalam hal ini masih berada di rentang usia kelompok Bermain,  mempunyai karakteristik tersendiri dalam perkembanganya. Khususnya dalam perkembangan perilaku sosial, anak perlu dibiasakan dan diajarkan bagaimana cara mereka  berinteraksi dalam lingkungan sosial di lingkungannya.
Pembelajaran perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam lingkungan keluarga, sangat penting agar kelak anak – anak menjadi pribadi yang santun, mempunyai rasa empati, simpati, tenggang rasa, saling menghormati, dan mempunyai sifat sosial yang baik. Dengan mempunyai bekal dengan pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku yang baik, maka insya Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan mengaharumkan bangsa dan negaranya.
Dewasa ini kita juga pernah dikejutkan dengan hal-hal yang negative yang dilakukan oleh beberapa anak yang masih berada dalam rentang usia 4 tahun. Sebagai contoh: seorang anak dari daerah Jawa  yang suka merokok.Hal itu ia lakukan, karena interaksi sosial dilingkungan rumahnya mendukung ia untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada larangan, ia terkesan dibiarkan, sehingga suatu ketika ia dilarang, maka anak itu akan mengamuk dan berbicara agak kasar. Hal itu terjadi karena pola kebiasaan dan lingkungan sosial yang membentuknya. Anak tidak bisa disalahkan, yang salah adalah orang tua dan proses pembentukan dari lingkungan keluarga yang kurang baik.
Contoh yang lainnya lagi adalah  anak-anak  yang masih usia dini yang baru berusia 3 – 4 tahun banyak berada di jalanan untuk mencari nafkah dengan cara mengamen, menjadi peminta-minta, pemungut sampah, pencuri, dan bahkan ada yang menjadi  korban kejahatan seksual. Ada yang memang karena  keadaan terpaksa karena garis kemiskinan, ada pula yang memang sengaja dieksploitasi oleh para orang tua mereka sebagai  ladang mencari uang. Hal itu bila dibiarkan, maka akan menjadikan mereka menjadi anak – anak yang berperilaku tidak sosial. Banyak pengaruh negativisme, karena lingkungan membentuk mereka untuk melakukan hal-hal yang negative; mencuri, memaksa, mencopet,  dsb.
Anak-anak  jalanan juga sering berperilaku agresif dengan memaki-maki orang yang tidak mau memberinya uang saat meminta-minta maupun pada saat mengamen. Hal tersebut, akan menjadikan orang-orang di sekitanya menjadi merasa tidak nyaman, terganggu, dan berbagai ketidaknyamanan sosial lainnya.
B.     Analisis Situasi
Melihat permasalahan yang terjadi dewasa ini mengenai perkembangan perilaku anak usia dini yang sedikit mengkhawatirkan dengan berbagai problemanya, maka hendaknya para orang tua dapat memberikan suri tauladan kepada putra-putrinya. Karena anak melihat orang tua sebagai model mereka untuk berperilaku, hendaknya orang tua dapat menjaga perilaku dengan baik pula. Anak juga perlu diajari bagaimana bersikap dan berinteraksi dengan baik, bagaimana bersikap bila bertemu orang lain, bagaimana bermain dengan teman, mau berbagi dengan orang lain, dsb.
Banyak anak usia dini berada di lingkungan yang kurang begitu baik untuk mereka berinteraksi sosial, ini perlu penanganan serius dari pemerintah. Karena  penanganan yang telah dilakukan selama ini belum  begitu efektif. Walaupun ada program yang diberikan kepada anak-anak jalanan (ANJAL) yang dananya diluncurkan dari pemerintah ( dalam hal ini penulis beberapa kali ikut terlibat  dalam penanganan ANJAL di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bandung), namun programnya belum tepat sasaran. Karena mereka hanya dibina dalam hitungan waktu yang relatif singkat, sehingga setelah pembinaan selesai, hampir semua anak jalanan kembali ke jalan dengan kegiatan yang semula.Program pendidikan yang diberikan tidak berkelanjutan, misalnya pengajaran budi pekerti dan pelajaran pra sekolah / sekolah dasar yang diberikan tidak dilanjutkan supaya mereka bisa sekolah seperti halnya anak-anak lain. Sehingga, menurut hemat penulis, program tersebut hanya membuang – buang uang  saja. Harapan penulis, para anak jalanan yang sudah di bina, dimasukan ke sekolah umum atau tetap mengikuti sekolah keliling dengan setara paket A, B maupun C, sehingga mereka akan dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dengan biaya dibantu oleh pemerintah. Bila hal tersebut bisa dilaksanakan, Insya Allah para anak jalanan akan dapat mendapat pekerjaan yang memadai, dan mereka tidak lagi harus berada di jalanan.Dengan demikian, perilaku anti sosial yang biasanya ada pada anak-anak jalanan karena mereka merasa kaum yang termarjinalkan, akan berkurang atau bahkan tidak ada lagi. Jika itu bisa terwujud, artinya pemerintah kita memiliki keberhasilan dalam membina masa depan anak bangsanya.
BAB II
DASAR  TEORI
A.     Teori Perkembangan
Menurut Santrock ( 1998) dalam Hildayani (2007:1.3) dikatakan bahwa perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai pada saat konsepsi dan berlanjut disepanjang rentang kehidupannya[1].  Menurut para pakar perkembangan ( Papalia. dkk:2008), ada dua jenis proses perubahan perkembangan, yaitu perkembangan kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitatif adalah perubahan dalam angka atau jumlah, seperti tinggi, berat kosa kata, perilaku agresif atau frekuensi komunikasi. Sedangkan perubahan kualitatif yaitu perubahan yang berkaitan dengan jenis, struktur, atau organisasi [2]. Namun, menurut Gessel dkk dalam Hurlock (1987:5) kemajuan perkembangan anak terjadi secara bertahap dan beberapa tahapan ini ditandai juga oleh keseimbangan ketika anak menjadi pusat perhatian, yang oleh karena itu dapat diatur. Lalu tahapan yang lainnya adalah ditandai oleh ketidakseimbangan ketika anak tidak menjadi pusat perhatian yang membuat anak sulit untuk diatur [3].
Jadi, perkembangan bila disimpulkan dari beberapa pemahaman di atas adalah perubahan manusia yang mengalami perkembangan secara alami, dapat pula dipengaruhi oleh factor latihan dan lingkungan yang membentuknya.
Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan seperti yang di kemukakan oleh Crain ( 2007) [4]:  teori Preformasionisme abad pertengahan dengan tokohnya Aries ( 1960) yang menyatakan bahwa anak-anak merupakan miniature orang dewasa, John Locke memberikan penolakan dengan teori environmentalismenya yang menyatakan bahwa anak-anak tidak dilahirkan sebagai manusia dewasa, melainkan menjadi dewasa lantaran pengasuhan dan pendidikan yang anak terima.Rousseau dengan teori Naturalismenya yang menyatakan bahwa anak-anak bukanlah wadah kosong yang bisa diisi begitu saja oleh orang dewasa, namun anak mempunyai perasaan dan pemikiran sendiri yang berbeda dengan cara pandang orang dewasa.Rousseau tidak percaya dengan kekuatan lingkungan.Ia lebih percaya kepada alam yang akan menuntun seorang anak menuju pertumbuhannya. Teori etologis dari Darwin, Lorenz, dan Bowlby, teori Montessosi dengan masa pekanya. teori komparatif dan organismik dari Werner, Teori kognitif Piaget, teori perkembangan moral Kohlberg, teori pembelajaran Bandura, Pavlov, Watson dan Skinner, teori sosial kognitif Vygotsky, teori psikoanalitik Freud, teori pentahapan Erikson, dan masih banyak lagi para tokoh teori perkembangan dunia.
B.   Teori Perkembangan Perilaku Sosial
Menurut Bandura (Crain:2007;301)  bahwa di dalam situasi sosial kita belajar menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru[5]. Schneider, Minet, dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan [6]:
1.        sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan  yang berasal dari dalam diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.
2.        Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada diseluruh dunia.
Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai – nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi. Berikut bagan proses penanaman sosial menurut Sujiono [7]:
Proses peniruan terhadap tingkah laku sikap serta cara pandang orang dewasa dalam aktifitas yang dilihat anak, secara sengaja anak belajar bergaul dari orang-orang terdekatnya…….

IMITASI

INTERNALISASI

Berupa proses penanaman serta penyerapan nilai-nilai yang relative mantap  dan menetapnya suatu nilai-nilai itu tertanam menjadi milik seseorang sehingga dibutuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai baik, buruk sehingga anak dapat berkembang  menjadi makhluk sosial yang sehat dan bertanggung jawab

IDENTIFIKASI

Berupa proses terjadinya pengaruh sosial pada seseorang  yang didasarkan  pada orang tersebut untuk menjadi individu lain yang dikaguminya.
Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan perilaku sosial adalah L.S. Vygotsky ( 1896- 1934 ) dengan teori sosial historisnya yang memadukan dua garis utama perkembangan dengan garis alamiah yang muncul dari dalam diri manusia dan garis sosial  historis  yang mempengaruhi manusia sejak kecil tanpa bisa dihindari [8]. Tokoh teori perkembangan perilaku sosial berikutnya adalah Erik Erikson  dengan teori 8 tahapan psikososial  individu yang dalam hal ini penulis hanya akan menuliskannya   1 tahap saja yaitu tahap ke 3 sesuai dengan pembahasan tahapan perkembangan usia 3 – 4 tahun. Menurut Erikson (Papalia : 2008: 41 ) anak usia  3 sampai 6 tahun berada dalam tahapan inisiatif versus perasaan bersalah. Pada usia ini anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktifitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan bersalah.
BAB III
PROGRAM STIMULASI BERMAIN
PENGEMBANGAN PEMBENTUKAN PERILAKU SOSIAL
ANAK USIA 3- 4 TAHUN
I.    PROGRAM PEMBENTUKAN PERILAKU
Minggu
Perkembangan
Terprogram
Rutin
Media
I
Mulai  menunjukkan sikap toleran sehingga dapat bekerja dalam kelompok
- Bermain lempar bola yang diikuti 4-5 anak.
-   Membuat bangunan  kantor walikota dan lingkungannya dengan berbagai  media
-   Menghargai pekerjaan teman dalam menyusun balok, sehingga tidak merobohkan hasil pekerjaan teman lain.
- Membersihkan karpet  setelah digunakan menggunakan sapu kecil
-   Membaca buku bersama
-   Menyiram tanaman dan menjaga dan merawat tanaman bersama-sama
-
-  Bola
-  Karpet
-  Dus bekas
-  Balok-balok
-  Sapu kecil
-  Emrat penyiram tanaman
II
Mulai menghargai orang lain
-   Mengajak teman bermain bersama
-   Berbagi mainan dengan teman
-   Bermain peran sebagai pedagang “Sayur “keliling
-   Mendengarkan teman berbicara
-     – Gerobak sayur terbuat dari dus bekas
III
Bersabar menunggu giliran
-   Antri ke toilet training
-   Bergiliran menggunakan ‘emrat ‘ penyiram bunga
-   Bersabar menunggu giliran menyendok nasi pada saat makan bersama
-   Bersabar antri mencuci tangan
IV
Bereaksi terhadap hal-hal yang dianggap tidak benar
-   mengucapkan kata “ kamu tidak boleh begitu….”(ketika melihat temannya yang berkata tidak baik
-   menegur teman yang membuang sampah tidak pada tempatnya
-  Mengucapkan kata maaf bila melakukan kesalahan
-   Memberi tahu teman agar mengembaliakn mainan pada tempatnya
II.            TUJUAN PENGEMBANGAN





III. TAHAPAN DAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
TAHAPAN DAN KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL PADA ANAK USIA 3 -4TAHUN
Tahapan
-       Berbicara bebas pada dirinya, orang lain bahkan mainnannya, berbicara lancar, bermain dengan kelompok anak kadang merasa puas bila bermain sendiri untuk waktu yang lama, dan mulai menyenangi kisah seseorang/tokoh dalam film[9].
-       Inisiatif VS Rasa bersalah [10]
Anak pada tahap ini sudah merasa yakin bahwa ia adlah seseorang, maka dari itu ia ingin tahu, sperti apakah ia.Pada tahap ini anak mulai melihat orang tua sebagai sosok yang dikagumi sekaligus juga menakutkan baginya. Pada tahap ini anak sudah dituntut untuk berperilaku yang baik dan bertanggung jawab dilingkungan sosialnya.
Karakteristik
Anak usia 3-4 tahun mempunyai karakteristik tersendiri dalam perkembangan sosialnya. Mereka sudah mempunyai [11]:
1.     Perkembangan pemahaman diri yaitu sudah dapat menggambarkan tentang dirinya secara eksternal yaitu dengan  menggambarkan /dengan cara memperkenalkan diri dengan menyebutkan ciri-ciri fisik dan memeperkenalkan karakteristik dirinya secara psikologis yaitu anak memberitahukan kesukaan atau hobinya.
2.    Perkembangan hubungan sosial, yaitu perkembangan hubungan sosial dengan teman sebaya yang biasanya diperlihatkan dalam hubungan pada saat kegitan bermain dengan teman seperti yang dikatakan Parten dalam Mc Devitt&Ormrod, 2002 dalam  Hildayani 2007) bahwa ada 6 katagori  perilaku anak dalam bermain sosial dengan teman sebaya:
2.1         Unoccupied behavior
Anak gagal untuk terikat dalam kegiatan khusus atau gagal untuk berinteraksi dengan individu lain. Biasanay anak hanya mengamati, berjalan, atau duduk diam.
2.2         Solitary play
Anak asik dengan permainannya sendiri, begitu pula dengan snsak lain.Meski mereka dalam satu ruang  biasanay anak tidak berkomunikasi satu sama lain.
2.3         Onlooker behavior
Anak melihat teman lain yang sedang bermain, namun tidak mau ikut terlibat di dalamnya.
2.4         Parallel Play
Anak bermain berdampingan, tapi tidak ada komunikasi.
2.5         Assosiative Play
Anak bermain bersama, berbagi objek/mainan, namun tidak banyak bicara. Anak bisa juga bertukar mainan, dengan sedikit member komentar.
2.6         Cooperative Play
Anak secara aktif berinteraksi dengan teman sepermainan, kadang mengambil peran tertentu dan tetap memelihara hubungan interaksi tersebut.
3.    Perkembangan Kemampuan mengatur diri sendiri, yaitu anak  memperoleh strategi dan rencana yang lebih fleksibel untuk mengatur  perilakunya sesuai dengan aturan dan larangan orang dewasa.
4.    Pengambilan inisiatif, yaitu  anak pada masa ini mulai mempunyai rasa untuk mengembangkan inisiatif dan berusaha untuk menguasai linglkungannya
5.    Perkembangan perilaku prososial, yaitu karakteristik yang biasanya diperlihatkan oleh anak dengan cara kesadaran berempati mematuhi orang tua untuk berbagi dengan teman, misalnya. Walaupun sebetulnya ia kurang bgitu berkenan untuk melakukannya.
6.    Perkembangan empati, yaitu kemampuan anak dalam menyikapi perasaan orang lain, sebagai contoh ada temannya di sekolah yang sedang bersedih karena ditinggal mamanya pulang. Anak yang sudah mempunyai empati akan membujuk temannya dengan mengajaknya bermain atau mengajaknya menemui ibu guru.
IV. STRATEGI KEGIATAN
MATERI
METODE
MEDIA
PROSEDUR
1.    Bermain Lempar Bola
2.    Membuat  “Gedung Kantor Walikota”
3.    Bermain Peran “ Tukang Sayur “ keliling
Demonstrasi
Praktek langsung
Bernyanyi
Big Project
Praktek langsung
Demontrasi
Bermain Peran
-       Bola plastic kecil
-       Keranjang sampah plastic
-     Lem
-     Gunting
-     Isolasi
-     Dus bekas
-     Cat air
-     Kuas
-     Macam-macam tanaman
-       Gerobak kecil terbuat dari dus
-       Macam-macam sayuran plastic, sayuran asli, sayuran terbuat  dari koran bekas, macam-macam bumbu dapur, dsb
Awal
-    Guru menyiapkan berbagai Peralatan yang dibutuhkan
-    Guru mengucapkan salam dan selamat datang di Sentra Olah Tubuh Karunia Allah.
-    Guru mengawali dengan permainan kosa kata : Bola, lempar, pantulkan dan warna
-    Guru mengajak anak didik untuk turut serta mengeluarkan peralatan yang akan di gunakan
-    Guru meminta anak untuk  berdiri dan membuat lingkaran kecil
-    Guru menanyakan kepada anak, kira-kira apa yang akan dilakukan dengan bola-bola yang ada.
Inti
-    Guru memberi contoh cara melempar bola kepada teman yang ada dilingkaran
-    Anak diminta untuk mencoba melempar bola kepada teman yang ada di depan.
-    Anak diminta bergantian untuk memantulkan bola dan melemparkan kepada teman lain sambil menyanyikan “BOLAKU”
Penutup
-    Guru mengajak anak untuk merapikan peralatan setelah dipakai
-    Guru mengajak anak melakukan penenangan dengan bernyanyi “ Warna kesukaanku”
Pembukaan
-      Guru mengucapkan selamat datang di Sentra Seni&Kreatifitas karunia Allah
-      Guru menanyakan kepada anak apakah hari ini menyenangkan atau tidak.
-      Guru menginformasikan kegiatan hari ini
-      Guru mengajak anak bermain kosa kata
Inti
-      Guru memperlihatkan peralatan yang akan dipakai
-      Guru menanyakan kepada anak, kira-kira gedung apakah yang akan dibuat oleh anak-anak.
-      Guru member contoh cara membuat gedung kantor walikota
-      Guru menanyakan aturan /tata tertib yang akan disepakati oleh anak.
-      Guru memberitahukan bahwa mereka boleh memilih tempat dimana akan membuat gedung dengan cara berkelompok besar.
-      Guru mempersilakan anak untuk memulai pekerjaannya.
-      Guru berkeliling melihat apakah ada anak yang kesulitan dalam melakukan pekerjaannya.
Penutup
-     Guru mengajak anak untuk mengucapkan Alhamdulillah karena telah selesai mengerjakan pekerjaannya hari itu.
-     Guru melakukan recalling kegiatan
-     Guru  mengomentari hasil kerja anak.
-     Guru mengajak anak untuk mendisplay hasil karya mereka di kelas.
-     Guru mengucapkan terimakasih karena anak-anak sudah mau bekerjasama dengan baik.
-     Guru mengucapkan salam
Pembukaan
-       Guru mengucapkan selamat datang di Sentra Peran Makro karunia Allah.
-        Guru menanyakan keadaan anak hari itu.
-       Guru memberikan story reading “Tukang Sayur”.
-       Anak diminta untuk memerankan bagaimana menjadi tukang sayur, dan pembeli.
-       Anak melakukan kegiatan bermain peran “Tukang sayur”
-       Guru menstimulus anak bila ada anak yang bingung dengan perannya.
Penutup
-       Guru menanyakan apakah kegiatan hari itu sangat menyenangkan atau tidak?
-       Guru menanyakan apa saja yang dijual oleh pedagang sayur?
-       Guru menutup pertemuan dengan membaca hamdallah.
SARAN BAGI PENGGUNA MATERI
-       Di awal pertemuan, usahakan selalu menanyakan bagaimana keadaan/perasaan  anak. Apakah hari itu senang atau tidak berada di sekolah/sentra yang akan diikuti?
-       Materi diusahakan disesuaikan dengan tema
-       Aturan/tata tertib biarkan anak yang menentukan.
-       Semua  bahan  kegiatan sudah disiapkan, dan beri pertanyaan kepada mereka bagaimana kira-kira cara menggunaknnya, dengan tujuan untuk menggali potensi pengetahuan anak dan memotivasi anak untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Setelah itu baru beri penjelasan kepada anak bagaimana cara menggunakan perlatan yang akan digunakan dengan cara yang benar.
Daftar Pustaka
Crain, William, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta:Pustaka Pelajar , 2007
Hildayani, Rini , Psiklogi Perkembangan Anak, Jakarta:UT, 2007
Hurlock, Elizabeth , Perkembangan  Anak, Jilid 1, alih bahasa Meitasari Chandra, Jakarta: 1987
Papalia , Diane E, dkk,  Human Development, alih bahasa oleh A.K .Anwar , Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008
Sujiono, Yuliani Nurani , Eriva Syamsiatin, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta:Pudiani Press, 2003

[1] Rini Hildayani, Psiklogi Perkembangan Anak, ( Jakarta:UT, 2007), P.1.3
[2] Diane E. Papalia dkk, Human Development, alih bahasa oleh A.K .Anwar ( Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008), p.9
[3] Elizabeth Hurlock, Perkembangan  Anak, Jilid 1, alih bahasa Meitasari Chandra (Jakarta: 1987), p.5
[4] William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi ( Jogjakarta:Pustaka Pelajar , 2007), p.1,29,97,127,167,263,301,425
[5] Ibid., p.301
[6] Yuliani Nurani Sujiono, Syamsiatin, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, (Jakarta:Pudiani Press, 2003), p.61
[7] Ibid
[8] Op.Cit., p.334
[9] Yuliani Nurani Sujiono, Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, (Jakarta:Pusdiani Press, 2003), p.64
[10] Loc.Cit
[11] Loc.cit., 10.21- 10.27
http://www.bimbingan.org/karya-tulis-ilmiah-tentang-masalah-kesehatan-pada-anak.htm

No comments:

Post a Comment