Pengukuran Perilaku Sosial Anak TK
Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan
dengan orang lain, baik dengan teman
sebaya, guru, orang
tua maupun saudara-saudaranya. Di
dalam hubungan dengan orang
lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang
sangat bermakna dalam kehidupannya
yang membentuk kepribadiannya, yang
membantu perkembangannya menjadi manusia sebagaimana adanya. Sejak kecil
anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan
orang-orang yang paling
dekat dengan dia,
yaitu : ibunya,
ayahnya, saudarasaudaranya, dan
anggota keluarga yang
lain. Apa yang telah dipelajari
anak dari lingkungan keluarganya
sangat mempengaruhi perilakusosialnya. Perasaan
terhadap orang lain,
juga merupakan hasil dari
pengalaman yang lampau dan
mempengaruhi hubungan sosial,
seperti yang dapat
diobservasi dalam situasi kehidupan
sehari-hari. Hasil observasi
di kelas sebagaimana
yang diungkapkan oleh Johnson (1975 : 82) menunjukan bahwa anak
berperilaku dalam suatu kelompok berbeda
dengan perilakunya dalam
kelompok lain. Perilaku
anak dalam kelompok juga berbeda dengan pada waktu dia sendirian.
Kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi
yangberbeda pada tiap-tiap anak. Menurut Johnson, perbedaan ini dapat
terjadikarena beberapa faktor, yaitu : persepsi
individu yang menjadi
anggota kelompok, lingkungan
tempat terjadinya interaksi dan
pola kepemimpinan yang dipakai guru di kelas. Keterampilan sosial yang perlu
dimiliki anak TK
a). Kemampuan
dalam menjalin hubungan dengan orang lain
Pada
awal masa bayi
( kira-kira usia
tiga bulan), anak
sudah mulai menunjukkan
keinginannya untuk berhubungan dengan orang lain, dengan “senyum sosial” yang
ditunjukkannya bila ada orang yang mendekatinya. Pada saat itu sifat
hubungannya dengan orang
lain masih sangat
terbatas, karena kemampuan
reaksi dan komunikasinya yang juga masih amat terbatas. Kemudian pada
akhir masa bayi (kira-kira usia dua tahun) anak sudah mulai dapat berbicara dan
memiliki beberapa puluh kosa kata,
keinginan untuk menjalin
hubungan antar manusia
sudah lebih nyata, hal ini
ditampakkan melalui sikap dan perilakunya terhadap orang-orang yang ditemuinya,
terutama dengan anak-anak sebaya.
Masuknya
anak ke TK
memberikan kesempatan bergaul
dengan anak lain yang
sebaya semakin besar.
Hal ini memberikan
peluang pada anak
untuk lebih melancarkan dan
meningkaan kemampuan berkomunikasinya. Pada
usia TK anak diharapkan telah
dapat menyatakan perasaan-perasaannya melalui
kata-kata, bila marah pada
temannya ia akan
mengatakan “kamu nakal
atau kamu jahat”,
kalau takut sesuatu ia akan mengatakan “saya takut itu” atau kalau ia
senang ia juga akan mengatakan “saya senang”. Selain dari
itu, anak juga
sudah mulai mampu
membaca situasi yang dihadapi. Bila
merebut mainan temannya,
kemudian temannya cemberut
dan guru memelototinya, ia tahu
bahwa perilakunya itu tidak disukai oleh teman dan gurunya.
Anak juga mulai dapat memilih teman yang dianggap
sesuai dengan keinginannya, mulai
mempunyai teman yang
dianggap sesuai dengan
keinginannya, mulai
mempunyai teman dekat,
dan menghindari teman-teman
yang tidak disukainya.
Pada
usia ini anak
juga sudah mulai
dapat bermain dalam
kelompok kecil yang menuntut kebersamaan dan kerjasama,
mulai belajar berbagai hal dengan orang lain, belajar menunggu giliran dan
lain-lain. Pengalaman berhubungan (bersosialisasi) dengan orang lain ini
memberikan pelajaran pada anak
bahwa ada perilaku-perilaku yang
disukai oleh teman-teman atau gurunya yang menyebabkan ia
diterima di lingkungan mereka, dan ia tahu pula bahwa ada perilaku-perilaku
yang tidak disukai temannya. Dengan pengetahuannya itu anak
mulai mengubah perilaku
yang negatif dan
mengembangkan
perilakuperilaku yang positif
agar hubungan dengan
orang lain dapat
tetap berlangsung dengan baik.
Anak semakin mampu
mengendalikan
perasaan-perasaannya dan
mengikuti aturan-aturan yang
ditentukan oleh lingkungannya, untuk
dapat mempertahankan hubungan yang baik dengan orang lain. Bila pengalaman
awal seorang anak
dalam bersosialisasi lebih
banyak memberi kesenangan dan kepuasan, maka dapat diperkirakan proses
sosialisasinya berkembang ke arah
yang positif, tetapi
sebaliknya bila tidak,
hambatan dan kesulitan dalam
bersosialisasi akan banyak ditemui anak.
Menurut Dini P. Daeng S (1996: 114) ada empat faktor
yang berpengaruh pada kemampuan anak bersosialisasi, yaitu :
1.
Adanya kesempatan untuk
bergaul dengan orang-orang
di sekitarnya dari berbagai usia dan latar belakang.
Semakin banyak dan bervariasi pengalaman dalam bergaul dengan orang-orang
di lingkungannya, maka
akan semakin banyak
pula hal-hal yang
dapat dipelajarinya, untuk menjadi bekal dalam meningkaanketerampilan
sosialisasi tersebut.
2. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
Semakin
banyak pengalaman yang
menyenangkan yang diperoleh
melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, minat dan motivasi untuk
bergaul juga akan semakin berkembang. Keadaan
ini memberi peluang
yang lebih besar
untuk meningkaan ketrampilan sosialisasinya. Dengan
minat dan motivasi bergaul yang besar anak akan terpacu untuk
selalu memperluas wawasan pergaulan dan pengalaman dalam
bersosialisasi, sehingga makin
banyak pula hal-hal
yang dipelajarinya yang pada
akhirnya akan meningkaan
kemampuan bersosialisasinya.
Sebaliknya bila seorang
anak tidak memiliki
minat dan motivasi untuk bergaul,
akan cenderung menyendiri dan lebih suka melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak
banyak melibaan dan menuntut hubungan dengan orang lain. Dengan demikian makin
sedikit pengalaman bergaulnya dan makin sedikit
pula yang dapat
dipelajarinya tentang pergaulan
yang dapat menjadi bekal untuk meningkaan kemampuan
sosialisasinya.
3.
Adanya bimbingan dan
pengajaran dari orang
lain, yang biasanya
menjadi “model” bagi anak. Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat
pulaberkembang melalui cara “cobasalah”
yang dialami oleh
anak, melalui pengalaman
bergaul atau dengan “meniru” perilaku
orang lain dalam
bergaul, tetapi akan
lebih efektif bila
ada bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh orang
yang dapat dijadikan “model” bergaul yang baik bagi anak.
4. Adanya
kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.
Dalam
berkomunikasi dengan orang
lain, anak tidak
hanya dituntut untuk berkomunikasi dengan
kata-kata yang dapat
difahami, tetapi juga dapat membicarakan topik yang dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain yang menjadi
lawan bicaranya. Kemampuan
berkomunikasi ini menjadi
inti dari sosialisasi.
Menurut
Elizabeth B. Hurlock,
(1978 : 228)
untuk menjadi orang
yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat
berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan. Kegagalan dalam satu proses
akan menurunkan kadar sosialisasinya. Ketiga prosessosialisasi tersebut adalah
:
1. Belajar
berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap
kelompok sosial mempunyai
standar bagi para
anggotanya tentang perilaku yang
dapat diterima. Untuk dapat besosialisasi anak tidak hanya harus
mengetahui perilaku yang
dapat diterima, tetapi
mereka juga harus menyesuaikan perilakunya dengan patokan
yang dapatditerima.
2. Memainkan
peran sosial yang dapat diterima. Setiap kelompok sosial mempuyai pola kebiasaan
yang telah ditentukan
dengan seksama oleh para
anggotannya dan dituntut untuk
dipatuhi. Sebagai contoh,
ada peran yang
telah disetujui bersama bagi
orang tua dan
anak serta ada
pula peran yang
telah disetujui bersama bagi guru
dan murid. Anak dituntut untuk mampu memainkan peranperan sosial yang
diterimanya.
3.
Perkembangan sikap sosial.
Untuk bersosialisasi dengan
baik anak-anak harus menyenangi orang
dan kegiatan sosial.
Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan
berhasil dalam penyesuaian
sosial dan diterima
sebagai anggota kelompok sosial
tempat mereka bergaul.
b) Kemampuan melakukan
kegiatan bermain dan menggunakan waktu luang
Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya pada anak
prasekolah bermain merupakan kebutuhan dasar mereka. Dengan demikian wajarlah
bila sebagian besar waktu anak diisi dengan kegiatan bermain.
Elizabeth
B. Hurlock (1978:
234) memberikan batasan tentang bermain sebagai “kegiatan
bermain adalah kegiatan
yang dilakukan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir, semata-mata untuk
menimbulkan kesenangan dan kegembiraan saja. Biasanya anak
melakukakannya secara suka rela, tanpa paksaan dan tanpa
ada aturan main
tertentu, kecuali bila
ditentukan oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam permainan tersebut”. Anak usia
prasekolah pada umumnya
senang melakukan permainan
yang mengandung aktivitas gerak,
seperrti berlari, meloncat,
memanjat dan bersepeda, tetapi ada
pula anak yang
tidak begitu menyukai
kegiatan bermain aktif,
anak demikian lebih memilih
bentuk kegiatan bermain
pasif yang kurang
banyak merangsang aspek fisik
motoriknya tetapi lebih
merangsang aspek perkembangan lainnya, terutama perkembangan
kognitifnya.
Kedua jenis kegiatan bermain ini baik bermain
aktifmaupun bermain pasif sama-sama
bermanfaat bagi perkembangan
anak, namun untuk
memberi manfaat yang optimal
dan bersifat menyeluruh
bagi perkembangan anak,
kedua jenis kegiatan bermain ini
perlu dilakukan oleh anak secara seimbang.
c)
Kemampuananakmengatasisituasisosialyangdihadapi
Kemampuan
anak dalam mengatasi
situasi sosial yang dihadapi
erat kaitannya dengan kemampuan anak dalam menjalin hubugan antar
manusia. Hal ini disebabkan karena situasi sosial yang dihadapi anak, mau tidak
mau melibaan orang lain sehingga pada dasarnya tidak dapat lepas dari hubungannya dengan orang lain. Salah satu
yang berkaitan dengan
kemampuan mengatasi situasi
sosial ini, anak tidak
selalu harus berhubungan
secara langsung dengan
orang lain. Masalah
yang dihadapinya tidak berhubungan
langsung dengan orang lain,
tetapi berhubungan dengan situasi
sosial, yaitu situasi
yang diciptakan oleh
orang lain. Misalnya, seorang anak TKsedang mengikuti
kegiatan menggambardi kelas, yang sebenarnya tidak disukainya.
Keadaan ini menimbulkan
perasaan dan pengalaman
yang tidak enak pada
dirinya. Bila ia
tidak mau melakukan
kegiatan itu ia
takut dihukum gurunya, tetapi
bila ia mengikuti
terus ia merasa
sangat bosan. Mengatasi
situasi semacam ini diperlukan kemampuan anak untuk mencaripemecahan
masalah yang sebaik-baiknya sesuai dengan
perkembangan yang telah
dicapainya. Pada usia
ini diharapkan anak telah
menyadari tuntutan yang
diharapkan oleh lingkungan.
Ia sudah harus dapat mengikuti aturan main yang ada, mengikuti tokoh
otoritas yang dihadapi dan mencoba untuk mengendalikan perasaan-perasaanya
dengan cara yang lebih positif.
No comments:
Post a Comment