JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MOTORIK HALUS DENGAN FINGER PAINTING PADA SISWA DOWN SYNDROME KELAS C1 DASAR 3
DI SLB WACANA ASIH PADANG
Dra. LIFYA
Abstrak
: This study uses action research methods class (classroom action
research) with a workflow that consists of four series of planning, action,
observation and reflection. By collaborating with classroom teachers. Students
research the subject of a Down's syndrome. The research data were collected
using observation, discussion and testing. The results achieved in a single
cycle has not been fully successful or not optimal because the line that made
the child is still disjointed and not follow the pattern. In the second cycle
can result in better line was made almost completely and follow a pattern. this
activity is carried out by the children well. After the second cycle of action.
Students can follow the Piola and 60%. Finally, the conclusions of this study
can be taken to improve the ability to fine it is recommended to educators and
therapists to use as an alternative therapist Fingger Painting in fine motor
exercises for students Down syndrome
Kata kunci :
Latihan Motorik halus, Finger Painting
PENDAHULUAN
Masa kecil sering disebut sebagai “
saat ideal” untuk mempelajari
kemampuan motorik. kemampuan
motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja . Melainkan keterampilan itu harus dipelajari dan di
latihkan secara teratur. Karena pengalaman belajar dan harapan orang dewasa
yang serupa, biasanya diantara semua anak dalam kebudayaan tertentu ditemukan
kemampuan motorik yang sifatnya umum. Sebagai contoh semua anak diharapkan untuk bisa makan
sendiri, berpakaian sendiri, menulis dan
memainkan permainan yang disetujui oleh kelompok sosial.
Perkembangan
motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah norma
umur anak. Akibatnya pada umur tertentu
anak tidak menguasai motoriknya dan anak dipandang sebagai anak yang
terbelakang. Keterlambatan lebih sering
disebabkan kurangnya kesempatan untuk mempelajari keterampilan atau latihan
motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan atau kurangnya motifasi anak
untuk mempelajarinya.
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang
berada di bawah norma umur anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai motoriknya dan anak
dipandang sebagai anak yang terbelakang. Keterlambatan lebih sering disebabkan kurangnya kesempatan
untuk mempelajari keterampilan atau latihan motorik, perlindungan orang tua yang
berlebihan atau kurangnya motifasi anak untuk mempelajarinya.
Pengaruh
perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan
pribadi anak yang baik.Akhirnya menimbulkan masalah emosi dan perilaku. Bagi
anak Down Sindrom (Down syndrome)
yang merupakan kelainan genetik yang
terjadi pada kromosom 21 pada
berkas q22 gen SLC5A3,
yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan
yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini pertama
kali dikenal pada tahun 1866 oleh
Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan
yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering
juga dikenal dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang
terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini
dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah
yang sama. Bagi yang mengalami kelaian kromosom dapat dilihat dari manifestasi
klinis yang cukup keras. Pengaruh perkembangan motorik dapat berdampak pada
perkembangan pertumbuhan fisik dan mental dalam belajar di sekolah. Sering ditemukan anak yang mengalami
kesulitan dalam kegiatan menulis. Hal ini disebabkan oleh salah satu
kemungkinan yaitu faktor kemampuan motorik halus anak yang kurang baik. pada
motorik halus anak diharapkan terampil dan cermat menggunakan jari-jemarinya
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kemampuan motorik halus merupakan salah
satu yang mempengaruhi kemampuan anak
dalam menulis. Untuk dapat menuliskan sesuatu dengan baik dan benar perlu ada
latihan mulai dari yang mudah sampai
kepada yang sukar sehingga gerakan yang ditimbulkan tidak kaku dan kasar lagi.
Berdasarkan temuan sehari-hari saat belajar menulis di
kelas Tunagrahita sedang dasar 3 ( C1 Dasar 3) penulis menemukan anak Down Sindrom yang sering mengeluhkan tangannya
sakit, capek sehingga anak malas untuk menulis,Hal ini bukan dikarenakan malas
semata tetapi lebih dikarenakan pengendalian otot tangan,bahu dan pergelangan
tangan yang belum terlatih maka anak kurang temotivasi untuk menulis. Anak
cepat pegal dan capek karena tekanan yang dilakukan masih kasar dan keras,
Tulisan yang dibuat bisa diraba dan berwarna hitam .
Dalam pembelajaran menulis selama ini guru sudah
memberikan latihan motorik halus dengan menggunakan platisin cuma latihan menulis yang diberikan langsung menuju bentuk- bentuk huruf yang berukuran
2x2 cm dan 1x1 cm pada buku berkotak. Dalam pelajaran menulis dipengaruhi
berbagai faktor kematangan atau kesiapan
yaitu faktor motorik. perilaku ketika menulis, persepsi, memori, kemampuan
cross modal, dan penggunaan tangan dominan ( kidal atau bukan). Sebelum anak
belajar dan mampu menulis huruf harus dimatangkan terlebih dahulu. Untuk
melatih motorik halus tersebut juga diperlukan media. Sedangkan di sekolah
terlihat usaha untuk menciptakan media untuk melatih kemampuan motorik halus anak belum maksimal.
Anak hanya dilatih oleh guru dengan menggunakan platisin dan itupun tidak
kontiniu.
Dengan pertimbangan tersebut peneliti menyepakati
dengan kolaborator untuk menggunakan finger
painting . Kegiatan finger painting yang diberikan kepada
anak berupa kegiatan melukis dengan menggunakan pasir, dan kanji. Kanji dimasak
dari tepung maizena yang diberi beraneka ragam warna yang menarik. Anak akan
melukis dengan jari jemarinya dengan menggunakan kanji yang berbentuk lem tadi.
Hal ini juga berlaku pada pasir yang diletakan diatas nampan anak diberi
kebebasan menggunakan pasir tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menjelaskan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yaitu untuk
menjelaskan apakah finger painting dapat meningkatkan kemampuan motorik
halus anak Down Sindrom di SLB
Wacana Asih Padang.
Untuk itu penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian Tindakan kelas yang berjudul meningkatkan
kemampuan motorik halus dengan finger
painting pada anak down sindrom kelas C1 dasar 3 di SLB Wacana Asih Padang.
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah
agar dapat
bermanfaat bagi Guru atau terapis sebagai masukan dan pertimbangan dalam
upaya meningkatkan kemampuan motorik halus anak Down Sindrom dan membuktikan
bahwa kegiatan finger painting dapat
meningkatkan motorik halus anak Down Sindrom.
Motorik dan gerak seringkali menjadi satu.
Motorik dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
peristiwa laten yang tidak dapat diamati dari luar. Pengertian umum ini
belum dapat memberikan kejelasan yang lebih tajam , untuk itu diperlukan suatu
definisi yang lebih operasional. Menurut Wtarsono(2009), motorik adalah suatu
peristiwa laten yang meliputi keseluruhan proses pengendalian dan pengaturan
fungsi. Fungsi organ tubuh baik secara
fisiologis maupun secara psikis yang menyebabkan terjadinya suatu gerak
peristiwa. Peristiwa laten yang tidak dapat diamati tersebut meliputi antara
lain: Penerimaan informasi atau stimulus , pemberian makna terhadap informasi,
pengolahan informasi, proses pengambilan keputusan dan dorongan untuk melakukan
berbagai bentuk aksi motorik. Setelah itu dilanjutkan dengan peristiwa fisiologi yang meliputi
pemberian.Pengaturan dan pengendalian imflus kepada organ tubuh yang terlibat
dalam melaksanakan aksi motorik. Sebagai hasil dari peristiwa laten tersebut
adalah gerak yang dapat diamati dalam dimensi ruang dan waktu. Hal senada juga
dikemukakan oleh Andang Ismail ( 2006). Bahwa motorik adalah semua gerakan yang
mungkin dilakukan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik sebagai
perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan
motorik erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik diotak. Secara umum
kemampuan motorik terdiri dari motorik kasar dan motorik halus.
Menurut
Wtarsono ( 2. 009: 12 ), stimulasi motorik halus dapat dilakukan melalui
kegiatan berupa :. Finger painting.
Yaitu melukis dengan jari melatih
mengembangkan imajinasi, memperhalus koordinasi motorik halus, dan mengasah
rasa seni,khususnya seni rupa.
Finger Painting berasal dari bahasa Ingris, Finger artinya jari sedangkan Painting
artinya melukis. Jadi Finger
Painting adalah melukis dengan jari. Menurut Gazali Solahudin ( 2008), Finger painting adalah teknik melukis dengan mengoleskan
kanji pada kertas atau karton dengan jari atau telapak tangan.dalam aktifitas
ini dapat digunakan berbagai media dan warna, dapat menggunakan tepung kanji,
adonan kue, pasir dan sebagainya.
Finger Painting ini dapat
mempergunakan berbagai media dan warna, dengan menggunakan tepung kanji, adonan
kue, pasir dan sebagainya.Aktifitas ini penting dilakukan sebab akan memberikan sensasi pada jari
sehingga dapat merasakan control gerakan jarinya dan membentuk konsep gerak
membuat huruf .
METODE
Jenis penelitian yang penulis
gunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Action Riset Class
Room ) bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus dengan
Finger Painting pada anak Down
Sindrome. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dilakukan
untuk memperbaiki praktek mengajar dikelas. Suharsimi Arikunto (2006 : 3)
mengemungkakan bahwa penelitian tindakan
kelas adalah “ Suatu pencermatan kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
tindakan itu diarahkan oleh guru dan dilakukan oleh siswa”. Dari pendapat
tersebut dapat dimaknai bahwa penelitian tindakan kelas adalah. Penelitian yang
dilakukan di kelas sebagai suatu upaya peningkatan kualitas pembelajaran atau
bidang pendidikan sangat memperhatikan proses dan hasil. Adapun tujuan dari
penetitian tindakan kelas adalah “ untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran
dan mengatasi masalah pembelajaran. Meningkatkan profesionalisme dan
menumbuhkan budaya akademik “( Arikunto, 2006) .Pada penelitian ini peneliti
berkolaborasi dengan teman sejawat.
Mulai dari perumusan masalah , sampai pada pengumpulan data. Dengan
adanya kolaborasi ini maka diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi solusi yang tepat untuk permasalahan
yang ada.
Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus dengan empat langkah meliputi: perencanaan (planning), pelaksanaan (action)
pengamatan(observation). Siklus kedua
pada penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada siklus pertama, dan dap;at dilanjutkan
pada siklus selanjutnya sampai didapat hasil yang optimal. Karena keterbatasan
waktu dalam hal ini peneliti hanya melakukan
latihan yang dilakukan di dalam kelas. Dalam setiap siklus dilakukan
pembelajaran dengan menggunakan finger
painting dengan media pasir dan kanji
sehingga dapat melatih motorik halus siswa.
1.
Perencanaan
- Bersama kolaborator menyepakati
jadwal penelitian.
- Menelaah kurikulum yang berkaitan
dengan latihan motorik , analisis materi dan menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran.
- Menyusun LKS yang akan digunakan
oleh Siswa dalam menghubungkan titik-titik berpola.
- Menyusun intrumen penelitian ( alat
pengumpul data), yakni instrumen Penelitian
2.
Pelaksanaan ( action}
Tindakan penelitian dilakukan sesuai dengan scenario
pembelajaran yang telah dirancang pada tahap perencanaan. Langkah-langkah yang
dilakukan pada tahap ini adalah
- Menjelaskan tentang cara menggunakan
media pasir dan kanji
- Siswa melakukan latihan motorik
halus dengan media pasir dan kanji
- Menjelaskan tentang cara
menghubungkan titik-titik berpola
- Siswa menghubungkan titik-titik
berpola.
3. Observasi
Pengamatan terhadap hasil latihan
siswa dilakukan oleh peneliti sebagai observer, hal-hal yang diobserver antara
lain:
- Kesungguhan
siswa dalam melakukan latihan motorik halus dengan Finger Painting
- Aktifitas
siswa selama penbelajaran berlangsung mencakup aspek pengamatan.
- Aktivitas
siswa dalam menghubungkan titik-titik berpola
- Hasil
belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi
Refleksi dilakukan setelah mengkaji tindakan yang
telah dilakukan pada siklus perama. Data yang diperoleh melalui observasi
langsung oleh peneliti dianalisis secara deskriptif. Dari lembar observasi akan didapat informasi
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung baik aktivitas yang mendukung
proses pembelajaran ataupun aktivitas yang tidak mendukung proses pembelajaran.
Selain itu juga ditemukan kendala selama pelaksanaan tindakan yang harus
diantisipasi pada pelaksanaan siklus berikutnya.
Berdasarkan
analisis data dan kendala yang dihadapi pada siklus pertama
maka dirancanglah scenario pembelajaran untuk siklus kedua. Pada siklus kedua juga dilakukan observasi
untuk mengumpulkan data aktivitas latihan siswa. dengan melakukan analisis data
pada siklus kedua ini akan didapat gambaran umum aktivitas siswa dalam latihan
motorik halus.
1. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah
a. Observasi. Penulis membuat tabel
pedoman observasi penelitian yang berisi indikator untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus dengan finger painting
bagi siswa Down Sindrome di SLB Wacana
Asih Padang dan diceklis oleh kolaborator.
b. Catatan Lapangan. Catatan
lapangan diperoleh dari kelas tempat anak belajar sesuai dengan fakta tanpa ada
rekayasa.
c. Studi Dokumentasi. Peneliti
menggunakan alat dokumentasi dengan harapan dapat mendukung dan melengkapi data
penelitian. Kegiatan dapat diabadikan sehingga guru sebagai peneliti dapat
melihat dan menganalisa kegiatan yang telah dilakukan. Hasil pencermatan akan
memberikan hasil yang akurat sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap
guna melakukan analisis dan reflektif sebagai perbaikan tindakan selanjutnya.
2. Analisis Data
Teknik analisa data yang penulis gunakan bersifat
kualitatif yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Tim Pelatih PGSM (1999)
analisa data dapat dilakukan tiga tahap yaitu:
a. Reduksi Data
Banyaknya data yang diperoleh di lapangan perlu
direduksi yaitu dengan cara merangkum data yang didalamnya terdapat proses dan
pernyataan peneliti yang telah
ditetapkan sesuai dengan pelaksanaan penelitian. Semua data yang telah
disimpulkan tetap menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran yang
berlangsung dan hasil yang dicapai oleh siswa
b. Paparan Data
Penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk
paparan naratif yang menggambarkan pelaksanaan proses belajar dalam
meningkatkan kemampuan motorik anak Down Sindrome
c. Penyimpulan
Merupakan proses pengambilan intisari dari sajian data
penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dalam bentuk kalimat singkat,
padat,tetapi mengandung arti yang luas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
Tindakan dilakukan Sembilan kali pertemuan, setiap kali pertemuan
merupakan sub siklus. Sebab dalam tiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap
latihan motorik halus dengan finger
painting
Pada
tindakan I ini, motorik ini terdiri atas 9 sub aspek yaitu membuat garis tegak,
garis datar, garis miring, garis lengkung, lingkaran, garis tegak
berlabirin,garis datar berlabirin. garis miring berlabirin, lingkaran
berlabirin.
a)
Membuat garis tegak
Sebelum membuat garis tegak penulis memberikan latihan
motorik halus dengan menggunakan pasir yang ditempatkan pada nampan yang
berukuran 40 cm x 30 cm. Latihan
diberikan selama + 15 menit. Anak
meremas. Menekan dan menggosokan pasir pada nampan dengan tangannya.
Setelah itu anak mencuci tangannya . Kegiatan
dilanjukan dengan membuat garis tegak dengan cara mnghubungkan titik-titik
berpola yang sudah disediakan pada dua lembar kertas. Guru meminta oarng tua
ikut bekerja sama dengan melatih anak untuk meremas dan menggosokan tangannya
dengan pasir di rumah.
b)
Membuat Garis datar
Penulis meletakan nampan yang sudah berisi pasir.
Pasir yang disediakan agak lembab dengan tujuan agar anak bisa menumpuk dan
membentuk pasir tersebut dengan tangannya. Siswa diberi intruksi untuk
mengunakan pasir itu sebagai alat untuk melatih motoriknya. Setelah
membersihkan tangan kegiatan dilanjutkan dengan membuat garis berpola berbentuk
garis datar pada kertas yang sudah disediakan sebanyak dua lembar. Guru
mengarahkan dan memotifasi siswa untuk membuat garis datar tersebut.
c)
Membuat garis miring
Pertama penulis membimbing siswa untuk menggunakan
pasir sebagai media pasir yang digunakan agak kering sehingga bisa digunakan dengan ujung jari telunjuk dan
jempol. Penggunaan pasir dengan cara menggesekan ujung jari jempol dan telunjuk yang terlebih dahulu telah mengambil pasir
dengan ujung jari tersebut. Selanjutnya penulis mengenalkan garis miring dan
menjelaskan cara membuatnya. Siswa membuat garis miring dengan cara
menghubungkan titik-titik berpola.
d)
Membuat garis lengkung
Pertama penulis membimbing siswa untuk menggunakan
pasir sebagai medi untuk latihan motorik halus dengan menggunakan digu nakan
kedua tangan. Penggunaan pasir dengan cara menggerakan ujung sampai menekankan
kedua telapak tangan . Selanjutnya
penulis mengenalkan garis lengkung dan menjelaskan cara membuatnya. Siswa
membuat garis lengkung dengan cara menghubungkan titik-titik berpola.
e)
Membuat lingkaran
Sebelum membuat lingkaran latihan motorik yang diberikan tetap
menggunakan pasir. Nampan yang di berikan ditukar dengan yang lebih besar
supaya anak lebih leluasa menggunakan pasir untuk latihan motorik. Anak diberi
waktu untuk meremas-remas pasir dan menepuknya dengan tangan selama + 15
menit anak diberi kebebasan berfantasi dengan pasir. Kegiatan berikutnya
dilanjutkan dengan membuat lingkaran. Sebelumnya dijelasakan bentuk lingkaran
dan cara menarik garis lingkaran. Siswa membuat lingkaran dengan cara
menghubungkan garis titik-titik berpola.
f)
Membuat garis tegak berlabirin
Pertama penulis membimbing siswa menggunakan pasir
yang tersedia dinampan untuk latihan motorik. Siswa diminta untuk menggosokan
kedua tangannya sampai pasir habis. Kegiatan itu berlangsung selama lima belas
menit. Setelah itu anak menghubungkan garis berpola berbentuk garis datar
berlabirin.
g)
Membuat garis datar berlabirin
Kegiatan dimulai dengan mempersiapkan pasir , nampan .
dan kertas berpola. Yang akan dipergunakan oleh siswa. Setelah itu melakukan
kegiatan meremas-remas pasir . Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan guru.
Guru memegang tangan siswa lalu mengisikan pasir ketangannya . Siswa
menggenggam pasir yang ada ditangannya itu. Guru meminta anak membuka kedua
telapak tangan kemudian mengisi kedua nya dengan pasir. Siswa meremasnya dengan
sekuat tenaga. Kegiatan dilanjutkan dengan membuat garis datar berlabirin
dengan menghubungan titik-titik berpola.
h)
Membuat garis miring berlabirin
Setelah mempersiapkan peralatan seperti panci plastik
dan pasir kegiatan dimulai dengan melakukan memutar pasir dengan tangan
kepinggir panci plastik dengan cepat. Kegiatan dilanjutkan dengan menjelaskan
garis miring berlabirin. Lalu siswa membuat garis miring berlabirin dengan
menghubungkan titik-titik berpola
i)
Membuat lingkaran berlabirin
Setelah mempersiapkan peralatan seperti panci plastik
dan pasir kegiatan dimulai dengan melakukan memutar pasir dengan telapak
tangan, menekan- nekan pasir dan meremas pasir.Kegiatan dilanjutkan dengan
menjelaskan lingkaran berlabirin. Kegiatan berikutnya siswa membuat
lingkaran berlabirin dengan
menghubungkan titik-titik berpola.
SUMBER: http://lifyasofyan.blogspot.com/2012/04/meningkatkan-kemampuan-motorik-halus.html
No comments:
Post a Comment