Wednesday, December 13, 2017

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik

Pendidikan merupakan upaya untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muara ranah kognitif adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya karakter kepribadian, dan ranah psikhomotorik akan bermuara pada keterampilan vokasional dan perilaku. Dalam pembentukan karakter, Ki Hajar Dewantara (1967) mengungkapkan bahwa pembentukan karakter adalah upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban masyarakat dan bangsa secara umum. Pendidikan pembentukan karakter merupakan upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai yang baik atau positif pada diri anak sesuai dengan etika moral yang berlaku. Anak tidak hanya tahu apa yang seharusnya dilakukan tetapi juga memahami mengapa hal tersebut dilakukan, sehingga anak akan berperilaku seperti yang diharapkan. Pasal 3 UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional inilah yang menjadi landasan pengembangan pendidikan karakter bangsa. Pendidikan karakter bersifat terus menerus dan berkelanjutan (continuous) dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi agar terinternalisasi dengan baik dalam diri anak, dengan tahapan sebagai berikut. a. Pada usia 5-8 tahun ditanamkan nilai-nilai yang bersifat global dan spontan. b. Pada usia 9-12 tahun pendidikan karakter berupa nilai-nilai hakikat kebenaran berupa baik atau buruk. c. Pada usia 14-16 tahun anak mulai dilatihkan berbagai perilaku berupa kebaikan betapapun beratnya. d. Pada usia 17-20 tahun anak dibiasakan tidak hanya berbuat baik tetapi juga menyadari maksud dan tujuan suatu sikap. Keberhasilan pendidikan karakter tidak hanya ditentukan oleh besarnya peranan pendidik dalam memberikan pengajaran atau bimbingan tetapi juga ditentukan oleh lingkungan sosial dalam memberikan situasi yang kondusif dalam pengembangan karakter. Nilai-nilai tersebut tidak hanya cukup disampaikan dan konseptual, tetapi dibutuhkan latihan yang terus menerus dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai Yang Perlu Ditanamkan, Ditumbuhkan Dan Dikembangkan Nilai-nilai yang dikembangkan tersebut tidak lepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berfikir tentang tata nilai, moral, norma dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat. Dengan membiasakan berbuat sesuatu sesuai dengan tata nilai atau norma moral yang ada dan telah disepakati, maka nilai-nilai tersebut lama kelamaan akan menjadi bagian dari dirinya. Dalam pendidikan pembentukan karakter bangsa, nilai-nilai yang harus ditumbuhkembangkan dapat dikelompokkan pada anak usia dini salah satunya adalah Nilai kemasyarakatan, berupa nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku dalam masyarakat setempat. Bila nilai-nilai masyarakat ini telah terinternalisasi dalam diri anak, ia akan memiliki adab, budaya, dan susila yang baik sebagai anak yang berkepribadian luhur.



Karakteristik Pendidikan IPS di PAUD
Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1. Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.


No comments:

Post a Comment