Unit 11
Unit 11
PEMBELAJARAN SENI
DI SEKOLAH DASAR
Oleh
Zakarias Soeteja
Bandi Sobandi
Agar pembelajaran seni disekolah dasar dapat terlaksana dengan baik dan
memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka para guru dituntut
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang berkaitan dengan pelaksanaan proses
pembelajaran tersebut. Untuk membekali saudara dengan pengetahuan dan
pemahaman tentang pelaksanaan pembelajaran seni disekolah, maka dalam materi
bahan ajar cetak Unit ini saudara akan memperoleh pengetahuan tentang
pendekatan, metode, metodologi, dan strategi pembelajaran seni di sekolah dasar.
Materi dalam Unit ini berisi tiga sub unit yang disusun sebagai berikut.
1. Sub unit 1, berisi materi tentang Pendekatan Metode Dan Model
Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar
2. Sub unit 2, berisi tentang Metode Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar
3. Sub unit 3, berisi tentang Rencana Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar
Kompetensi Dasar mata kuliah yang diharapkan dapat dimiliki oleh saudara
setelah mempelajari unit ini adalah Kemampuan untuk Mengembangkan berbagai
Model Pembelajaran Seni Di Sekolah Dasar. Adapun indikator keberhasilan
saudara setelah mempelajari materi bahan ajar cetak dalam sub unit ini adalah
kemampuan untuk:
1. Menjelaskan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran Seni di SD
2. Menganalisis model-model perencanaan pembelajaran seni di SD
3. Menyusun perencanaan pembelajaran model terpisah
4. Menyusun perencanaan pembelajaran model terpadu
Unit 11
Untuk memperoleh keberhasilan di dalam mempelajari unit ini, kami sarankan
agar saudara memperhatikan petunjuk berikut ini.
• Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan unit hingga Saudara benarbenar memahami dari pembelajaran unit ini.
• Bacalah uraian unit ini, kemudian temukan kata kuncinya atau diskusikan
dengan teman Saudara.
• Perluaslah wawasan Saudara dengan cara mencari berbagai sumber lain
baik dalam bentuk VCD maupun bahan ajar berbasis web.
• Setelah Saudara benar-benar memahami isi yang dibahas di dalam unit ini,
selanjutnya kerjakanlah latihan yang terdapat pada unit ini sesuai dengan
petunjuknya.
• Setiap akhir sub unit, jangan lupa menjawab setiap soal yang sudah
disediakan. Jika telah selesai mengerjakan, Saudara boleh mencocokan
dengan kunci jawabannya.
Unit 11-Sub Unit 1
11.1.1
Sub UNIT1
PENDEKATAN, METODE DAN
MODEL PEMBELAJARAN SENI
DI SEKOLAH DASAR
Pendekatan, metode dan model pembelajaran merupakan faktor penting
dalam proses pembelajaran seni di sekolah. Karakteristik mata pelajaran seni yang
unik dan berbeda dari pembelajaran materi pelajaran pada umumnya menuntut
perencanaan yang matang. Perlu disadari bahwa hasil belajar dalam pembelajaran
seni umumnya tidak serta merta tampak pada saat itu juga. Tujuan
penyelenggaraan pendidikan seni di sekolah umum mengisyaratkan bahwa
pembelajaran seni merupakan rangkaian proses pendidikan yang hasilnya
mungkin baru akan terasa setelah sekian lama siswa meninggalkan tempat
pendidikannya. Untuk itulah perencanaan, pendekatan model dan metode
pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan seni menjadi sangat penting.
Tanpa pemahaman terhadap berbagai persoalan tersebut di atas, maka
pembelajaran seni akan terjebak dalam kegiatan latihan penguasaan keterampilan
semata.
A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENI
Dalam proses pembelajaran, tak terkecuali pembelajaran seni seorang guru
memerlukan pendekatan pembelajaran yang mengacu pada misi dan visi
pendidikan atau pembelajaran tersebut. Dengan menggunakan pendekatan yang
tepat sasaran dan proses pembelajaran akan semakin bermakna karena semakin
mendekatkan kita kepada tujuan pembelajaran. Untuk itu pendekatan dalam
Unit 11-Sub Unit 1
11.1.2
pembelajaran perlu dipilih dan ditata sedemikian rupa sebelum pembelajaran seni
diselenggarakan.
1. Memilih Pendekatan dalam Proses Pembelajaran
Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya mengacu
kepada misi dan tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan
karakteristik bahan ajar, serta lingkungan belajar.
Misi pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa,
dengan tujuan agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang
secara jasmani-rohani, mental-spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan
pendidikan seni pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahana bermain yang
bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan
pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus
sesuai dengan tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan
sebagai tujuan pendidikan.
Jenis dan karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni
yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill) penguasaan
kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan berekspresikreatif, ada yang menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat
pula dibedakan antara “belajar pemeliharaan” (maintenance learning) dan “belajar
inovatif” (innovative learning) (Botkin, 1984).
Pendidikan Seni dapat mencakup pendidikan kognisi, apresiasi dan
berkreasi. Kegiatan kognisi dan apresiasi memberi bekal kepada anak untuk
mengenal dan memahami pengetahuan kesenian, seperti: mengenal unsur-unsur
dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi seni, hubungan seni dengan kehidupan
masyarakat dsb. Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan
berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran dalam
mengembangkan mental-spiritual anak-anak. Kehadiran mata pelajaran ini
dipandang perlu agar terciptanya manusia Indonesia yang tidak hanya dijejali
Unit 11-Sub Unit 1
11.1.3
dengan pengembangan logika saja, tapi aspek rasa (estetika) serta budi pekerti
(etika) terintegrasi dengan baik.
Pada dasarnya, jika kegiatan belajar itu dilakukan di dalam kelas, maka
prinsip-prinsip pengelolaan kelas tentulah berlaku secara umum. Untuk
memantapkan pemahaman, berikut ini akan diulas lagi pendekatan yang relevan
untuk pembelajaran seni, yang membutuhkan ketekunan minat peserta didiknya.
Pemilihan pendekatan selain perlu memperhitungkan tujuan belajar seperti
tersebut di atas, juga perlu memperhatikan sifat hasil karya yang akan dibuat atau
dipelajari. Ada hasil karya seni tradisional yang membutuhkan ketelitian dan
ketekunan karena membuat bentuk-bentuk secara berulang-ulang dan pula karyakarya seni yang inovatif-kreatif dengan mencoba melakukan inovasi dan
modifikasi bahkan penciptaan karya yang baru yang dipandang sebagai karya seni
modern/kreasi baru.
Kecenderungan umum untuk melakukan pembelajaran terhadap karyakarya tradisional daerah yang biasanya melanjutkan kebiasaan lama seperti
membuat hasil karya seni/kerajinan ukiran atau anyaman sebagai warisan nenek
moyang atau kerajinan lokal/etnis yang sudah berjalan turun-temurun. Dalam
proses pembuatan karya tersebut perlu mengetahui aturan-aturuan yang
digunakannya serta perlu memiliki ketekunan dan ketelitian dalam proses
pengerjaannya, namun sedikit aspek inovatif dan kreativitas yang di latih.
Sementara dalam pembelajaran seni rupa misalnya, pembuatan desain dan karya
seni rupa modern yang inovatif dan kreatif, adalah kegiatan yang memanfaatkan
temuan-temuan baru atau penciptaan bentuk-bentuk baru untuk diolah dan
disesuaikan dengan kondisi setempat.
2. Pendekatan Umum dari Aspek Manajerial
Tiga pendekatan yang juga dikenal dalam pembelajaran seni, yaitu: (1)
pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3) pendekatan demokratis
dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
Unit 11-Sub Unit 1
11.1.4
a. Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan.
Cara ini penting untuk melatih dan membina aspek kedisiplinan, ketelitian,
prosedur/teknik pembuatan ataupenggarapan karya tertentu. Ada kegiatankegiatan belajar dan aturan kerja yang harus diikuti untuk mencapai sasaran
tertentu. Pebelajar tidak bisa berlaku dan bekerja seenaknya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat digabungkan dengan
pendekatan kompetensi, misalnya untuk pebelajar menghasilkan sejumlah karya
(rupa, musik atau tari) dengan kualitas minimal tertentu dalam jangka waktu
tertentu. Di pusat-pusat industri kerajinan misalnya, yang sudah menghasilkan
barang untuk diekspor perlu dilatih para calon pekerja melalui sistem magang.
Karena ketatnya persaingan dan aturan perdagangan (ada kendali mutu dan perlu
tepat waktu), maka disiplin kerja harus ditanamkan pemagang yang kelak
mungkin menjadi tenaga kerja di perusahaan tersebut. Dalam proses pembelajaran
kerajinan tangan, pendekatan otoritatif juga digunakan untuk pembelajaran yang
memerlukan disiplin penggunaan alat misalnya :
- Menggunakan dan memelihara alat-alat. Ada alat-alat harus dipelihara dan
digunakan menurut cara yang benar. Jika tidak, alat akan rusak atau
membahayakan. Contoh: bagaimana menggunakan gergaji dan ketam serta
pahat, bagaimana menyimpannya.
- Mencapai penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa
mencapai mutu tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika belum
dicapai harus dilatih berulang terus.
Pendekatan otoritatif digunakan juga dalam pendidikan seni tari dan musik
terutama dalam pembelajaran seni tari dan musik tradisional. Aturan (pakem)
yang ketat dan ditransmisikan secara turun temurun dalam seni tradisi harus
diikuti olah penari atau pemusiknya sesuai aturan-aturan yang berlaku tersebut.
b. Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap
anak didik. Kebebasan adalah hak setiap orang. Belajar itu sendiri berlangsung
Unit 11-Sub Unit 1
11.1.5
dalam diri masing-masing, tak dapat dipaksakan. Hasil belajar dianggap akan
optimal jika sesuai dengan minat dan keinginan peserta didik. Oleh sebab itu,
menurut pandangan ini, jangan ada pengarahan-pengarahan atau petunjukpetunjuk.
Pendekatan permisif digunakan sewaktu-waktu untuk memberi
kesempatan peserta didik menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan baku.
Misalnya, pembelajaran kerajinan membatik teknik ikat celup untuk siswa kelas
Sekolah Dasar; setiap siswa dibolehkan menciptakan sendiri bentuk-bentuk baru.
Contoh lainnya, dalam kegiatan menggambar ekspresi (menggambar bebas),
menggarap tari kreasi baru dan sebagainya. Namun sesungguhnya pendekatan
permisif penuh jarang dilakukan, karena ada saja keharusan mentaati aturan kerja
atau ada saat-saat siswa perlu petunjuk instruktur.
c. Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak
untuk menyatakan pendapat. Berbeda dengan pendekatan permisif, gagasan
pendekatan demokratis tidak menghendaki kebebasan penuh, sebab kebebasan
seseorang harus juga memperhatikan kebebasan orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan sebagai kebijakan umum,
terutama jika mengingat bahwa peserta didik adalah manusia dewasa yang sudah
memiliki kesadaran diri dan kesadaran sebagai warga negara. Setiap warga
negara atau peserta didik dapat mengajukan gagasannya dalam rangka
memperbaiki mutu hasil karya. Mereka hanya akan senang belajar dalam suasana
kondusif-demokratis. Peran guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan dinamisator.
3. Pendekatan Umum dari Aspek Psikologis
Proses pembelajaran merupakan peristiwa yang kompleks yang
melibatkan perasaan, prilaku, dan interaksi sosial. Pendekatan umum dari aspek
psikologis dikenal: pendekatan iklim sosio emosional, pendekatan pengubahan
tingkah laku dan pendekatan proses kelompok.
Unit 11-Sub Unit 1
11.1.6
a. Pendekatan Iklim Sosio Emosional
Model pendekatan ini mengutamakan penyediaan iklim belajar yang
kondusif, penerimaan peserta didik sebagaimana adanya, serta menghargai
perbedaan individual.
Guru dalam memainkan peran dan tugasnya harus pandai menempatkan
diri sebagai teman siswa. Guru memang perlu terlibat merasakan pengalaman dan
perasaan anak-anak dalam proeses berkarya atau pembelajaran sehingga anakanak tidak merasakan takut dan segan melainkan mersa senang dan bersahabat
dengan guru dalam memngikuti prorses pembelajaran di dalam maupun di luar
kelas. Selain itu pula guru juga akan mudaah mengukur apakah beban tugas yang
diberikan kepada siswa itu terlau berat atau terlalu mudah. Hal ini dapat diperoleh
dari keterlibatannya dengan siswa.
b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Menekankan pada pemikiran bahwa tingkah laku dapat diubah melalui
cara-cara tertentu. Ada beberapa kiat yang dianjurkan. Kiat utama yang dianggap
efektif adalah: penguatan (reinforcement). Prinsipnya, suatu perilaku atau prestasi
yang baik jika diberi penguat, baik material maupun non material (seperti hadiah
& penghargaan, kata-kata pujian, anggukan kepala) pada masa berikutnya
perbuatan/prestasi itu akan diulangi kembali atau bahkan menjadi lebih baik.
Kiat kedua adalah hukuman. Hukuman dipandang berguna untuk
mengurangi perilaku/prestasi buruk. Dalam pembelajaran latihan motorik
misalnya, orang akan bergiat terus-menerus jika dari kegiatannya itu ia
memperoleh insentif yang memuaskan.
c. Pendekatan proses kelompok
Menekankan pada pembentukan kelompok yang erat (kohesif). Kelompok