Wednesday, December 13, 2017

Keterampilan Dasar dalam Kecerdasan Sosial

Keterampilan Dasar dalam Kecerdasan Sosial

Daniel Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence, menyampaikan bahwa ada empat keterampilan dasar yang mesti dikembangkan dalam kecerdasan sosial. Empat keterampilan dasar itu adalah mengorganisasi kelompok, merundingkan pemecahan masalah, menjalin hubungan, dan menganalisis sosial.
Dalam tulisan sederhana ini, penulis ingin mengangkat dua keterampilan dasar dalam kecerdasan sosial sebagaimana yang disampaikan oleh Daniel Goleman, namun penulis tidak serta-merta memindahkan tulisan Daniel Goleman ke dalam tulisan ini. Dalam hal ini, penulis hanya menyampaikan gagasan dua keterampilan dasar tersebut, kemudian penulis membahasnya sendiri dalam ulasan sebagai berikut:

1. Mengorganisasi Kelompok
Ada sebuah pernyataan yang sangat luar biasa. Pernyataan tersebut, konon sebelumnya belum ada tokoh atau seorang pun di dunia ini yang menyampaikannya. Sebuah pernyataan yang menganggap bahwa setiap manusia, baik miskin atau kaya, punya status sosial atau hanya rakyat biasa, mempunyai jabatan formal atau hanya pekerja kasar, adalah sosok pemimpin.
Lebih lengkapnya, marilah kita simak apa yang pernah disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam hadis berikut, "Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya." Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Setiap pribadi manusia adalah pemimpin. Bahkan, dalam hadis tersebut dinyatakan bahwa anak-anak pun dianggap sebagai pemimpin yang sudah mempunyai tanggung jawab, yakni bertanggung jawab atas penggunaan harta ayahnya. Dalam contoh yang lebih sederhana, misalnya seorang anak yang diberi uang saku oleh orangtuanya harus belajar untuk bertanggung jawab dalam mengelola uang sakunya. Apakah akan dibuat jajan semuanya, sebagian ditabung, diberikan kepada teman yang sedang membutuhkan, atau untuk membeli buku bacaan tambahan selain buku wajib di sekolah.
Di sinilah sesungguhnya penting bagi kita selaku orangtua untuk bisa mengembangkan keterampilan dasar dalam kecerdasan sosial bagi anak-anak kita. Terkait dengan pendapat Daniel Goleman adalah keterampilan dalam mengorganisasi kelompok. Mengapa? Karena setiap pribadi adalah pemimpin. Sebagai seorang pemimpin, sudah barang tentu dibutuhkan kemampuan dalam mengorganisasi, minimal dalam sebuah kelompok kecil di lingkungan sosialnya, atau paling tidak dalam lingkungan keluarganya.
Melatih anak-anak dalam keterampilan mengorganisasi kelompok bisa dilakukan dalam bentuk permainan tertentu dengan teman-temannya. Permainan ini bisa dilakukan di halaman rumah kita, di lapangan, atau di mana biasanya anak-anak bermain. Keterampilan ini bisa pula kita terapkan pada anak-anak agar dapat berbagi tugas dengan teman-temannya dalam sebuah acara. Misalnya, acara bakar sate tempe (tempe dipotong kecil-kecil, goreng setengah matang, kemudian ditusuk pakai tusuk sate, lalu dibakar di atas arang yang membara) yang sengaja kita rencanakan bersama anak-anak dan teman-temannya di sebuah hari libur sekolah. Acara ini sepenuhnya kita serahkan kepada anak-anak, termasuk masing-masing anak harus iuran berapa, berbagi tugas siapa yang belanja, menggoreng tempe, membuat bumbu sate, membakar sate tempe, dan sebagainya. Meskipun acara memasak, menurut pengalaman penulis, acara ini disukai tidak hanya bagi anak-anak perempuan, ternyata anak laki-laki pun suka dengan acara bersama semacam ini.
Orangtua dapat membuat permainan atau kegiatan yang lain. Acara bakar sate tempe sebagaimana di atas hanyalah sekadar contoh. Orangtua bisa merancang kegiatan dengan kreatif atau bisa mengajak anak-anak untuk merencanakan sebuah kegiatan bersama di sebuah hari libur. Satu hal yang paling penting, yakni orangtua mesti memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk bisa mengelola dan mengorganisasi kelompoknya sendiri. Hal yang dilakukan orangtua hanyalah menemani mereka. Meskipun hanya menemani, tidak ada salahnya juga bila di bagian-bagian tertentu orangtua memberikan ide dan saran. Namun, hal yang sama sekali harus dihindari oleh orangtua adalah mendominasi kegiatan tersebut. Ini sangat penting agar anak-anak kita mempunyai kemandirian dan bisa mengorganisasi kelompoknya dengan baik.

2. Merundingkan Pemecahan Masalah
Bila ada dua orang atau kelompok yang bersikukuh untuk mempertahankan pendapatnya masing-masing yang paling benar maka dibutuhkan seorang mediator yang baik agar masalah dapat terselesaikan. Di sinilah sesungguhnya bagi setiap pribadi dibutuhkan sebuah kecerdasan sosial tersendiri. Dalam hal ini, kita bisa melatih anak-anak kita untuk bisa mempunyai nalar yang baik, menyampaikan gagasan dalam sebuah komunikasi yang baik, sehingga bisa melakukan sebuah perundingan dengan baik.
Kemampuan untuk bisa merundingkan pemecahan masalah dengan baik ini memang tidak muncul begitu saja dari pribadi seseorang. Namun, kemampuan itu adalah hasil dari latihan yang panjang-meskipun tidak disadarinya-dalam kehidupan seseorang. Namun, sebagai orangtua yang menginginkan agar anak-anak mempunyai kecerdasan sosial dengan baik, kita bisa melatih dan mengembangkan kemampuan ini. Misalnya, ketika kita melihat televisi bersama anak-anak dan ditayangkan sebuah berita tentang perkelahian dua kelompok masyarakat, kita selanjutnya bisa mengajak diskusi anak-anak kita mengenai soal tersebut. Kita kembangkan kecerdasan sosial anak kita dengan meminta pendapat kepadanya tentang apa yang akan dilakukan dan dikatakan anak kita seandainya diminta menyelesaikan masalah dua kelompok yang sedang berkelahi sebagaimana yang ditayangkan di televisi.
Anak-anak kita juga bisa belajar dari dunia permainannya bersama teman-temannya. Sebagaimana dalam permainan anak-anak, sudah barang tentu biasanya tidak terlepas dari berbantah-bantahan ketika terjadi masalah dalam permainannya. Hal yang semacam ini bisa dibilang wajar dalam dunia anak-anak. Namun, yang paling penting adalah bagaimana anak-anak kita menyelesaikan perbantahan tersebut. Bukan diselesaikan dengan cara fisik, artinya yang kuat maka akan memang; bukan pula dengan bentak-bentakan hingga akhirnya salah satu mengalah; atau bukan dengan tidak mau menyelesaikan masalah hingga permainan bubar dan lari ke rumah masing-masing dengan membawa rasa dendam di hati. Melainkan, kita ajak anak-anak untuk mencari akar masalah atau penyebab mengapa terjadi perselisihan untuk kemudian merundingkan dengan penyelesaian yang baik.


No comments:

Post a Comment