Wednesday, December 13, 2017

Pembelajaran IPS Sebagai Pendidikan Nilai pada AUD

Pembelajaran IPS Sebagai Pendidikan Nilai pada AUD
 





Oleh:
Kelompok 5
Anggota: 1. Dwi Syadza Fatinah (06121014005)
2. Maya Lestari (06121014012)
3. Cindy Monica Putri (06121014019)
4. Ema Afrida (06121014026)
5. Rani Fitriani (06121014033)
6. Ayu Winarti (06121014040)
7. Mega Wulansi (06121014047)
8. Meta (061210140  )
Dosen pembimbing: Dra. Hj. Yetty Raheli, M.Pd

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
Pembelajaran IPS Sebagai Pendidikan Nilai pada AUD    
A.   Konsep Nilai, Moral dan Norma
Nilai berbeda dengan sikap. Nilai bersifat umum, mempengaruhi perilaku seseorang terhadap jumlah objek dan terhadap orang.
Arti Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto dinyatakan bahwa nilai adalah harga, hal-hal yang berguna bagi manusia. Menurut I Wayan Koyan (2000 :12), nilai adalahsegala sesuatu yang berharga. Menurutnya ada dua nilai yaitu nilai ideal dan nilai ktual. Nilai ideal adalah nilai-nilai yang menjadi cita-cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari.  Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapaun nilai subyektif  yaitu nilai yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu. Menurut Richard Merill dalam I Wayan Koyan (2000 : 13) menyatakan bahwa nilai dalah patokan atau standar yang dapat membimbing seseorang atau kelompok ke arah ”satisfication, fulfillment, and meaning
Arti Moral
Adapun pengertian moral berasal dari bahasa latin mores, dari suku kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak (K.Prent, et al dalam Soenarjati 1989 : 25). Dalam perkembangannya moral diartikan sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, yang susila (Amin Suyitni, dalam Soenarjati 1989 : 25). Dari pengertian itu dikatakan bahwa moral adalah berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia akan dikatakan jelek secara moral.
Arti sikap
Menurut Rochman Natawijaya (1984: 20) sikap adalah kesiapan seseorang untuk memperlakukan sesuatu objek, di dalam kesiapan itu ada aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
Dari kajian para ahli dapat ditegaskan sebagai berikut:
1. Ada hubungan timbal-balik antara nilai dengan kognitif.
2. Ada hubungan timbal-balik antara afektif dengan kognitif.
3. Nilai mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan menuju kepada terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan penghayatan terhadap “belief” (keyakiannya).

B.   Tahap Perkembangan Moral AUD
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral.  Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958  yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembanganyang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget,  yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif, Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
 Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
( Apa untungnya buat saya?)
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
( Sikap anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
( Moralitas hukum dan aturan)
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal
( Principled conscience)
C.   Pentingnya Penanaman Moral AUD
Usia kanak - kanak adalah usia yang sangat penting untuk dilakukan penanaman moral. pada usia pra sekolah (dibawah enam tahun) aspek emosi dan kognitifnya dalam masa perkembangan. kedua aspek tersebut, baru terbentuk secara matang ketika anak mencapai usia tertentu. aspek kognitif diperlukan untuk memahami nilai - nilai dan norma - norma., aspek emosi diperlukan untuk kepekaan terhadap lingkungan sekitar yang memungkinkan seseorang mampu bersimpati dan bertenggang rasa.

Terbentuk perilaku moral yang baik pada seseorang diperoleh melalui proses yang cukup panjang, pembentukan perilaku moral tersebut secara sengaja harus dikenalkan dan ditanamkan sejak usia kanak - kanak. penanaman nilai moral pada anak - anak dilakukan melalui 2 macam proses yaitu proses eksternal dan proses internal. berhasil tidaknya proses pembentukan perilaku moral pada seseorang salah satu faktor yang sangat menentukannya yaitu tergantung kepada efektif tidaknya upaya penanaman nilai moral kepada orang tersebut ketika masa kanak - kanak. disinilah letak pentingnya penanaman nilai moral kepada anak.
D. Nilai dan Sikap yang Ditanamkan Melalui IPS pada AUD
Butir-butir nilai dan sikap yang dapat dikembangkan dari materi IPS,Berikut beberapa contohnya:
1. Tema :lingkungan sekitar
Subtema: rumah
Dari lingkungan rumah/keluarga dapat digambarkan hubungan orang tua dan anak-anak, meliputi:
1. Nilai-nilai kasih sayang, sabar, sopan-santun, patuh dan sebagainya.
 2. Sikap, misalnya sikap bertanggung jawab terhadap keluarga, sikap simpatik, berdisiplin, menaati peraturan, menyenangi keindahan, kebersihan, dan sebagainya.
2. Tema : profesi
Subtema : jenis-jenis pekerjaan
Dari penggalian jenis-jenis pekerjaan ini akan ditemukan hubungan antara timbulnya kebutuhan hidup dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya sebagai berikut:
1. Nilai-nilai hemat, rajian, tekun, kerja keras, kesederhanaan, manfaat (tidak menyebabkan sesuatu menjadi sia-sia), dan sebagainya.
2. Sikap, misalnya efektif dan efisien, menghargai waktu, sikap bersungguh-sungguh dalam menghadapi pekerjaan, menikmati hidup, bersikap optimis, sikap tidak menyombongkan diri, menyukai keteraturan/ketertiban, dan sebagainya.





Daftar Pustaka



No comments:

Post a Comment