Pembelajaran IPS Sebagai Pendidikan Nilai pada AUD
Oleh:
Kelompok
5
Anggota:
1. Dwi Syadza Fatinah (06121014005)
2.
Maya Lestari (06121014012)
3.
Cindy Monica Putri (06121014019)
4.
Ema Afrida (06121014026)
5.
Rani Fitriani (06121014033)
6.
Ayu Winarti (06121014040)
7.
Mega Wulansi (06121014047)
8.
Meta (061210140 )
Dosen
pembimbing: Dra. Hj. Yetty Raheli, M.Pd
Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sriwijaya
Pembelajaran IPS Sebagai Pendidikan Nilai pada AUD
A.
Konsep Nilai, Moral dan
Norma
Nilai berbeda dengan sikap. Nilai bersifat umum, mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap jumlah objek dan terhadap orang.
Arti Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Purwodarminto
dinyatakan bahwa nilai adalah harga, hal-hal yang berguna bagi manusia. Menurut
I Wayan Koyan (2000 :12), nilai adalahsegala sesuatu yang berharga. Menurutnya
ada dua nilai yaitu nilai ideal dan nilai ktual. Nilai ideal adalah nilai-nilai
yang menjadi cita-cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang
diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan
nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat
instrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang masa secara universal.
Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan
keadilan. Adapaun nilai subyektif yaitu
nilai yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat
dan budaya kelompok masyarakat tertentu. Menurut Richard Merill dalam I Wayan
Koyan (2000 : 13) menyatakan bahwa nilai dalah patokan atau standar yang dapat
membimbing seseorang atau kelompok ke arah ”satisfication, fulfillment, and
meaning
Arti Moral
Adapun pengertian moral berasal dari bahasa latin mores, dari suku
kata mos yang artinya adat istiadat, kelakuan, watak, tabiat, akhlak (K.Prent,
et al dalam Soenarjati 1989 : 25). Dalam perkembangannya moral diartikan
sebagai kebiasaan dalam bertingkah laku yang baik, yang susila (Amin Suyitni,
dalam Soenarjati 1989 : 25). Dari pengertian itu dikatakan bahwa moral adalah
berkenaan dengan kesusilaan. Seorang individu dapat dikatakan baik secara moral
apabila bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah moral yang ada. Sebaliknya
jika perilaku individu itu tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada, maka ia
akan dikatakan jelek secara moral.
Arti sikap
Menurut Rochman Natawijaya (1984: 20) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk memperlakukan sesuatu objek, di dalam kesiapan itu ada aspek
kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak
Dari kajian para ahli dapat ditegaskan sebagai berikut:
1. Ada hubungan timbal-balik antara nilai dengan kognitif.
2. Ada hubungan timbal-balik antara afektif dengan kognitif.
3. Nilai mempengaruhi kesiapan seseorang yang pada akhirnya akan
menuju kepada terwujudnya perilaku yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan
penghayatan terhadap “belief” (keyakiannya).
B.
Tahap Perkembangan Moral AUD
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat
saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah
terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan
kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada
tahun 1958 yang menjadi
awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari
Kohlberg.
Teori ini
berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,
mempunyai enam tahapan
perkembanganyang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan
dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan
moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif, Kohlberg memperluas pandangan dasar
ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya
berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun
ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg
menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia
tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan
mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian
mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam
tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan:
pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan
perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang
lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.
Keenam tahapan
perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan:
pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan
yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan
kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam
tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada
dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk
melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan
diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap
sebelumnya.
Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
2. Orientasi minat pribadi
( Apa
untungnya buat saya?)
Tingkat 2 (Konvensional)
3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
( Sikap
anak baik)
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
( Moralitas
hukum dan aturan)
Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
5. Orientasi kontrak sosial
6. Prinsip etika universal
( Principled
conscience)
C.
Pentingnya Penanaman Moral
AUD
Usia kanak - kanak adalah usia yang sangat
penting untuk dilakukan penanaman moral. pada usia pra sekolah (dibawah enam
tahun) aspek emosi dan kognitifnya dalam masa perkembangan. kedua aspek
tersebut, baru terbentuk secara matang ketika anak mencapai usia tertentu.
aspek kognitif diperlukan untuk memahami nilai - nilai dan norma - norma.,
aspek emosi diperlukan untuk kepekaan terhadap lingkungan sekitar yang
memungkinkan seseorang mampu bersimpati dan bertenggang rasa.
Terbentuk perilaku moral yang baik pada seseorang diperoleh melalui proses yang cukup panjang, pembentukan perilaku moral tersebut secara sengaja harus dikenalkan dan ditanamkan sejak usia kanak - kanak. penanaman nilai moral pada anak - anak dilakukan melalui 2 macam proses yaitu proses eksternal dan proses internal. berhasil tidaknya proses pembentukan perilaku moral pada seseorang salah satu faktor yang sangat menentukannya yaitu tergantung kepada efektif tidaknya upaya penanaman nilai moral kepada orang tersebut ketika masa kanak - kanak. disinilah letak pentingnya penanaman nilai moral kepada anak.
Terbentuk perilaku moral yang baik pada seseorang diperoleh melalui proses yang cukup panjang, pembentukan perilaku moral tersebut secara sengaja harus dikenalkan dan ditanamkan sejak usia kanak - kanak. penanaman nilai moral pada anak - anak dilakukan melalui 2 macam proses yaitu proses eksternal dan proses internal. berhasil tidaknya proses pembentukan perilaku moral pada seseorang salah satu faktor yang sangat menentukannya yaitu tergantung kepada efektif tidaknya upaya penanaman nilai moral kepada orang tersebut ketika masa kanak - kanak. disinilah letak pentingnya penanaman nilai moral kepada anak.
D. Nilai dan Sikap yang Ditanamkan Melalui IPS pada AUD
Butir-butir nilai dan sikap yang dapat dikembangkan dari materi
IPS,Berikut beberapa contohnya:
1. Tema :lingkungan sekitar
Subtema: rumah
Dari lingkungan rumah/keluarga dapat digambarkan hubungan orang
tua dan anak-anak, meliputi:
1. Nilai-nilai kasih sayang, sabar, sopan-santun, patuh dan
sebagainya.
2. Sikap, misalnya sikap
bertanggung jawab terhadap keluarga, sikap simpatik, berdisiplin, menaati
peraturan, menyenangi keindahan, kebersihan, dan sebagainya.
2. Tema : profesi
Subtema : jenis-jenis pekerjaan
Dari penggalian jenis-jenis pekerjaan ini akan ditemukan hubungan
antara timbulnya kebutuhan hidup dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan,
misalnya sebagai berikut:
1. Nilai-nilai hemat, rajian, tekun, kerja keras, kesederhanaan,
manfaat (tidak menyebabkan sesuatu menjadi sia-sia), dan sebagainya.
2. Sikap, misalnya efektif dan efisien, menghargai waktu, sikap
bersungguh-sungguh dalam menghadapi pekerjaan, menikmati hidup, bersikap
optimis, sikap tidak menyombongkan diri, menyukai keteraturan/ketertiban, dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
No comments:
Post a Comment