Wednesday, December 13, 2017

PEMBELAJARAN SENI DI SEKOLAH DASAR

Unit 11
Unit 11
PEMBELAJARAN SENI
DI SEKOLAH DASAR Oleh
Zakarias Soeteja
Bandi Sobandi Agar pembelajaran seni disekolah dasar dapat terlaksana dengan baik dan memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka para guru dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang berkaitan dengan pelaksanaan proses pembelajaran tersebut. Untuk membekali saudara dengan pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan pembelajaran seni disekolah, maka dalam materi bahan ajar cetak Unit ini saudara akan memperoleh pengetahuan tentang pendekatan, metode, metodologi, dan strategi pembelajaran seni di sekolah dasar. Materi dalam Unit ini berisi tiga sub unit yang disusun sebagai berikut. 1. Sub unit 1, berisi materi tentang Pendekatan Metode Dan Model Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar 2. Sub unit 2, berisi tentang Metode Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar 3. Sub unit 3, berisi tentang Rencana Pembelajaran Seni di Sekolah Dasar Kompetensi Dasar mata kuliah yang diharapkan dapat dimiliki oleh saudara setelah mempelajari unit ini adalah Kemampuan untuk Mengembangkan berbagai Model Pembelajaran Seni Di Sekolah Dasar. Adapun indikator keberhasilan saudara setelah mempelajari materi bahan ajar cetak dalam sub unit ini adalah kemampuan untuk: 1. Menjelaskan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran Seni di SD 2. Menganalisis model-model perencanaan pembelajaran seni di SD 3. Menyusun perencanaan pembelajaran model terpisah 4. Menyusun perencanaan pembelajaran model terpadu Unit 11 Untuk memperoleh keberhasilan di dalam mempelajari unit ini, kami sarankan agar saudara memperhatikan petunjuk berikut ini.
Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan unit hingga Saudara benarbenar memahami dari pembelajaran unit ini.
Bacalah uraian unit ini, kemudian temukan kata kuncinya atau diskusikan dengan teman Saudara.
Perluaslah wawasan Saudara dengan cara mencari berbagai sumber lain baik dalam bentuk VCD maupun bahan ajar berbasis web.
Setelah Saudara benar-benar memahami isi yang dibahas di dalam unit ini, selanjutnya kerjakanlah latihan yang terdapat pada unit ini sesuai dengan petunjuknya.
Setiap akhir sub unit, jangan lupa menjawab setiap soal yang sudah disediakan. Jika telah selesai mengerjakan, Saudara boleh mencocokan dengan kunci jawabannya.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.1
Sub UNIT1
PENDEKATAN, METODE DAN
MODEL PEMBELAJARAN SENI
DI SEKOLAH DASAR Pendekatan, metode dan model pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran seni di sekolah. Karakteristik mata pelajaran seni yang unik dan berbeda dari pembelajaran materi pelajaran pada umumnya menuntut perencanaan yang matang. Perlu disadari bahwa hasil belajar dalam pembelajaran seni umumnya tidak serta merta tampak pada saat itu juga. Tujuan penyelenggaraan pendidikan seni di sekolah umum mengisyaratkan bahwa pembelajaran seni merupakan rangkaian proses pendidikan yang hasilnya mungkin baru akan terasa setelah sekian lama siswa meninggalkan tempat pendidikannya. Untuk itulah perencanaan, pendekatan model dan metode pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan seni menjadi sangat penting. Tanpa pemahaman terhadap berbagai persoalan tersebut di atas, maka pembelajaran seni akan terjebak dalam kegiatan latihan penguasaan keterampilan semata.
A. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SENI Dalam proses pembelajaran, tak terkecuali pembelajaran seni seorang guru memerlukan pendekatan pembelajaran yang mengacu pada misi dan visi pendidikan atau pembelajaran tersebut. Dengan menggunakan pendekatan yang tepat sasaran dan proses pembelajaran akan semakin bermakna karena semakin mendekatkan kita kepada tujuan pembelajaran. Untuk itu pendekatan dalam
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.2 pembelajaran perlu dipilih dan ditata sedemikian rupa sebelum pembelajaran seni diselenggarakan.
1. Memilih Pendekatan dalam Proses Pembelajaran Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi dan tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan karakteristik bahan ajar, serta lingkungan belajar. Misi pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan tujuan agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara jasmani-rohani, mental-spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan pendidikan seni pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan. Jenis dan karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill) penguasaan kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan berekspresikreatif, ada yang menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat pula dibedakan antara “belajar pemeliharaan” (maintenance learning) dan “belajar inovatif” (innovative learning) (Botkin, 1984). Pendidikan Seni dapat mencakup pendidikan kognisi, apresiasi dan berkreasi. Kegiatan kognisi dan apresiasi memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan memahami pengetahuan kesenian, seperti: mengenal unsur-unsur dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi seni, hubungan seni dengan kehidupan masyarakat dsb. Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran dalam mengembangkan mental-spiritual anak-anak. Kehadiran mata pelajaran ini dipandang perlu agar terciptanya manusia Indonesia yang tidak hanya dijejali
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.3 dengan pengembangan logika saja, tapi aspek rasa (estetika) serta budi pekerti (etika) terintegrasi dengan baik. Pada dasarnya, jika kegiatan belajar itu dilakukan di dalam kelas, maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas tentulah berlaku secara umum. Untuk memantapkan pemahaman, berikut ini akan diulas lagi pendekatan yang relevan untuk pembelajaran seni, yang membutuhkan ketekunan minat peserta didiknya. Pemilihan pendekatan selain perlu memperhitungkan tujuan belajar seperti tersebut di atas, juga perlu memperhatikan sifat hasil karya yang akan dibuat atau dipelajari. Ada hasil karya seni tradisional yang membutuhkan ketelitian dan ketekunan karena membuat bentuk-bentuk secara berulang-ulang dan pula karyakarya seni yang inovatif-kreatif dengan mencoba melakukan inovasi dan modifikasi bahkan penciptaan karya yang baru yang dipandang sebagai karya seni modern/kreasi baru. Kecenderungan umum untuk melakukan pembelajaran terhadap karyakarya tradisional daerah yang biasanya melanjutkan kebiasaan lama seperti membuat hasil karya seni/kerajinan ukiran atau anyaman sebagai warisan nenek moyang atau kerajinan lokal/etnis yang sudah berjalan turun-temurun. Dalam proses pembuatan karya tersebut perlu mengetahui aturan-aturuan yang digunakannya serta perlu memiliki ketekunan dan ketelitian dalam proses pengerjaannya, namun sedikit aspek inovatif dan kreativitas yang di latih. Sementara dalam pembelajaran seni rupa misalnya, pembuatan desain dan karya seni rupa modern yang inovatif dan kreatif, adalah kegiatan yang memanfaatkan temuan-temuan baru atau penciptaan bentuk-bentuk baru untuk diolah dan disesuaikan dengan kondisi setempat.
2. Pendekatan Umum dari Aspek Manajerial Tiga pendekatan yang juga dikenal dalam pembelajaran seni, yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3) pendekatan demokratis dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.4
a. Pendekatan Otoritatif Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan. Cara ini penting untuk melatih dan membina aspek kedisiplinan, ketelitian, prosedur/teknik pembuatan ataupenggarapan karya tertentu. Ada kegiatankegiatan belajar dan aturan kerja yang harus diikuti untuk mencapai sasaran tertentu. Pebelajar tidak bisa berlaku dan bekerja seenaknya. Dalam pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat digabungkan dengan pendekatan kompetensi, misalnya untuk pebelajar menghasilkan sejumlah karya (rupa, musik atau tari) dengan kualitas minimal tertentu dalam jangka waktu tertentu. Di pusat-pusat industri kerajinan misalnya, yang sudah menghasilkan barang untuk diekspor perlu dilatih para calon pekerja melalui sistem magang. Karena ketatnya persaingan dan aturan perdagangan (ada kendali mutu dan perlu tepat waktu), maka disiplin kerja harus ditanamkan pemagang yang kelak mungkin menjadi tenaga kerja di perusahaan tersebut. Dalam proses pembelajaran kerajinan tangan, pendekatan otoritatif juga digunakan untuk pembelajaran yang memerlukan disiplin penggunaan alat misalnya : - Menggunakan dan memelihara alat-alat. Ada alat-alat harus dipelihara dan digunakan menurut cara yang benar. Jika tidak, alat akan rusak atau membahayakan. Contoh: bagaimana menggunakan gergaji dan ketam serta pahat, bagaimana menyimpannya. - Mencapai penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa mencapai mutu tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika belum dicapai harus dilatih berulang terus. Pendekatan otoritatif digunakan juga dalam pendidikan seni tari dan musik terutama dalam pembelajaran seni tari dan musik tradisional. Aturan (pakem) yang ketat dan ditransmisikan secara turun temurun dalam seni tradisi harus diikuti olah penari atau pemusiknya sesuai aturan-aturan yang berlaku tersebut.
b. Pendekatan Permisif Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap anak didik. Kebebasan adalah hak setiap orang. Belajar itu sendiri berlangsung
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.5 dalam diri masing-masing, tak dapat dipaksakan. Hasil belajar dianggap akan optimal jika sesuai dengan minat dan keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, menurut pandangan ini, jangan ada pengarahan-pengarahan atau petunjukpetunjuk. Pendekatan permisif digunakan sewaktu-waktu untuk memberi kesempatan peserta didik menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan baku. Misalnya, pembelajaran kerajinan membatik teknik ikat celup untuk siswa kelas Sekolah Dasar; setiap siswa dibolehkan menciptakan sendiri bentuk-bentuk baru. Contoh lainnya, dalam kegiatan menggambar ekspresi (menggambar bebas), menggarap tari kreasi baru dan sebagainya. Namun sesungguhnya pendekatan permisif penuh jarang dilakukan, karena ada saja keharusan mentaati aturan kerja atau ada saat-saat siswa perlu petunjuk instruktur.
c. Pendekatan demokratis Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat. Berbeda dengan pendekatan permisif, gagasan pendekatan demokratis tidak menghendaki kebebasan penuh, sebab kebebasan seseorang harus juga memperhatikan kebebasan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan sebagai kebijakan umum, terutama jika mengingat bahwa peserta didik adalah manusia dewasa yang sudah memiliki kesadaran diri dan kesadaran sebagai warga negara. Setiap warga negara atau peserta didik dapat mengajukan gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil karya. Mereka hanya akan senang belajar dalam suasana kondusif-demokratis. Peran guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan dinamisator.
3. Pendekatan Umum dari Aspek Psikologis Proses pembelajaran merupakan peristiwa yang kompleks yang melibatkan perasaan, prilaku, dan interaksi sosial. Pendekatan umum dari aspek psikologis dikenal: pendekatan iklim sosio emosional, pendekatan pengubahan tingkah laku dan pendekatan proses kelompok.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.6
a. Pendekatan Iklim Sosio Emosional Model pendekatan ini mengutamakan penyediaan iklim belajar yang kondusif, penerimaan peserta didik sebagaimana adanya, serta menghargai perbedaan individual. Guru dalam memainkan peran dan tugasnya harus pandai menempatkan diri sebagai teman siswa. Guru memang perlu terlibat merasakan pengalaman dan perasaan anak-anak dalam proeses berkarya atau pembelajaran sehingga anakanak tidak merasakan takut dan segan melainkan mersa senang dan bersahabat dengan guru dalam memngikuti prorses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Selain itu pula guru juga akan mudaah mengukur apakah beban tugas yang diberikan kepada siswa itu terlau berat atau terlalu mudah. Hal ini dapat diperoleh dari keterlibatannya dengan siswa.
b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku Menekankan pada pemikiran bahwa tingkah laku dapat diubah melalui cara-cara tertentu. Ada beberapa kiat yang dianjurkan. Kiat utama yang dianggap efektif adalah: penguatan (reinforcement). Prinsipnya, suatu perilaku atau prestasi yang baik jika diberi penguat, baik material maupun non material (seperti hadiah & penghargaan, kata-kata pujian, anggukan kepala) pada masa berikutnya perbuatan/prestasi itu akan diulangi kembali atau bahkan menjadi lebih baik. Kiat kedua adalah hukuman. Hukuman dipandang berguna untuk mengurangi perilaku/prestasi buruk. Dalam pembelajaran latihan motorik misalnya, orang akan bergiat terus-menerus jika dari kegiatannya itu ia memperoleh insentif yang memuaskan.
c. Pendekatan proses kelompok Menekankan pada pembentukan kelompok yang erat (kohesif). Kelompok yang bekerja sama secara erat akan menghasilkan nilai lebih. Kelompok bukan sekedar penjumlahan dari individu-individu, tetapi kesatuan yang memiliki kekuatan. Pendekatan ini ditunjang oleh psikologi massa khususnya dinamika kelompok.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.7 Manfaat yang diperoleh dari kegiatan kelompok adalah membina kerja sama di antara siswa dalam menyesaikan permasalahan bersama. Dalam hal ini mereka saling melakukan interaksi dan sekaligus saling mengenal lebih dekat mengenai kekuatan dan kekurangan fotensi yang dimilikinya sehingga diharapkan saling mangisi, saling membantu dan mentolelir antara yang satu dengan yang lainnya. Pendekatan-pendekatan ini dapat dipilih secara silih berganti sesuai keperluan; bisa jadi pula suatu proses kegiatan menggunakan beberapa pendekatan. Maka kita katakan bahwa pendekatan eklektik (gabungan) adalah cocok digunakan.
4. Pendekatan dalam segi proses belajar
a. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pendekatan CBSA didasarkan kepada prinsip-prinsip antara lain (Preston, 1986): - peserta didik membutuhkan setting belajar yang cocok - motivasi belajar yang terarah kepada tujuan dapat meningkatkan efektivitas belajar - belajar didukung oleh reinforcement - insight (pemahaman) diperoleh melalui discovery (penemuan oleh diri sendiri) - peserta didik membuthkan kesempatan untuk mempraktekkan dan mereview apa yang dipelajarinya. Untuk mempelajari materi baru, diperlukan adanya sejumlah pengalaman dasar melalui kegiatan membaca, observasi, mendengarkan informasi lainnya. Dalam hal ini motivasi belajar sangat diperlukan. Penguatan belajar melalui ulangan dan latihan (resitasi, aplikasi, drill) akan memantapkan penguasaan belajar
b. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses menekankan pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikannya. Keterampilan meliputi
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.8 makna yang luas, meliputi segi fisik/perbuatan, psikis/mental dalam bentuk oleh fikir dan sikap—termasuk kreativitas—serta sosial budaya (pendayagunaan lingkungan), yang difungsikan untuk mencapai hasil tertentu. Guru dapat memberi stimulasi untuk penciptaan model-model inovatif. Pendekatan yang sering dipakai biasanya pendekatan Inspiratif, pendekatan analisis hasil karya dan pendekatan empatik
1) Pendekatan Inspiratif Pelaksanaan pendidikan seni pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sabagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan. Pendekatan yang yang utama dalam pembelajaran pendidikan seni ialah pendekatan inspiratif. Karya seni merupakan curahan emosi yang diberi bentuk yang indah dan kreatif. Karya ini lahir dari keharuan, dari hari nurani yang paling dalam. Bagi dunia anak, jenis pendekatan inspiratif ini diharapkan dapat menggugah keharuan anak untuk mencurahkan ekspresinya ke dalam bentuk karya seni. Bentuk penggugah keharuan yang oleh Lansing disebut dengan istilah stimulation dan
cultural stimulation yang terdiri dari: Direct experience as a form stimulation (pemberian rangsangan melalui pengalaman), Verbal stimulation (perangsangan malalui cerita/dongeng), Art material as stimulation (perangsangan melalui bahan), dan Audio-visual aids as stimulation (perangsangan melalui media audio visual). Upaya untuk melakukan stimulasi tesebut secara praktis dapat di tinjau berdasarkan secara klasikal dan individual serta dapat ditinjau pula berdasarkan rangkaian peristiwa atau kejadian yang memancing kaharuan anak yang berlangsung secara rutin maupun insidental. Keterkaitan anatara kedua bentuk di atas tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.9 Gambar Stimulasi perangsangan daya cipta Berdasarkan tabel di atas kita melihat adanya empat kemungkinan gabungan antara keempat jenis stimulasi yang kadang-kadang disebut sebagai pemancing kreativitas atau perangsang daya cipta. Kemungkinan gabungan tersebut adalah: (a) Stimulasi klasikal-rutin (b) Stimulasi individual-rutin (c) Stimulasi klasikal-insidental (d) Stimulasi individual-rutin Untuk memperjelas keempat stimulasi daya cipta seni, berikut ini akan dipaparkan secara singkat pengertian dan beberapa contohnya.
(a). Stimulasi klasikal-rutin Jenis stimulasi ini paling memungkinkan ditetapkan dalam penyusunan rencana pembelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan semua anak dalam satu kelas akan menghayati keadaann, kejadian, atau peristiwa yang sama (yang dijadikan stimulasi). Kejadian atau peristiwanya dapat diramalkan karena berlangsung rutin. Acara sekolah yang sudah tercatat pada kalender sekolah merupakan peristiwa yang datangnya rutin dan bersifat klasikal. Begitupun hari-hari besar kenegaraan yang biasa diperingati di sekolah, seperti Hari Pahlawan, Hari Pendidikan Nasional, Proklamasi Kemerdekaan, Lebaran dan sebagainya merupakan sejumlah rencana pokok bahasan yang berdasar pada stimulasi rutin.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.10 Berikut ini contoh-contoh tema menggambar, yaitu: “Pameran Kelas”, “Kenaikan Kelas”, “Merancang Gapura HUT RI”, “Lomba Lukis Hardiknas”, “Membuat Kartu Lebaran”, dan sebagainya. Yang penting bagaimana kita dapart mengkorelasikan suatu peristiwa yang mengacu pada GBPP. Pengolahannya tentunya tergantung dari keluwesan dan kreativitas guru yang bersangkutan.
(b). Stimulasi klasikal-insidental Stimulasi ini dapat berasal dari kejadian-kejadian yang terjadi secara insidental (sektu-waktu yang tidak diduga sebelumnya). Contoh dari jenis stimulasi ini dapat berjudul: “Ketika Gempa”, “ Perkenalan dengan Ibu Guru Baru”, “Perpisahan dengan Kepala Sekolah”, “Kawan Baru Kami”, “ Kelas Kami Jadi Juara Kebersihan dan Keindahan”, dan sebagainya. Judul-judul tersebut merupakan serangkaian peristiwa yang dialami secara klasikal namun kejadiannya berlangsung secara insidental. Dari kejadian ini dapat diambil bahan inspirasi bagai kita dalam menstimulasi anak-anak untuk mencipta karya seni. Dalam pelaksanaannya dapat berupa cerita, tarian, nayanyian atau bentuk lain yang dapat membangkitkan inspirasi berkarya seni.
(c). Stimulasi individual-rutin Stimulasi individual rutin adalah pengalaman atau peristiwa yang dialami anak secara perorangan. Pengalaman atau peristiwa itu datang secara rutin. Contoh judul sebagai perangsang daya cipta pada jenis stimulasi ini diantaranya: “Ulang Tahun”, “Pergi ke Sekolah”, “Kegiatan Sore Hari”, “Liburan Sekolah di Kampung Halaman”, “Membantu Ibu di Rumah”, “Mengasuh Adik”, dan sebagainya. Masing-masing anak pernah mengalami hal yang sama, namun pengalaman yang berbeda.
(d). Stimulasi individual-insidental Stimulasi ini berguna untuk menggugah pengalaman perorangan yang bersifat sewaktu-waktu. Contoh judul yang erat kaitannya dengan jenis
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.11 pendekatan ini diantaranya: “Ketika Aku Sakit Gigi”, “Aku Juara Kelas”, “Ayahku Wafat”, “Adik Kecilku Lahir”, dan sebagainya. Jenis stimulasi ini dihubungkan dengan terjadinya kesulitan pada individu tertentu yang tidak bisa distimulasi secara klasikal. Disini peranan guru sangat penting dalam upaya menumbuhkembangkan pribadi anak didik yang mandiri, memiliki kepercayaan diri dalam mengatasi semua permasalahan belajar.
2) Pendekatan Analisis Menurut Purwatiningsih (1996: 11) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan ini berkaitan dengan pembimbingan bahan penikmatan kerajinan/seni. Yang termasuk pendekatan jenis ini adalah: (a) Pendekatan analisis induktif: merupakan kegiatan perorangan dalam menganalisis karya kerajinan/seni yang artistik berdasarkan penalaran, yang bergerak dari hal-hal khusus ke hal-hal umum. (b) Pendekatan Interaktif: adalah pendekatan induktif yang dilakukan oleh kelompok dengan cara diskusi. (c) Pendekatan Deduktif: Merupakan kegiatan perorangan dalam menganalisis karya seni berdasarkan dari prinsip-prinsip yang umum ke yang khusus
3) Pendekatan Empatik Pendekatan ini mengajak siswa untuk mengahati hal atau peristiwa berupa benda seni atau peristiwa kesenian lainnya untuk ikut haru dan merasa dirinya masuk dan ikut serta (felling into) pada karya yang dilihatnya.
c. Pendekatan dipandang dari Aspek Sasaran (Tujuan Akhir)
Pendekatan yang kini dipopulerkan adalah pendekatan kompetensi. Inti
pandangannya adalah tujuan akhir dari pembelajaran harus tercermin dari kompetensi
lulusan. Setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus
diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa depan.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.12 Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah agak lama dikenal dalam sistem pendidikan guru, yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru Berdasar Kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia. Dengan demikian untuk setiap jenjang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Misalnya, kompetensi untuk Sekolah Dasar (berdasarkan sumber-sumber dokumen Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Seni di Jakarta, April 2001).
B. METODE PEMBELAJARAN SENI
1. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pengajaran membicarakan bagaimana membelajarkan siswa sesuai dengan harapan-harapan dan mewujudkan perubahan positif. Metode merupakan kegiatan menata dan mengelola pelaksanaan pembelajaran yang efektif yang melibatkan segala bentuk interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar. Pola ini dapat berupa pengalihan langsung pengetahuan atau proses-porses yang berkaitan dengan pengajaran. Pada kegiatan awal, proses pembelajaran diasumsikan nihil. Melalui informasi, latihan dan keterampilan diharapkan terjadi perubahan peserta didik dalam segala aspek potensi yang dimilikinya. Untuk itu perlu dilakukan teknik dan strategi pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian tidak ada satu metode yang baik kecuali bila digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang kondusif.
2. Tujuan Penggunaan Metode Tujuan metode pembelajaran adalah untuk merencanakan dan melaksanakan cara-cara yang efektif untuk mencapai tujuan. Dasar pemilihan metode yang tepat adalah atau cocok adalah relevansinya dengan tujuan/sasaran yang dirumuskan. Ketetapan memilih dan menggunakan metode indikatornya adalah kualitas hasil pembelajaran siswa dalam prose pembelajarannya.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.13 Pembelajaran seni dapat menggunakan metode-metode yang telah dibahas seperti metode: ceramah, demonstrasi, multimedia, slides, pameran, belajar partisipasi, diskusi, demonstrasi, tugas/resitasi, training, kerja kelompok, kerja kreatif, metode global, metode meniru/mencontoh, metode kritik seni.dsb. Secara khusus metode yang digunakan dalam pembelajaran seni tersebut akan diuraikan di sub unit selanjutnya.
C. Model pembelajaran seni di Sekolah Dasar Pembelajaran terpadu dimaksudkan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Bermakna artinya berguna bagi siswa baik untuk masa sekarang atau dimasa yang akan datang. Untuk apa sekarang siswa belajar seni. Jawabannya bahwa siswa dengan belajar seni menjadi gembira, suka cita, tidak murung, merupakan pelajaran yang disenangi, karena pembelajaran seni nyak memberi kebebasan. Bila jawabannya, kebalikan dari pernyataan di atas, maka guru harus mencari penyebabnya. Apakah penyebabnya datang dari siswa sendiri atau justru datang dari guru. Selanjutnya guru harus memperbaikinya sehingga pembelajaran seni menjadi menyenangkan.
Konsep Model Pembelajaran Terpadu. Tujuan pembelajaran seni dengan model pembelajaran terpadu dengan maksud agar potensi anak berkembang secara optimal, maka untuk penyajiannya perlu berorientasi pada kebutuhan hidup anak secara individual dan materi pelajaran terasa bermakna bagi kehidupan anak. Siswa SD memiliki karakteristik melihat dunia secara holistik, memiliki minat, kemampuan dan cara belajar yang spesifik, oleh karena itu pembelajaran pendidikan seni di sekolah dasar dipandang tepat bila menggunakan model pembelajaran terpadu. Seni rupa, seni musik, seni tari dan seni drama/teater, merupakan sub bidang studi yang terpadu dalam Kesenian. Pembelajaran terpadu merupakan suatu penyelenggaraan dari pendidikan terpadu. Dalam pembelajaran terpadu digunakan tema atau topik tertentu sebagai pusat minat siswa. Pusat minat ini merupakan pengikat keterpaduan
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.14 untuk membentuk suatu konsep yang bermakna dan relevan dengan topik yang ditentukan (Bredekamp, dalam Kamaril, 1999: 1.43). Pusat minat, tema adalah sebagai inti kajian dalam menentukan topiktopik materi pembelajaran. Dalam menentukan topik kajian sebaiknya guru mengajak siswa untuk mencari topik dari konsep esensial maupun masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari hari.
1. Model Pembelajaran Terkait. Model pembelajaran terkait merupakan model pembelajaran terpadu yang paling sederhana dan dapat dilaksanakan dalam dua model: a) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan sebagian matra substansial. b) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan seluruh matra substansial seni. Yang dimaksud dengan model pembelajaran seni terkait ini adalah upaya untuk memadukan berbagai materi atau sub materi yang terdapat dalam satu jenis pendidikan seni. Sebagai contoh pembelajaran apresiasi tari dilakuakn bersamaan dengan pembelajaran kreasi tari tradisi.
2. Model Pembelajaran Terpadu dalam Rumpun Pendidikan Seni (Terjala) Model pembelajaran Terpadu ini menekankan pada hubungan antara dua atau lebih mata pelajaran melalui tema atau topik (Fogiarty, dalam Kamaril, 1999: 6.17) Pelaksanakan pembelajaran model terjala dapat dilaksanakan secara terpadu, dengan memadukan seluruh atau sebagian dari bidang studi yang ada dalam satu rumpun. Model Pembelajaran Terjala terpadu antar bidang seni (seni rupa dengan seni musik atau seni rupa dengan seni tari, atau seni musik dengan seni tari), sehingga dapat memunculkan dua model keterpaduan, ialah: a) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan sebagian bidang seni. b) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan seluruh bidang seni. Selain itu pemilihan tema harus disesuaikan dengan mempertimbangkan usia, jenjang sekolah, serta kegiatan atau kejadian yang menarik bagi siswa.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.15 Pendekatan belajar yang didukung atau diawali dari tema ini dikenal dengan sebutan pendekatan tematik.
3. Model Pembelajaran Terpadu Penuh (integreted) Model Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran Seni, keterpaduan dapat terjadi inter bidang seni dengan bidang studi lain yang ada di sekolah dasar. Ada dua model pembelajaran terpadu:
a. Model Pembelajaran Terpadu Seni sebagai Pangkal Pembelajaran. Keterpaduan dapat terjadi antar bidang seni, tetapi dapat juga terjadi dengan bidang studi lain di luar bidang studi seni, seperti keterpaduan terjadi antara bidang studi seni dengan bidang studi IPA, Matematika, IPS, Bahasa, Agama dan yang lainnya. Dalam pembelajaran terpadu bidang studi seni sebagai pangkal pembelajaran, maka konsep-konsep esensial seni yang akan disampaikan sedangkan bidang studi lain dimanfaatkan untuk mendukung bidang seni.
b. Model Pembelajaran Terpadu Seni sebagai Pendukung Pembelajaran. Apabila pendidikan seni berfungsi sebagai pendukung, maka konsepkonsep esensial mata pelajaran lain yang akan disampaikan, didukung oleh bidang studi seni. Atau dengan kata lain, konsep-konsep bidang seni mendukung konsepkonsep bidang studi yang lain. Bila kedudukan bidang seni sebagai pangkal pembelajaran maka pendidikan seni dapat bersifat utuh yang meliputi nseluruh bidangh seni, sedangkan bila seni sebagai pendukung pembelajaran terpadu, maka pendidikan seni itu bisa bersifat utuh, sebagian, atau terpisah, tergantung kebutuhan konsep yang didukung.
LATIHAN
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.16 1. Jelaskan dua pendekatan yang digunakan dalam Pendekatan dari Segi Belajar berikan contoh dari masing-masing pendekatan tersebut dalam pembelajaran seni di sekolah dasar 2. Jelaskan berbagai variasi dari Model Pembelajaran Terpadu serta berikan contoh dari masing-masing varian tersebut dalam pembelajaran seni di sekolah dasar
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN Baca kembali uraian materi dalam sub unit ini dengan seksama, pahami betul berbagai pendekatan dan model pembelajaran seni yang disampaikan. Kemudian susunlah rencana pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan model pembelajaran tersebut.
RANGKUMAN Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi dan tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan karakteristik bahan ajar, serta lingkungan belajar. Misi pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan tujuan agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara jasmani-rohani, mentalspiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan pendidikan seni pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jenis dan karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill) penguasaan kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan berekspresi-kreatif, ada yang menekankan pengembangan apresiasi. Pendidikan Seni dapat mencakup pendidikan kognisi, apresiasi dan berkreasi. Pemilihan pendekatan selain perlu memperhitungkan tujuan belajar seperti tersebut di atas, juga perlu memperhatikan sifat hasil karya yang akan dibuat atau dipelajari.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.17 Tiga pendekatan yang juga dikenal dalam pembelajaran seni, yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3) pendekatan demokratis Pendekatan umum dari aspek psikologis dikenal: pendekatan iklim sosio emosional, pendekatan pengubahan tingkah laku dan pendekatan proses kelompok. Pendekatan dalam segi proses belajar dikenal (a) Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), (b) Pendekatan Keterampilan Proses, (c) Pendekatan Inspiratif, Empat jenis stimulasi yang disebut sebagai pemancing kreativitas atau perangsang daya cipta. (a) Stimulasi klasikal-rutin, (b) Stimulasi individual-rutin, (c) Stimulasi klasikal-insidental dan (d) Stimulasi individual-rutin Pendekatan Analisis adalah pendekatan yang berkaitan dengan pembimbingan bahan penikmatan kerajinan/seni. Yang termasuk pendekatan jenis ini adalah: Pendekatan analisis induktif, (b) Pendekatan Interaktif, (c) Pendekatan Deduktif Pendekatan Empatik adalah pendekatan yang mengajak siswa untuk mengahati hal atau peristiwa berupa benda seni atau peristiwa kesenian lainnya untuk ikut haru dan merasa dirinya masuk dan ikut serta (felling into) pada karya yang dilihatnya. Pendekatan Kompetensi adalah jenis Pendekatan yang dipandang dari Aspek Sasaran (Tujuan Akhir). Setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Metode pembelajaran membicarakan bagaimana membelajarkan siswa sesuai dengan harapan-harapan dan mewujudkan perubahan positif. Metode merupakan kegiatan menata dan mengelola pelaksanaan pembelajaran yang efektif yang melibatkan segala bentuk interaksi antara siswa, guru, dan sumber belajar. Tujuan metode pembelajaran adalah untuk merencanakan dan melaksanakan cara-cara yang efektif untuk mencapai tujuan.
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.18 Model pembelajaran terpadu terdiri dari: (a) Model Pembelajaran Terkait, (b) Model Pembelajaran Terpadu dalam Rumpun Pendidikan Seni (Terjala) dan (c) Model Pembelajaran Terpadu Penuh (integreted)
Test Formatif 1
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan 1. Pelaksanaan pendidikan seni pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahana ………..yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. a. belajar b. bermain c. komunikasi d. imajinasi 2. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai………. a. sarana belajar b. tujuan hidup c. tujuan pendidikan d. sasaran utama 3. Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran dalam mengembangkan ……….. anak-anak a. imajinasi b. mental-spiritual c. ekspresi d. sikap 4. Dalam proses pembuatan karya tradisional perlu mengetahui aturan-aturuan yang digunakannya serta perlu memiliki ketekunan dan ketelitian dalam proses pengerjaannya, tetapi hanya sedikit mengenai aspek …… a. inovatif dan kreativitas b. kedisiplinan c. kepatuhan d. kelestarian 5. Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan a. Pendekatan Otoritatif b. pendekatan permisif c. pendekatan demokratis d. pendekatan empiris 6. Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap anak didik a. Pendekatan Otoritatif b. pendekatan permisif c. pendekatan demokratis d. pendekatan empiris 7. Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat. a. Pendekatan Otoritatif b. pendekatan permisif c. pendekatan demokratis d. pendekatan empiris 8. Model pendekatan ini mengutamakan penyediaan iklim belajar yang kondusif, penerimaan peserta didik sebagaimana adanya, serta menghargai perbedaan
Unit 11-Sub Unit 1 11.1.19 individual. a. Pendekatan Iklim Sosio Emosional b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku c. Pendekatan proses kelompok d. Pendekatan proses individu 9. Kiat utama yang dianggap efektif dalam pendekatan ini adalah penguatan (reinforcement). Pendekatan yang dimaksud adalah: a. Pendekatan Iklim Sosio Emosional b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku c. Pendekatan proses kelompok d. Pendekatan proses individu 10. Pendekatan ini menekankan pembentukan keterampilan dalam memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikannya a. Pendekatan Iklim Sosio Emosional b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku c. Pendekatan Keterampilan Proses d. Pendekatan proses komunikasi Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Unit ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Sub unit 1 ini. Rumus: Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100% 10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Sub Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.1
Sub UNIT2
METODE PEMBELAJARAN SENI
DI SEKOLAH DASAR Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara atau teknik belajar-mengajar yang sistematis yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengetahuan ini harus dikuasai guru agar dapat mengajar dan menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individu atau secara kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat diresap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode pembelajaran, makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajarannya. Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran yang khusus. Metode tidaklah mempunyai arti bila dipandang terpisah dari komponen yang lain. Metode hanya penting dalam hubungannya dengan komponen pembelajaran lainnya, seperti tujuan, lingkungan pembelajaran dan lain-lain. Dalam penggunaanya seorang guru harus memperhatikan beberapa persyaratan yaitu pertama, Metode pembelajaran yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa serta menjamin perkembangan kepribadian siswa. Kedua, Metode pembelajaran yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya, merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (perubahan). Metode ini seyogianya dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi. Ketiga, Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.2 meminimalisir penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan. Metode ini diusahakan dapat juga menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari. (Ahmadi & Tri Prasetya 1997)
A. Metode Pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Dasar Metode pembalajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran seni rupa sangatlah beragam, namun secara garis besar dari ragam metode yang ada dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pembelajaran teoretik dan metode untuk pembelajaran praktek. Hal ini ditegaskan Sukmadinata (2004) bahwa metode pembelajaran dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Pembelajaran teori a) Pembelajarn ekspositorik: ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi b) Pembelajaran kegiatan kelompok: diskusi, diskusi panel, kerja kelompok, simulasi, bermain peran, dan seminar) c) Pembelajaran berbuat (eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, dan pemecahan masalah). 2. Pembelajaran praktek a) Pembelajaran praktek di sekolah b) Pembelajaran praktek di lingkungan kerja Metode-metode di atas merupakan metode umum dalam proses pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran seni rupa. Adapun secara khusus, dalam pembelajaran seni rupa, De Francesco (1958) membagi metode mengajar pendidikan seni rupa menjadi empat buah yaitu, Pengajaran Langsung
(Directed Teaching), Ekspresi bebas (Free Expession), Pengajaran Inti (Core
Teaching) dan Pengajaran berkorelasi (Correlated Teaching) Pembahasan berikut merupakan bahasan secara khusus mengenai metodemetode khusus dalam mengajar pendidikan seni rupa di sekolah, yaitu: metode Ekspresi Bebas, metode Kerja Cipta, metode Demonstrasi-Eksperimen, metode Mencontoh, metode Stick figur, metode Global, dan metode Kerja Kelompok.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.3
1. Metode Ekspresi Bebas Dalam jenjang pendidikan dasar, metode ini kadang-kadang disalahartikan menjadi “menggambar bebas”, atau “menggambar sesuka hati”. Guru ada kalanya hanya mengintruksikan kepada siswa untuk melakukan aktivitas tanpa arahan dan tuntunan. Akibat yang terjadi adalah unsur ekspresi yang menjadi tuntutan dari metode ini terabaikan karena anak sering menyimpang dari tuntutan menggambar ekspresi. Jika kondisi di atas dibiarkan begitu saja maka dampak yang terjadi anak menjadi jenuh dan segan untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan seni rupa. Corak gambar anak menjadi stereotype (bentuknya “begitu-begitu” saja, tak ada perkembangan). Objek gambar juga tidak banyak bervariasi, pada umumnya berkutat pada “sawah-gunung-matahari”. Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. Agar metode ekspresi bebas dapat tercapai secara maksimal, maka perlu dilakukan: a. Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta. b. Tetapkan beberapa pilihan media/bahan yang cocok, misalnya cat air, oil pastel, tinta bak, cat plakat dan sebagainya. c. Jelaskan jenis kertas serta alasan pemilihan kertas tersebut. d. Jelaskan bentuk kegiatan menggambar tersebut, apakah bentuk sketsa atau berbentuk lukisan Metode Ekspresi Bebas identik dengan metode Ekspresi-Kreatif (Jefferson, 1980) atau Metode Kerja Cipta (Tambrin, 1991: 46). Jenis metode ini merupakan bentuk lain dari metode menggambar bebas yang disarankan oleh A.J Suharjo. Metode ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi (free expression). Dengan cara ini guru menjauhkan diri dari campur tangannya terhadap aktivitas yang dilakukan siswanya. Atas dasar tesebut metode ini sering dinamakan Metode Ekspresi-Kreatif. Proses pelaksanaan metode ini berjalan secara informal dalam dunia
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.4 persekolahan. Kehadiran guru memiliki peranan sangat kecil bahkan hampirhampir tidak diperlukan. Kondisi ini sangat berarti bagi siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk belajar, namun bagi siswa yang memiliki motivasi rendah, kondisi ini dapat disalahgunakan untuk bermain-main. Kini mulai banyak dilakukan di sanggar-sanggar melukis. Di sisi lain perlu disadari hakekat pendidikan yaitu “mengubah, membiasakan dan mengarahkan” prilaku anak ke arah yang positif. Untuk itu tentunya dalam sistem pendidikan memerlukan sejumlah piranti yang mengatur kegiatan tersebut. Guru harus senantiasa menegakkan kebebasan yang bertanggung jawab. Metode kerja cipta dapat diterapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi, mendisain benda-benda kerajinan, menggambar reklame dan sebagainya. Dalam pelaksanaannya sebaiknya siswa ditunjang oleh keterampilanketerampilan dasar dan menengah, karena keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan lanjut yang matang (complex adaptive skill). Langkah-langkah kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut: a. Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan konsep dalam proses kelahiran suatu karya. b. Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada disain gambar dekorasi, reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat. c. Selam proses percobaan berjalan, guru menganjurkan agar sumbang saran antarsiswa terjadi. d. Guru memberi sumbang saran, petunjuk dan pengarahan mengenai konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk dan jalan bagi para siswa yang mengalami hambatan. e. Selama proses kerja mencipta berlangsung, keterampilan-keterampilan dasar dan menengah sudah harus betul-betul dikuasai sehingga proses kerja mencipta tidak terdapat hambatan.
2. Metode Demonstrasi-eksperimen.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.5 Demonstrasi adalah kegiatan guru/instruktur memperagakan proses pembuatan suatu benda kerajinan. Misalnya cara memahat. Guru memperlihatkan cara memegang pahat, cara membuat pahatan lurus dan lengkung pada kayu, cara finishing, dsb. Murid memperhatikan. Eksperimen adalah siswa mencoba sendiri setelah memperhatikan suatu proses pengerjaan yang didemonstrasikan guru. Prinsip belajar: dengar/lihat, kerjakan, periksa.
3. Metode Mencontoh Metode mencontoh merupakan metode tertua terutama dalam seni kerajinan. Tiga abad sebelum tarih Masehi, di Yunani telah dipergunakan metode ini. Hingga sekarang keahadiran metode ini masih tetap populer dalam lapangan pendidikan sebagai mertode untuk menyampaikan berbagai jenis kegiatan kesenirupaan terutama jenis kegiatan motorik. Metode ini banyak dilakukan di pusat-pusat pembelajaran seni zaman dahulu. Para cantrik (pemagang) biasanya dilatih para empu (guru) untuk meniru hasil karya gurunya. Semakin mendekati kualitas kerja gurunya, semakin berhasil para cantrik itu di dalam belajarnya. Dalam kursus-kursus melukis pun masih dijumpai penerapkan cara ini. Untuk belajar keterampilan motorik, cara ini dapat dilakukan. Secara teori penerimaan penggunaan metode mencontoh ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu: a. Secara naluri, siswa belajar dengan cara mencontoh; b. Mencontoh merupakan pekerjaan mudah serta ringan untuk dilakukan karena kurang menuntut keterlibatan rasa dan intelek. c. Mencontoh dalam latihan kerja praktek kesenirupaan melibatkan aktivitas mata. Karena itu indra mata mendapat latihan yang pada gilirannya dapat mempertajam pengamatan. d. Karena model yang dicontoh pada umumnya dalam keadaan diam dan tidak diubah-ubah bentuknya, maka kegiatan mencontoh dapat dilakukan secara berulang-ulang dalam kondisi yang sama. Dengan demikian latihan dapat menjadi efektif untuk tujuan meniru benda dimaksud.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.6 Pihak yang menolak metode mencontoh memiliki argumen bahwa: a. Mencontoh, apalagi dilaksanakan oleh orang lain dan dilakukan dengan berilang-ulang akan berakibat muncul rasa bosan, tidak menarik dan pada gilirannya akan menimbulkan rasa benci terhadap pelajaran yang diberikan. b. Kebiasaan mencontoh akan menghilangkan kepercayaan dan tidak mengembangkan keberanian untuk mengemukakan pendapat dan akan mematikan kreasi. c. Benda-benda duplikasi hasil mencontoh merupakan benda-benda usang yang tidak mempunyai daya tarik konsumen sehingga nilai komersialnya rendah. d. Kemampuan mencontoh tidak sanggup membawa tantangan masyarakat yang selalu berubah. Berdasaarkan kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya metode mencontoh memiliki manfaat yang tinggi dalam meningkatkakan kemampuan motorik, sedangkan keterampilan mental dan kreasi tidak memiliki apa-apa. Dengan demikian, nampaknya penggunaan metode ini bersifat kondisional. Baberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mencontoh, diantaranya: 1. Metode mencontoh baik digunakan apabila ditujukan untuk: a) latihan dasar keterampilan fisik; b) memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya diperbesar atau diperkecil; c) memproduksi benda tradisional; d) Memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda yang akan ditiru; 2. Kegiatan mencontoh harus memiliki makna bagi proses belajar sisea; 3. Mencontoh tidak dijadikan kebiasaan; 4. Untuk memberikan daya tarik kepada siswa, model yang akan ditiru sebaiknya dipilih sendiri oleh siswa; 5. Seyogyanya secara berangsur-angsur apa yang dilakukan oleh siswa berubah dari membuat duplikasi tepat menjadi modifikasi model yang dicontoh. Yang termasuk jenis jenis metode mencontoh adalah:
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.7
a. Menjiplak dengan bantuan kertas karbon. Prisnip pengerajaannya adalah memindahkan gambar semirip mungkin dari sebuah gambar pada sebuah selembar kertas ke kertas yang lainnya. Jumlahnya bisa banyak sesuai dengan kemampuan alat yang digunakan tersebut.
b. Menjiplak dengan bantuan kertas tipis. Cara ini sebenarnya hampir sama dengan menggunaka karbon, hanya pengerajaaannya berbeda. Bila menggunakan karbon, gambar aslinya berada di atas kertas yang lain (kertas yang akan digambari baru), sedangkan bila menggunakan teknik menjoiplak dengan kertas tipis justru sebaliknya. Kertas yang akan digambari diletakan di atas kerta yang sudah ada gambarnya.
c. Menjiplak dengan bantuan sinar lampu Metode iani dilakukan bial gambar yang akan ditiru terdapat pada kertas yang agak tebal. Penggunaan sinar lampu menjadikan gambar yang akan ditiru tembus pandang.. Jenis kegiatan ini sering kali digunakan dalam pelajaran seni grafis misalnya kegiatan menyablon, yaitu pada waktu menjiplak gambar pada keratas gambar dengan menggunakan kertas kalkir atau kodaktris.
d. Metode menjiplak dengan mengghunakan bantuan alat proyektor Cara ini dilakukan bia kita akan membuat gambar yang berukuran besar. Untuk itu diperlukan film slide yang memuat gambar yang akan kita tiru. Cara ini biasanya digunakan oleh para senirupawan yang berkecimpung dalam dunia reklame, namun dalam lingkungan pendidikan pun sering digunakan misalanya dengan OHP.
e. Metode mencontoh dengan bantuan skala garis Proses pengerjaanya dilakukan pertama kita harus membuat memperkirakan berapa perbandingan pembesaran gambar yang akan ditiru. Kemudian Biuatlah petak-petak sesuai dengan skala yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bagian akhir, kita meniru gambar keseluruhan dengan cermat.
f. Metode mencontoh dengan alat pantograph Penggunaan alat ini selain murah juga praktis. Penggunaan alat ini dapat memperbesar atau memperkecil gambar, kita tinggal mengatur posisi skalanya.
g. Metode mencontoh benda secara langsung
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.8 Metode mencontoh benda merupakan bagian dari metode mencontoh yang biasanya diterapakan pada menggambar bentuk (menggambar benda mati), menggambar model (menggambar manusia) dan membentuk model. Dari ketiga jenis kegiatan tersebut menuntut kita untuk menggambar dan membentuk secara visual-ralistis, apa yang kita gambar harus sesuai dengan apa yang kita lihat. Tujuan dari metode ini adalah: 1). Untuk melatih siswa bekerja teliti dalam mengamati model atau benda yang akan digambar; 2). Untuk melatih siswa dalam mencari posisi atau sudut pandang yang baik dari model atau benda yang akan digambar atau dibentuk. Diharapkan memilih suatu yang baik menjadi kebiasaan sehari-hari; 3). Dengan model langsung benda, siswa dihadapkan pada kenyataan yang rasional sehingga tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang irasional dari gambar yang ditiru; 4). Melatih kepekaan rasa agar lebih sensitif terhadap keindahan sebab walau bagaimanapun menggambar benda langsung membutuhkan kepekaan rasa, perhitungan rasa yang cermat, tepat dan teliti Pengunaaan metode mencontoh benda langsung memerlukan keterampilan khusus dalam pengelolaan dan pengorganisasian kelas. Ada dua piliha, pertama kita bisa menggambar langsung di tempat terbuka (di luar kelas), kedua kita bisa menggambar langsung di dalam kelas. Jika kita akan memilih di luar ruangan kelas, kiat aharus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1). Jangan memilih tempat yang telalu jauh dari lokasi kelas atau sekolah , waktu harus digunakan seefisien mungkin; 2). Oleh karena kegiatan menggambar tidak dilaksanakan dia atas meja, maka sebaiknya dipersiapkan alas gambar yang cukup praktis; 3). Pemilihan objek yang akan digambar bisa ditetapkan satu buah objek secara bersama-sama. Jika lahan yang digunakan tidak memungkinkan, maka dapat ditentukan beberapa objek benda yang akan digambar serta menentukan
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.9 jumlah siswa per kelompok tersebut dengan memperhatikan tingkat kesulitan yang hampir sama. Jika kegiatan menggambar langsung akan dilaksanakan di dalam kelas, teknik pengorganisasian kelasnya dapat dilakukan dengan cara: 1). Suasana kelas dapat dibuat menjadi kelompok besar atau dibentuk menjadi keleompok-kelompok kecil. Jika akan diberlakukan kelompok besar, maka model yang akan digambar cukup hanya menggunakan satu model saja. Sedangkan jika kelas akan dibuat menjadi beberapa kelompok, hal yang harus dipersiapakan oleh kita adalah menyiapkan jumlah modes sesuai dengan jumlah kelompok yang ada dengan memperhitungkan tingkat kesulitan yang sama dari masing-masing model. 2). Pengaturan tempat duduk akan tergantung pada situasi dan kondisi kelas. Jika kelas dibuat kelompok besar, maka pengaturan tempat duduk yang paling efektif adalah dengan posisi setengah lingkaran atau dengan posisi melingkar. Bila kondisi kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, maka pengaturan tempat duduk dapat diatur berbanjar atau posisi sejajar, setengah lingkaran atau melingkar dalam ukuran yang lebih kecil.
4. Metode Stick Figure Metode Stick Figure biasa juga disebut metode tongkat. Penggunaan metode ini biasanya dipakai dalam menggambarkan adegan gerak (action) manusia atau binatang. Sesuai dengan namanya, metode ini merupakan mpenyederhanaan bentuk atau wujud manusia atau binatang menjadi tongkat atau garis patah-patah sesuai dengan lekukan atau patahan pada persendian manusia atau binatang. Ketika kita menjelaskan pemasalahan yang memerlukan sketsa dengan metode tongkat ini, kita perlu menguasai dan mengenal bentuk dan kaidah anatomis binatang atau manusia. Pada bagaian mana yang dapat terjadi perubahan gerak. Tentunya untuk mencapai hal itu kita perlu sering berlatih.
5. Metode Global
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.10 Metode global pada pendidikan seni rupa biasanya digunakan pada awal belajar menggambar bentuk. Tujuan utama pengunaan metode ini adalah agar anak dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang disediakan (Garha, 1992). Secara teknis penggunaan metode global ini dibagi dua, yaitu metode global dengan teknik silhuet dengan metode global dengan teknik kontur. Metode global jenis silhuet ditinjau secara teknis dan psikilogis dipandang lebih mudah dari metode global dengan teknik kontur karena anak diminta untuk menangkap benda secara keseluruhan dengan mengabaikan bagian bagian detailnya. Metode global ini nampaknya cocok bagi siwa kelas yang sedang belajar pada tahap-tahap awal (kelas bawah).Metode global jenis kontur lebih cocok bagi siswa, mahasiswa atau ahli gambar teknik yang sudah memiliki kemampuan motorik. Secara teknis metode ini penggambar dituntut untuk menangkap benda serara global dan menyederhanakannya dalam bentuk gambargambar dasar (geometris) yang dibuat dengan goresan garis. Selanjutnya gambar yang sederhana itu kemudian dikembangakan untuk disempurnakan menjadi bentuk benda yang kompleks (detail)
6. Metode Kerja Kelompok Jika metode ekspresi bebas atau kerja cipta pada bagian depan membahas kaitannya dengan aktivitas individual, maka metode kerja kelompok menekankan pada aspek sosial. Ada dua macam metode kerja kelompok, yaitu:
a. Metode Group Work (Kerja Kelompok Jenis Paduan); Dalam kegiatan ini para siswa bekerjasama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar besar yang sebelumnya telah dirancang oleh seorang temannya yang bertindak sebagai ketua kelompok sekaligus sebagai desainer. Dalam metode jenis ini jumlah anggota biasa genap atau ganjil. Pembagian tusgas berikutnya adalah sebagai berikut: - Setelah siswa terbentuk menjadi sebuah kelompok, anggota kelompok menunjuk salah seorang anggotanya yang memiliki kemampuan menggambar untuk merandang gambar yang akan dibuat;
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.11 - Setelah sketnya selesai, ketua kelompok bertugas untuk mengatur serta memberikan penjelasan tentang tugas anggota kelompoknya; dan - Selama anggota kelompok bekerja ketua tetap mengawasi dan ikut terlibat dalam menyelesaikan tugasnya.
b. Metode Collective Painting (Kerja Kelompok Jenis Kumpulan). Perbedaaan antara metode kerja kelompok jenis padauan dengan jenis kumpulan adalah jumlah anggota harus genap dan pembagian tugas-tugas anggota kelompoknya. Pelaksanaan metode ini adalah: - Setelah kelompok terbentuk, kertas-kertas kecil yang ukurannya sama sesuai dengan banyaknya jumlah anggota kemudian disatukan (direkat sementara dengan solatif); - Setelah kertas terbentuk, ketua kelompok membuat rancangan sket sesuai dengan rencana gammbar yang disepakati bersama; - Kemudiaan kertas yang sudah digambari tersebut dibagikan kembali kepada anggota kelompok untuk dikerjakan berdasarkan tugas masing-masing; - Setelah masing-masing anggota menyelesaikan tugasnya, kertas kerja mereka kemudian ketua dan angota kelompok menggabungkan karyanya sesuai dengan rancangan sket semula menjadi sebuah gambar yang ukurannya besar; - Pada bagian tahap akhir, ketua dan anggota kelompok mengoreksi gambar agar gambar yang dibuat oleh anggota kelompok menjadi satu kesatuan yang utuh baik goresan garis, bentuk, bidang, warna dan sebagainya. Pada saat anak mengerjakan tugasnya, kita dapat melihat perkembangan sosial setiap anak. Kita dapat mengetahui siapakah anak yang banyak menanam saham pekerjaaanya, ide-idenya, bahkan siapakah anak yang justru mengganggu kelompoknya.
B. Metode Pembelajaran Seni Musik dan Tari di Sekolah Dasar Dalam pembelajaran tari dan musik kita juga dapat menggunakan metodemetode yang umumnya digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran lain.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.12 Beberapa Metode yang dapat kita pergunakan tersebut diantaranya sebagai berikut.
1. Metode Suruhan Metode ini sering juga disebut metode instruktif. Penggunaan metode ini selalu ditentukan oleh tujuan tertentu. Dalam pelaksanaannya, kegiatan umumnya baru dimulai setelah ada tugas dari guru. Sebagai pemancing adakalanya guru atau siswa sendiri telah menyediakan bentuk-bentuk atau penyajian tertentu. Suruhan umumnya berupa permintaan guru kepada siswa agar mereka dapat melengkapi bentuk atau penyajian yang tersedia menjadi bentuk atau penyajian tertentu yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajarannya.
2. Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi) Metode pemberian tugas belajar (resitasi) sering disebut metode pekerjaan rumah (home work) yaitu metode di mana murid diberi tugas di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini siswa dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya di rumah tapi dapat pula di studio, di kelas, di halaman sekolah, dan sebagainya untuk dipertanggung jawabkan kepada guru. Metode resitasi dalam pembelajaran musik dan tari ini bertujuan memantapkan semua pengetahuan yang telah diterima siswa, mengaktifkan siswa mempelajari sendiri suatu masalah mencoba sendiri.
3. Metode Demonstrasi dan Eksperimen Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses misalnya proses menyelesaikan suatu pekerjaan atau bagian dari proses misalnya cara membuat kerajinan anyaman, cara melakukan suatu gerakan dalam tarian, cara mengolah vokal dan sebagainya. Metode demonstrasi dan eksperimen dilakukan apabila siswa diharapkan menunjukan performa pada jenis keterampilan tertentu. Melalui metode pembelajaran ini memudahkan berbagai penjelasan proses, sebab penggunaan bahasa dapat lebih terbatas sehingga membantu siswa memahami dengan jelas
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.13 jalannya proses dengan penuh perhatian. Metode pembelajaran ini juga biasanya lebih diminati siswa sebab akan lebih menarik dari sekedar penjelasan verbal. Saat ini metode pembelajaran demonstrasi tidak selalu menghadirkan orang di depan kelas, media audio visual juga bisa digunakan sebagai pengganti orang yang mendemonstrasikan kegiatan tertentu.
4. Metode Karyawisata (Study Tour) Metode karyawisata (study tour) sering dipahami sebagai metode pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara bertamasya (tour). Melalui metode ini biasanya ada hal-hal tertentu yang telah direncanakan oleh guru untuk didemonstrasikan pada anak didik di samping hal-hal yang secara kebetulan ditemukan di dalam perjalanan tamasya tersebut. Dalam pembelajaran seni, metode karyawisata dilakukan apabila guru akan memberi pengertian yang lebih jelas dengan peragaan secara langsung. Hal ini akan mendorong siswa mengadakan kegiatan apresiasi seni serta membangkitkan penghargaan dan cinta terhadap karya seni. Kegunaan metode karyawisata dapat memberikan pendidikan nilai diantaranya memberi kepuasan estetis kepada siswa dengan banyak melihat kenyataan-kenyataan keindahan karya seni di luar kelas. Siswa akan lebih bersikap terbuka, objektif,dan berpandangan luas akibat dari pengetahuan yang diperoleh dari luar yang akan mempertinggi prestasi kepribadiannya.
5. Metode Discovery-Inquiry Discovery dari bahasa Inggris yang berarti penemuan, adapun inquiry berarti penyelidikan. Dalam hubungannya dengan metode discovery-inquiry,
discovery adalah proses mental di mana anak / individu mengasimilasi konsep dan prinsip. Dengan demikian seorang siswa dikatakan melakukan discovery bila ia menggunakan proses mentalnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsipprinsip. Proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga dan mengambil kesimpulan. Pembelajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.14 mengembangkan proses-proses discovery. Dengan demikian pada pengajaran
discovery kegiatan pembelajaran harus direncanakan sedemikian rupa sehingga siswa mampu menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip melalui mentalnya dengan mengamati, menduga, menggolongkan, mengambil kesimpulan dan sebagainya.
Inquiry mengandung proses-proses mental yang tingkatannya lebih tinggi dari discovery. Proses-proses mental yang terdapat pada inquiry di antaranya merumuskan problema, membuat hipotesis, mendisain eksperimen, melakukan eksperiman, mengumpulkan dan menganalisis data dan menarik kesimpulan. Dengan demikian pada pengajaran inqury kegiatan belajar mengajar harus direncanakan agar siswa memperoleh pengalaman-pengalaman, sehingga berkesempatan untuk mengalami proses inqury. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode discovery-inqury ini guru selalu mengusahakan agar siswa terlibat dalam masalah-masalah yang dibahas. Siswa diprogramkan untuk aktif, secara mental maupun secara fisik. Materi yang disajikan guru tidak diberitahu dan diterima siswa begitu saja. Siswa diusahakan untuk memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka menemukan sendiri konsep yang direncanakan guru. Dengan demikian, wajarlah bila mereka akan memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik. Di samping itu dengan pengajaran discovery-inquiry, mereka dapat berlatih melakukan kegiatan seni atau kegiatan suatu produk karya seni dengan baik. Dalam pembelajaran seni tari misalnya, metode discovery-inquiry ini digunakan dalam eksplorasi gerak tari.
6. Metode Role Playing Metode role playing (bermain peran) sering juga disebut metode sosiodrama, dapat diberi batasan menjadi suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendramatisasi sikap, tingkah laku, atau penghayatan seseorang, seperti dilakukannya dalam hubungan sosial sehari-hari dalam masyarakat. Dengan cara belajar mengajar semacam ini para siswa diberi kesempatan dalam menggambarkan, mengungkapkan, mengekspresikan suatu
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.15 sikap, tingkah laku atau penghayatan yang dipikirkan, dirasakan, atau diinginkan seandainya dia menjadi tokoh yang sedang diperankannya. Yang penting diingat ialah semua tugas yang diserahkan pada siswa harus dilaksanakan sewajarwajarnya, jangan berlebihan. Semua sikap dan tingkah laku hendaknya diungkap secara spontan. Itulah sebabnya para pelaku suatu peran tidak memerlukan teks kata-kata atan kalimat yang sudah disiapkan lebih dahulu. Dalam pembelajaran musik dan tari guru dapat mengembangkan metodemetode pembelajaran di atas sesuai dengan karakteristik tersebut. karakteristik materi pembelajarannya. Beberapa contoh dibawah ini menunjukkan metode khsus yang digunakan dalam pembelajaran musik dan tari sesuai dengan
1. Metode Pembelajaran Musik Dalam pembelajaran pendidikan musik kita mengenal tiga pendekatan pembelajaran yaitu dengan mendengarkan musik, menyanyi dan bermusik menggunakan instrumen sederhana.
a. Mendengarkan Musik Pendidikan musik memerlukan keterampilan mendengarkan, karena musik itu adalah bunyi yang ungkapannya dapat kita cerap hanya melalui indera pendengaran. Agar dapat bernyanyi, bermain musik, bergerak menggunakan musik, atau untuk menciptakan iringan lagu, siswa harus dapat mendengarkannya dengan pengamatan yang baik. Cara mendengarkan musik yang di ajarkan kepada siswa ialah untuk memupuk dan meningkatkan rasa keindahan musik serta memberi pengetahuan dan pemahaman tentang unsur-unsur musik, melalui bunyi musik yang diperdengarkan. Belajar mendengarkan musik ialah mengamati penggunaan unsur-unsur musik yang sudah dipelajari, yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu yang terdapat dalam musik yang dihasilkan oleh bunyi berbagai alat musik itu. Tugas guru ialah membantu siswa untuk meningkatkan rasa keindahan musiknya dengan mendengarkan bermacam-macam jenis musik yang bermutu baik. Guru harus dapat memilih musik yang bermutu baik untuk dijadikan bahan
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.16 pengajaran. Komposisi atau lagu yang digunakan dalam kegiatan belajar di kelas haruslah dipelajari benar dan betul-betul dikuasai oleh guru. Dengan demikian guru betul-betul memahami unsur-unsur musik yang akan diajarkan kepada siswanya. Guru memberi pengarahan kepada siswanya tentang unsur-unsur musik yang harus diamati dalam musik yang diperdengarkan. Jika tidak ada pengarahan atau bimbingan, siswa akan mengalami kesulitan karena tidak tahu apa yang harus diperhatikannya. Ada dua aspek yang harus dikembangkan guru dalam pembelajaran mendengarkan musik yaitu pertama, Mutu ungkapan musik, apakah gembira, lincah, bersemangat, lucu, sedih, menakutkan, menegangkan, senang, khidmat, agung dan macam-macam ungkapan perasaan lainnya. Kedua, sifat unsur-unsur musik di dalam lagu. Unsur-unsur musik yang penting untuk diperhatikan secara bertahap dalam sebuah lagu adalah sebagai berikut; Irama : pulsa, birama, dan pola irama. Melodi : tinggi nada, tangga nada, gerak nada dan arah gerak nada Harmoni: tekstur, interval, kadens dan akor. Bentuk : struktur, pengulangan, bentuk lagu. Ekspresi : tempo, dinamik, warna nada, dan produksi nada Rekaman lagu-lagu yang dianggap bermutu tinggi dapat dipelajari dengan baik untuk menganalisis unsur-unsur musik yang terkandung di dalam lagu itu. Pembelajaran terhadap susunan aspek unsur musik perlu dilakukan secara bertahap dari yang mudah, makin lama makin meningkat (mulai dari unsur irama sampai dengan bentuk dan ekspresi).
b. Kegiatan Bernyanyi Kegiatan bernyanyi merupakan kegiatan utama dalam pengajaran musik di SD. Dalam kegiatan bernyanyi para siswa dibimbing oleh guru untuk menyanyikan lagu tertentu yang dijadikan model. Para siswa tidak harus mengetahui bahwa guru akan mengajarkan unsur-unsur musik yang terdapat di dalam lagu model itu. Usahakan agar para siswa dapat menyanyikan lagu model tersebut dengan ekspresif.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.17 Lagu yang dijadikan model hendaknya dipilih yang sudah sangat dikenal anak. Misalnya lagu Balonku, Pelangi, Potong Bebek Angsa, atau Burung Kakak Tua, Cicak di Dinding dan sebagainya. Disamping lagu-lagu yang sudah dikenal secara umum, tiap daerah mempunyai lagunya sendiri, yang terkenal di daerah itu. Guru dapat memilih lagu mana saia yang dikenal dan disenangi oleh siswasiswanya dengan tetap memperhatikan kemampuan bahasa dan ambitus (wilayah suara) para siswa tersebut. Guru juga dapat memilih lagu yang mudah diajarkan dalam waktu singkat kepada para siswanya tanpa buku nyanyian. Para siswa ini diharapkan dapat menghapal lagu model di luar kepala. Sebelum mengadakan kegiatan bernyanyi, tentukanlah terlebih dahulu tangga nada lagu yang disesuaikan dengan wilayah suara anak-anak. Jangan hanya mengira-ngira tinggi nada lagu, sebab dapat merusak suara anak-anak. Sebagai contoh, bila guru menggunakan lagu Potong Bebek Angsa sebagai lagu model, maka guru harus tahu nada paling rendah dan paling tinggi pada lagu tersebut. Apabila dicocokkan dengan suara anak-anak, maka lagu tersebut paling baik berada di tangga nada F Mayor. Berarti do sama dengan F. Selanjutnya guru menetapkan tempo atau kecepatan lagu yang sesuai dengan isi lagu, biasanya menggunakan lagu yang memiliki karakter lincah, riang, dan gembira. Sesudah ditentukan tinggi nada dan tempo atau kecepatannya, maka guru nemberi contoh menyanyikan lagu Potong Bebek Angsa dalam tangga nada F mayor dengan tempo yang sesuai. Selanjutnya murid diajak menyanyikan seluruh lagu itu bersama-sama. Memberi contoh bagian perbagian tidak dibutuhkan, karena lagu Potong Bebek Angsa pada umumnya sudah dikenal para siswa. Jika terdapat kesulitan atau kesalahan barulah guru memberikan contoh atau memperbaikinya kalimat demi kalimat. Jika mengajarkan lagu baru yang belum dikenal murid, guru harus mencontohkan keseluruhan lagu untuk diperdengarkan. Sesudah itu berilah contoh bagian demi bagian dan langsung ditiru oleh murid. Setelah semua bagian lagu dikuasai murid, barulah seluruh lagu itu dinyanyikan. Pada dasarnya semua anak senang bernyanyi. Guru harus mencari lagu-lagu yang disukai murid. Kalau lagu yang dipilih sudah disenangi murid, guru akan
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.18 mengajarkannya dengan lancar, dan murid diharapkan dapat bernyanyi dengan senang dan suara yang baik. Lagu-lagu model yang sudah dikuasai murid melalui kegiatan bemyanyi digunakan untuk membahas unsur-unsur musik. Pembahasan ini harus dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan syarat urutan kemampuan dan syarat urutan materi pengajaran yang logis. Unsur musik yang paling dasar ialah irama sebagai pokok bahasan, dengan sub-sub pokok bahasan mulai dari pulsa, birama dan bermacam-macam pola irama. Berikutnya adalah unsur yang paling penting dalam musik, yaitu melodi yang bergerak menurut pola-pola irama, dengan bagian-bagiannya pula. Setelah unsur irama dan unsur melodi ini dikuasai barulah dapat mengajarkan unsur harmoni. Mengapa? Karena harmoni merupakan paduan nada atau gabungan lebih dari satu nada yang juga bergerak menurut pola-pola irama. Unsur bentuk/struktur lagu tidak terikat kepada syarat urutan irama-melodi harmoni di atas, karena bentuk/struktur lagu itu sudah ditemui pada lagu-lagu model yang digunakan, mulai dari frase, kalimat lagu dan bagian lagu yang sederhana. Demikian pula dengan unsur ekspresi, dari permulaan sudah harus diketahui isi ungkapan lagu model yang dinyanyikan, karena semua lagu model yang digunakan itu merupakan ungkapan pikiran dan perasaan penciptanya, atau ungkapan pikiran dan perasaan suatu kelompok masyarakat yang menciptakannya.
c. Bermusik dengan Instrumen Sederhana Bcrmain musik dengan menggunakan alat-alat musik yang biasa dipakai dalam pembelajaran musik di kelas. Kegiatan ini memberikan pengalaman yang dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar musik. Pada umumnya siswa ingin memegang atat musik itu dan mencoba memainkannya. Bermacam-macam alat musik yang dapat digunakan di dalam kelas dapat dikelompokkan atas tiga golongan, yaitu alat musik irama, alat musik melodi dan alat musik harmoni. Walaupun cara bermain musik ini bermacam-macam, tetapi ada dasar yang umum dan langkah-langkah pembelajarannya. Pertama, guru harus menunjukkan kepada anak bagaimana bunyi masing-masing alat itu. Kedua,
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.19 guru harus memperlihatkan bagaimana cara memegang yang benar dan membunyikannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam hal ini yang diperlukan adalah memberikan contoh konkrit cara memainkan alat musik itu, bukan keterangan verbal yang belum tentu dapat dipahami anak. Alat-alat musik yang sudah disebutkan di atas tentu saja dapat dikembangkan, Guru beserta murid dapat menciptakan alat musik sederhana untuk dipakai dalam kegiatan kelas. Terutama alat musik irama. Karena banyak sekali bahan-bahan di sekitar kita yang dapat dipakai untuk membuat alat musik irama. Misalnya botol atau kaleng bekas yang diisi kacang-kacangan, pasir atau kerikil. Dalam kegiatan pembelajaran bermain musik, pembahasan tentang irama dimulai dengan kegiatan bemyanyi. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan bertepuk tangan menurut pulsa lagu yang dijadikan model, dilanjutkan dengan bertepuk menurut ayunan birama lagu, gerak tangan membirama lagu, kemudian bertepuk menurut bermacam-macam pola irama dan ayunan biramanya. Pembahasan irama di atas dapat diselingi dengan latihan menuliskan notasi irama yang sudah mampu dibaca murid, membuat pola-pola irama sederhana sesuai dengan tingkat kesukaran pola yang sudah dipelajari baik dengan dengan bertepuk tangan maupun dengan menuliskan notasinya. Dikte pola irama dapat juga diberikan. Guru haruslah memilih waktu yang tepat di dalam jam pengajarannya untuk melakukan bermacam-macam kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam suatu jam pengajaran itu haruslah bervariasi agar siswa tidak menjadi bosan.
2. Metode Pembelajaran Tari Metode yang digunakan dalam pembelajaran penataan tari bisa sangat bervariasi. Hal ini disebabkan setiap penata tari berhak menggunakan caranya sendiri dalam melakukan proses penataan. Setiap penata tari memiliki kebiasaan-kebiasaan yang dianggap sebagai cara terbaik (sesuai) atau termudah untuk menghasilkan karya. Walaupun demikian proses awal penggarapan yang pernah dilakukan umunya
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.20 lebih cenderung pada kesederhanaan yang kemudian dikembangkan dengan menyempurnakan bagian-bagian feminim maupun bagian-bagian pokok dari komposisi yang dijadikan inti dari sebuah karya. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses penggarapan, antara lain eksplorasi, improvisasi. stilisasi. seleksi/evaluasi, dan forming/ penggabungan. Dalam pembelajaran tari di sekolah, aspek eksplorasi dan improvisasi sangat cocok untuk diterapkan pada siswa dengan berbagai variasi metodenya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
a. Eksplorasi Eksplorasi atau penjajagan merupakan proses berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespons suatu objek untuk dijadikan bahan dalam karya tari. Jika Saudara ingin memproduksi atau menata sebuah tarian untuk siswa, Saudara harus memulainya dengan bereksplorasi. Proses kreatif tidak akan terjadi apabila pembentukan gerak lewat suatu eksperimen tidak dilaksanakan. Pada langkah percobaan ini pembentukan gerak diawali dengan melatih rangsang gerak estetis terhadap berbagai hal yang ada di sekitar Saudara dan siswa saudara. Rangsang dalam tari dapat berupa rangsang visual atau pandang, rangsang auditif atau rangsang dengar, rangsang gagasan, rangsang rabaan dan rangsang kinestetik. Berbagai rangasang ini dapat saudara gunakan dalam pembelajaran tari di sekolah.
Rangsang Visual adalah ide atau gagasan yang timbul dari benda yang kita lihat. Rangsang visual diantaranya dapat timbul dari pengamatan terhadap karya seni rupa seperti patung dan lukisan/gambar. Berdasarkan bentuk visualnya kita bisa mengamati aspek latar belakang, garis, tekstur, wujud, warna, fungsi, sudut pandang, ritme dan sebagainya.
Rangsang Auditif/Dengar adalah jenis rangasangan yang ditimbulkan oleh berbagai macam bunyi yang dapat di dengar. Berbagai macam suara/bunyibunyian bisa kita jadikan rangsangan dalam membuat suatu karya tari. Bunyo yang dimaksud seperti musik iringan tari, musik-musik daerah, suara kentongan, lonceng gereja, suara deru mobil, angin/suara yang ditimbulkan oleh angin, suara
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.21 manusia, suara hewan daan sebagainya. Dari suara yang kita dengar itu kita mencoba bergerak seirama atau bahkan bergerak dengan irama yang berlawanan.
Rangsang Kinestetik, disebut juga rangsang gerak, yaitu rangsang yang ditimbulkan oleh gerak atau frase gerak tertentu sebagai rangsang kinestetiknya. Gerak atau frase gerak tersebut dapat berasal dari gerak tari tradisional maupun gerak tari kreasi baru atau modern. Sebuah karya tari bisa tercipta menggunakan cara ini. Gerak/frase gerak tari tradisional, misalnya ukel, sabetan (Jawa), agem (Bali), mincit (Sunda), langkah step (Sumatera).
Rangsang Peraba, adalah jenis rangsang yang ditimbulkan oleh kualitas rabaan sebagai dasar pijakan untuk membuat gerak. Misalnya, sentuhan halus dari bahan sutera, butiran pasir lembut pantai akan dapat menghasilkan gerak-gerak yang sangat bervariasi. dan jika diolah akan menghasilkan karya tari yang bagus. Berbagai rangsangan ini kita gunakan dalam bereksplorasi untuk menciptakan atau mengkreasi gerak. Eksplorasi gerak tersebut kita peroleh melalui berbagai sumber sebagai berikut.
1). Eksplorasi melalui lingkungan alam Lingkungan alam di sekitar kita dapat berupa pohon, bunga, gunung, lembah dan ngarai, laut, danau, hutan atau dapat juga berupa benda hidup maupun benda mati. Lingkungan alam ini dapat dijadikan sebagai pijakan dalam pembelajaran berkarya tari. Sebagai contoh, jika Saudara bereksplorasi di tepi pantai cobalah amati gerak gelombang laut. Mulailah amati perubahan gerak gelombang laut tersebut bagian demi bagian. Gerak gelombang mungkin dari riak kecil, tenang, cepat, besar, dan akhirnya pecah menghantam karang, dan air menjadi tenang kembali. Berdasarkan hasil amatan tersebut, coba Saudara peragakan dalam bentuk gerak, misalnya bergerak dengan kedua tangan direntangkan ke samping dan digerakkan pelan/lembut ke atas dan ke bawah. Kemudian, semakin cepat dengan meliukkan badan ke samping kanan-kiri lalu berputar cepat dan jatuh, selanjutnya bangkit kembali dengan gerak yang sama seperti semula.
2). Eksplorasi melalui hewan
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.22 Berbagai jenis hewan hidup di sekeliling kita dengan bentuk dan karakter yang beragam pula. Hewan-hewan tersebut ada yang hidup di darat, di air, dan di udara. Hewan dapat diamati berdasarkan bentuk, jenis, suara, tingkah laku, fungsi dan kegunaannya. Dalam pembelajaran tari di sekolah dasar, kupu-kupu, kelinci dan bebek misalnya seringkali dijadikan bahan eksplorasi gerak bagi anak-anak.
3). Eksplorasi melalui buku cerita Buku cerita yang pernah dibaca siswa amat beragam, baik bentuk dan temanya. Dari bentuknya kita bisa melihat cerita bergambar (cergam), komik maupun cerita tidak bergambar. Temanya ada yang diangkat dari legenda maupun cerita rakyat cerita negeri dongeng, hikayat, cerita kepahlawanan, cerita sejarah. Selain sebagai objek dalam bereksplorasi, cerita anak bisa juga dijadikan ide dasar atau sumber tema dalam berkarya tari. Kita bisa memilih dari beberapa aspek dalam cerita anak sebagai objek eksplorasi, seperti dari tema cerita, suasana, jalan cerita, karakteristik masing-masing tokoh atau nilai yang ingin disampaikan dalam cerita tersebut.
4). Eksplorasi melalui lingkungan sekitar Objek eksplorasi dari lingkungan sekitar banyak dan beragam, baik bentuk, warna, ukuran, maupun manfaat dan fungsinya. Objek ini ada di sekitar kita, di rumah: di ruang tamu, di meja makan, di dapur, di halaman; di sekolah: di dalam kelas, di halaman, di jalan dan masih banyak lagi. Materi tersebut dapat menggugah pikir dan mengantar kita untuk berkarya tari. Dalam kegiatan ini, kita bisa menggunakan berbagai rangsang, misalnya rangsang dengar, rangsang pandang atau rangsang peraba.
b. Improvisasi Setelah melatih rangsang estetis melalui eksplorasi maka gerak hasil eksplorasi itu harus benar-benar diaktifkan untuk menanggapi kesan-kesan yang telah diperoleh, kemudian diproyeksikan dalam bentuk gerak tari.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.23 Improvisasi merupakan suatu kegiatan pokok dalam proses berkarya tari. Ciri khas dari kegiatan ini adalah gerakan-gerakan yang spontan. Menemukan gerak-gerak secara kebetulan adalah awal dari suatu pengembangan kemampuan refleksi tubuh. Dengan improvisasi akan hadir suatu kesadaran baru dari ekspresi gerak dan juga munculnya pengalaman-pengalaman yang pernah dipelajari. Latihan improvisasi mempunyai kaidah tersendiri dalam kepekaan menggarap gerak, menemukan atau mencari motif motif yang lain dari biasanya. Dalam pembelajaran tari di sekolah, improvisasi ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas dan daya imajinasi anak. Improvisasi dapat dilakukan secara bertahap, dimulai dengan gerak-gerak yang sederhana dari anggota badan, misalnya kaki, tangan, kepala, badan. Setelah itu mulailah mengembangkan gerak-gerak yang sederhana tersebut. Cobalah memakai gerak-gerak tersebut di tempat saja, kemudian berpindah sedikit demi sedikit. Selanjutnya, bergeraklah mengisi ruangan yang meliputi arah, tempo, level, dan ritme. Improvisasi ini dikembangkan lagi dengan mendengarkan musik, kemudian merespons musik tersebut dengan cara mengisinya dengan gerak-gerak spontan. Kegiatan selanjutnya mencoba bergerak, merespons menggunakan alat, misalnya tongkat, selendang kain, kipas, dan sebagainya. Beberapa jenis inprovisasi yang bisa kita gunakan dalam pembelajaran tari ini diantaranya adalah sebagai berikut.
1). Improvisasi melalui properti/alat Propeti/alat dalam tari digolongkan menjadi dua, yaitu alat yang menempel atau merupakan bagian dari busana penari dan alat yang tidak menempel pada penari. Hal yang termasuk dalam alat/properti yang merupakan bagian dari busana, antara lain (a) sampur, selendang, (b) senjata (keris, pisau, pedang dsb.), (c) rok/kain panjang, (d) rambut yang tergerai panjang dan sebagainya. Selanjutnya, properti/alat yang bukan merupakan bagian dari busana, antara lain (a) tongkat, (b) kipas, (c) kursi dan masih banyak lagi alat yang bisa dijadikan alat untuk berekspresi. Cara menggunakan alat dalam berimprovisasi, seperti halnya dalam berimprovisasi tanpa alat. Semuanya harus dilakukan secara bertahap, yaitu
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.24 pertama-tama kenali terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan. Kemudian, mulailah bergerak dengan menggunakan motif-motif gerak yang sederhana dan selanjutnya mulai bergerak berpindah tempat. Alat/properti di dalam tari bisa berfungsi banyak. Ada yang fungsinya sebagai senjata dan ada juga yang berfungsi sebagai penggambar suasana. Properti yang fungsinya sebagai senjata antara lain, keris, tongkat, kipas, sedangkan sebagai penggambaran suasana, misalnya lembaran kain yang lebar sebagai gambaran dari lautan, angin. Dalam kegiatan improvisasi yang menggunakan properti, selain mengembangkan gerak yang merespons alat, Saudara juga harus mencari kemungkinan-kemungkinan lain dari properti tersebut. Properti/alat dalam tari bisa berfungsi sebagai iringan atau bagian dari iringan tari, misalnya rebana, kastanyet, kentongan, tifa dan alat lain-lain. Seperti Saudara ketahui, tari-tarian di daerah Indonesia bagian Timur kebanyakan menggunakan tifa sebagai properti dan juga sebagai iringannya.
2). lmprovisasi melalui suara lingkunan Selain menggunakan alat/properti dalam kegiatan improvisasi, kita juga dapat berimprovisasi melalui suara-suara yang ada di lingkungan alam. Dalam kegiatan ini, kita bergerak berimprovisasi dengan suara-suara alam sebagai rangsangannya. Suara di lingkungan kita ada bermacam-macam, antara lain: suara-suara binatang, suara angin bertiup, suara petir, hujan. Suara-suara tersebut membawa kita pada suasana-suasana tertentu sehingga gerak kita pun ikut larut dalam iramanya.
3). Improvisasi melalui suara musik Improvisasi juga dapat dilakukan menggunakan musik. Musik dapat berupa vokal, instrumental maupun gabungan dari keduanya. Musik sangat beragam, bentuk, sifat, fungsi, suasana, alatnya dan lain-lain. Ada yang bernada diatonis ada pula yang pentatonis. Musik-musik daerah yang berkembang di Indonesia ada yang bernada pentatonis, antara lain gamelan Jawa, gamelan Bali, gamelan Sunda. Namun, ada pula yang bernada diatonis, seperti yang berkembang
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.25 di Indonesia bagian Timur. Musik dapat menggambarkan suasana. Ada musik yang gembira, menggambarkan suasana yang gembira, biasanya musik ini ritmenya cepat dan menggairahkan. Ada pula yang menggambarkan suasana duka, sedih, menderita. Dalam kegiatan improvisasi melalui musik ini, kita dapat menggunakan musik tradisi dan musik yang nontradisi. Jika kita berimprovisasi menggunakan musik tradisional atau mendengarkan lagu-lagu daerah, gerak kita akan terpengaruh oleh ciri khas daerah tersebut.
4. Improvisasi melalui Bermain Peran Bermain peran dapat dilakukan secara monolog maupun dialog. Dalam berimprovisasi melalui bermain peran, Saudara harus memperhatikan beberapa unsur, yaitu karena dalam bermain peran kita biasanya berbicara, dan memainkan ekspresi wajah maka dalam bergerak Saudara harus hati-hati dan jangan terlalu terbawa oleh kata-kata yang terucap. Oleh karena kalau hal ini terjadi, gerak yang ditimbulkan akan lebih cenderung ke gerak-gerak pantomim. Jika Saudara bermain peran dengan dialog, di situ pasti ada peran protagonis dan antagonis. Di sini Saudara harus lebih hati-hati lagi karena dalam berdialog akan cenderung lebih banyak menggunakan kata-kata dan geraknya tidak banyak diperhatikan. Dalam bermain peran, Saudara dapat mengambil cerita yang sudah ada, atau membuat sendiri. Dalam kegiatan ini cobalah Saudara menggunakan perubahan ekspresi wajah untuk memperjelas perwatakannya dan juga maksud yang disampaikan. Dalam pembelajaran tari di sekolah, improvisasi bermain peran ini merupakan pengembangan dari metode role palying dan sosiodrama.
LATIHAN Untuk memperkuat pemahaman saudara cobalah kerjakan latihan berikut ini 1 Jelaskan manfaat dan fungsi penggunaan metode Group Work dan Collective
Painting dalam pembelajaran seni rupa.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.26 2 Jelaskan tiga pendekatan pembelajaran dalam pendidikan musik. 3 Jelaskan peran metode eksplorasi dalam pembelajaran tari di sekolah
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN Baca kembali materi metode kerja kelompok dalam pembelajaran seni rupa, pendekatan dalam pembelajaran musik dan metode eksplorasi dalam pembelajaran tari yang terdapat dalam sub unit ini. Diskusikan jawaban saudara dengan rekan dan tutor saudara.
RANGKUMAN Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara atau teknik belajar-mengajar yang sistematis yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penggunaanya seorang sguru harus memperhatikan beberapa persyaratan yaitu pertama, Metode pembelajaran yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat, atau gairah belajar siswa serta menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa. Kedua, Metode pembelajaran yang dipergunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya, merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi (perubahan). Metode ini seyogianya dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi. Ketiga, Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat meminimalisir penyajian yang bersifat verbalitas dan menggantinya dengan pengalaman atau situasi yang nyata dan bertujuan. Metode ini diusahakan dapat juga menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan cara bekerja yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Metode pembalajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran seni rupa sangatlah beragam, namun secara garis besar dari ragam metode yang ada dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pembelajaran teoretik dan metode untuk pembelajaran praktek. Adapun secara khusus, dalam pembelajaran seni rupa, De
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.27 Francesco (1958) membagi metode mengajar pendidikan seni rupa menjadi empat buah yaitu, Pengajaran Langsung (Directed Teaching), Ekspresi bebas (Free
Expession), Pengajaran Inti (Core Teaching) dan Pengajaran berkorelasi
(Correlated Teaching). Dalam pembelajaran praktek seni rupa dikenal beberapa metode khusus yaitu metode Ekspresi Bebas, metode Kerja Cipta, metode Demonstrasi-Eksperimen, metode Mencontoh, metode Stick figur, metode Global, dan metode Kerja Kelompok. Dalam pembelajaran tari dan musik kita juga dapat menggunakan metodemetode yang umumnya digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran lain seperti Metode Suruhan, Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi), Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode Karyawisata (Study Tour), Metode Discovery-Inquiry dan Metode Role Playing. Dalam pembelajaran musik dan tari guru dapat mengembangkan metode-metode pembelajaran di atas sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran musik dan tari. Dalam pembelajaran pendidikan musik kita mengenal tiga pendekatan pembelajaran yaitu dengan mendengarkan musik, menyanyi dan bermusik menggunakan instrumen sederhana. Metode yang digunakan dalam pembelajaran penataan tari bisa sangat bervariasi. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses penggarapan, antara lain eksplorasi, improvisasi. stilisasi. seleksi/evaluasi, dan forming/ penggabungan. Dalam pembelajaran tari di sekolah, aspek eksplorasi dan improvisasi sangat cocok untuk diterapkan pada siswa dengan berbagai variasi metodenya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Eksplorasi atau penjajagan merupakan proses berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespons suatu objek untuk dijadikan bahan dalam karya tari. Jika kita ingin memproduksi atau menata sebuah tarian untuk siswa, kita harus memulainya dengan bereksplorasi. Pada langkah percobaan ini pembentukan gerak diawali dengan melatih rangsang gerak estetis terhadap berbagai hal yang ada di sekitar kita. Rangsang dalam tari dapat berupa rangsang visual atau
pandang, rangsang auditif atau rangsang dengar, rangsang gagasan, rangsang
rabaan dan rangsang kinestetik.
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.28 Berbagai rangsangan ini kita gunakan dalam bereksplorasi untuk menciptakan atau mengkreasi gerak. Eksplorasi gerak tersebut kita peroleh melalui berbagai sumber seperti eksplorasi melalui lingkungan alam, eksplorasi
melalui hewan, eksplorasi melalui buku cerita, dan eksplorasi melalui lingkungan
sekitar. Setelah melatih rangsang estetis melalui eksplorasi maka gerak hasil eksplorasi itu harus benar-benar diaktifkan untuk menanggapi kesan-kesan yang telah diperoleh, kemudian diproyeksikan dalam bentuk gerak tari. Improvisasi merupakan suatu kegiatan pokok dalam proses berkarya tari. Ciri khas dari kegiatan ini adalah gerakan-gerakan yang spontan. Menemukan gerak-gerak secara kebetulan adalah awal dari suatu pengembangan kemampuan refleksi tubuh. Dalam pembelajaran tari di sekolah, improvisasi ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kreativitas dan daya imajinasi anak. Beberapa jenis inprovisasi yang bisa kita gunakan dalam pembelajaran tari ini diantaranya adalah Improvisasi melalui properti/alat, lmprovisasi melalui
suara lingkunan, Improvisasi melalui suara musik, dan Improvisasi melalui
Bermain Peran
TEST FORMATIF 2
Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan 1. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang .................belajarmengajar yang sistematis yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur dalam mencapai tujuan pembelajaran. a. ilmu b. cara atau teknik c. filosofi d. keterampilan 2. Metode pembalajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran seni rupa sangatlah beragam, namun secara garis besar dari ragam metode yang ada dibagi menjadi dua, yaitu metode untuk pembelajaran ....... a. teoritik dan praktek b. praktek dan apresiasi c. apresiasi dan kritik d. apresiasi dan kreasi 3. Secara khusus, dalam pembelajaran seni rupa, De Francesco (1958) membagi metode mengajar pendidikan seni rupa menjadi empat buah diantaranya sebagai berikut. Kecuali, ……..
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.29 a. Pengajaran Langsung
(Directed Teaching), b. Pengajaran Inti (Core
Teaching) c. Ekspresi bebas (Free Expession), d. Keterampilan Langsung (Direct
Skill) 4. Metode .......... pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. a. ekspresi bebas b. colective painting c. group work d. mencontoh 5. Hingga sekarang keahadiran metode ini masih tetap populer dalam lapangan pendidikan sebagai mertode untuk menyampaikan berbagai jenis kegiatan kesenirupaan terutama jenis kegiatan motorik. Metode yang dimaksud adalah metode…… a. mencontoh b. menjiplak c. eksperimen d. demonstrasi 6. Alat berikut ini dapat digunakan dalam pembelajaran seni rupa menggunakan metode mencontoh. a. lasergraph b. jangka ukur c. pantograph d. thermofax 7. Dalam pembelajaran pendidikan musik kita mengenal tiga pendekatan pembelajaran yaitu dengan........... a. mendengarkan bunyi, menyanyi dan bermusik menggunakan instrumen tradisional b. mendengarkan lagu, menari dan bermusik menggunakan instrumen sederhana c. mendengarkan musik, menyanyi dan bermusik menggunakan instrumen pukul d. mendengarkan musik, menyanyi dan bermusik menggunakan instrumen sederhana 8. Sebelum mengadakan kegiatan bernyanyi, tentukanlah terlebih dahulu tangga nada lagu yang disesuaikan dengan ............ anak-anak a. wilayah suara b. tubuh c. umur d. pendidikan 9. Rangsang …….. adalah ide atau gagasan yang timbul dari benda yang kita lihat a. model b. benda c. visual d. aural 10. Rangsang………., disebut juga rangsang gerak, yaitu rangsang yang ditimbulkan oleh gerak atau frase gerak tertentu. a. Aditif b. Analitik c. Kinestetik d. Eklektik Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Unit ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Sub unit 1 ini. Rumus: Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100%
Unit 11-Sub Unit 2 11.2.30 10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Sub Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Sub Unit ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.1
Sub UNIT3
STRATEGI PEMBELAJARAN SENI
DI SEKOLAH DASAR Salah satu fungsi sekolah dasar sebagai sarana sosialisasi bagi para siswanya, tempat membina lulusannya untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan kemampuan lainnya. Kemampuan yang dimilikinya ini bermanfaat untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan saat ini dan masa mendatang. Hal tersebut sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan sekolah dasar yang mencakup peningkatan motivasi siswa untuk meneruskan belajar pada jenjang yang lebih tinggi, memperoleh dasar keterampilan, pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi siswa, serta mengolah emosi siswa agar memperoleh kematangan guna mewujudkan kesiapan belajar. Pengembangan program pendidikan di sekolah dasar tidak saja memperhatikan kebutuhan siswa secara individual dan kelompok tetapi juga kebutuhan masyarakatnya. Dengan demikian pendekatan belajar melalui materi muatan lokal perlu dikembangkan selain muatan inti program. Proses pembelajaran di sekolah dasar lebih menekankan pada penemuan fakta, gejala dan konsep-konsep tertentu. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan induktif, siswa belajar melalui pengalaman empirik. Dengan pembelajaran melalui cara tersebut, pengamatan, interpretasi, perkiraan, eksperimen, serta penerapan kosepkonsep yang terkait dengan kebutuhan dalam kehidupan siswa akan memotivasi siswa untuk berbuat, mencari dan menemukan. Agar kemampuan siswa dapat dikembangkan secara optimal perlu dilatihkan berbagai model cara belajar. Cara belajar induktif melatih siswa untuk menjadi manusia yang kreatif dan inovatif. Sedangkan cara belajar deduktif melatih siswa menjadi logis dan kritis. Cara belajar yang baik adalah yang mampu mengaktifkan siswa untuk melatih kemandirian dan mengetahui hakekat belajar
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.2 yang sebenarnya. Berpikir kritis dan kreatif dapat meningkatkan berbagai kemampuan intelektual anak. Sikap kritis sangat dibutuhkan untuk mencari kebenaran fakta, teori dan konsep berdasarkan pembuktian yang logis. Selain itu berpikir kritis sangat diperlukan manusia untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan. Hanya orang yang kritislah yang dapat segera dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Guru dalam proses pembelajaran harus dapat menciptakan iklim belajar yang menantang siswa untuk berpikir kritis dan logis. Merupakan harapan, pendidikan mencapai hasil yang optimal, untuk kepentingan tersebut guru perlu menghayati perkembangan anak yang berkaitan dengan kemampuan dasar. Kemampuan dasar tersebut meliputi: kemampuan fisik, sensori-motorik, emosional, sosial, perseptual, intelektual dan kreativitas. Dengan demikian dalam menentukan materi, metoda, media dan pendekatan pembelajaran sangat perlu memperhatikan perkembangan kemampuan yang dimiliki siswa, agar hasil belajar siswa yang optimal dapat tercapai. Perlu diingat pula oleh para guru, bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Artinya anak suka bermain, atau bermain merupakan kebutuahan bagi anak. Bila anak diajak belajar melalui kebutuhannya dan sesuatu yang disukainya anak akan menjadi senang belajar. Dengan modal kesenangan inilah, harapan pengajaran yang optimal dapat diraih. Melalui bermain anak belajar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap serta kemampuan lainnya. Bermain bersipat menyenangkan sehingga segala sesuatu yang diperoleh melalui bermain akan dirasakan menyenagkan dan sesuai dengan kebutuhan anak, serta membekas pada diri anak sehingga hasil belajar tidak mudah dilupakan. Mata pelajaran yang sesuai dengan pendekatan bermain ini diantaranya melalui pembelajaran kerajinan tangan dan kesenian, yang dalam kurikulum tahun 2006 disebut mata pelajaran seni dan budaya. Bukan berarti bahwa bahwa pembelajaran dengan pendekatan bermain hanya cocok untuk mata pelajaran kesenian saja, mata pelajaran lainpun sangat mungkin dapat disampaikan melalui pendekatan bermain yang disukai anak. Bila guru dapat mengemas pembelajaran
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.3 di sekolah dasar dengan pendekatan bermain, niscaya pembelajaran di sekolah dasar menjadi pembelajaran yang digandrungi para siswanya. Proses pembelajaran pendidikan seni termasuk di dalamnya pendidikan seni rupa harus lebih memperhatikan kepentingan/kebutuhan peserta didik. Materi yang diajarkan harus dirasakan merupakan kebutuhan individu anak. Juga harus diingat bahwa materi yang dikembangkan harus dapat mengembangkan secara optimal potensi anak. Pernyataan di atas sebagai landasan yang memperkuat sehingga pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pendekatan terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang lebih mengutamakan kebermaknaan materi pelajaran bagi siswa. Seperti yang dikemukakan Kamaril dalam Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan bahwa: “Dalam Pembelajaran terpadu digunakan tema atau topik tertentu sebagai pusat minat siswa. Pusat minat ini merupakan pengikat keterpaduan untuk membentuk suatu konsep yang bermakna dan relevan dengan konsep yang ditentukan” (Bredekamp dalam Kamaril, 1999: 1.43).
A. KONSEP PERENCANA PEMBELAJARAN SENI TERPADU Topik/tema dapat dijadikan sebagai dasar pusat minat anak, sehingga topik menjadi motivasi dalam pembelajaran. Untuk memilih atau menentukan topik ini, harus dipertimbangkan bersumber dari masalah yang dekat dengan dunia siswa dan menarik baginya, atau bersumber dari kegiatan sehari-hari siswa. Pembelajaran terpadu dimaksudkan untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Bermakna artinya berguna bagi siswa baik untuk masa sekarang atau dimasa yang akan datang. Untuk apa sekarang siswa belajar seni. Jawabannya bahwa siswa dengan belajar seni menjadi gembira, suka cita, tidak murung, merupakan pelajaran yang disenangi, karena pembelajaran seni nyak memberi kebebasan. Bila jawabannya, kebalikan dari pernyataan di atas, maka guru harus mencari penyebabnya. Apakah penyebabnya datang dari siswa sendiri atau justru datang dari guru. Selanjutnya guru harus memperbaikinya sehingga pembelajaran seni menjadi menyenangkan.
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.4
A. Pembelajaran Terpadu sebagai Pilihan Pembelajaran Seni Rupa Seni rupa, seni musik, seni tari dan seni drama/teater, merupakan sub bidang studi yang terpadu dalam Kesenian. Karakter bidang kesenian memiliki persamaan secara umum, seperti dalam bidang kesenian adanya kegiatan penciptaan, apresiasi, kreativitas. Karena adanya persamaan matra substansial inilah sehingga sub bidang studi ini terpadu. Setiap jenis seni memiliki kesamaan tujuan dan matra substansial yang sama, ialah mengolah kesadaran estetis melalui kegiatan apresiasi atau kegiatan berolah seni. Pendidikan seni memotivasi untuk berlatih, kreativitas dalam berkarya, yang mungkin sulit/tidak dijumpai dalam bidang studi lain. Kebebasan berekspresi kreatif sangat mungkin muncul tanpa ada ketentuan yang mengikat. Itulah yang menyebabkan pembelajaran seni disenangi siswa. Tujuan pendekatan terpadu dalam pembelajaran seni adalah mewujudkan kebermaknaan aktivitas seni bagi anak. Oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
o Matra-matra substansial seni sebagai sebagai pengikat dalam pendidikan yang berkaitan dengan kurikulum.
o Pengembangan berbagai konsep seni yang berkaitan dengan matra-matra substansial seni sebaiknya dilakukan secara terpadu. Khususnya bagi jenjang sekolah dasar matra apresiasi, kreativitas, dan keterampilan lebih diutamakan, kemudian pengetahuan.
o Jangan memaksa memadukan seluruh bidang studi dalam mengembangkan suatu konsep, yang penting pembelajaran bermakna bagi siswa.
o Jangan memaksa memaksakan memadukan seluruh matra substansial seni dalam mengembangkan suatu konsep, yang penting pembelajaran bermakna bagi siswa, dan sesuai dengan kurikulum (Kamaril, 1999). Konsep tersebut di atas sesuai dengan pembelajaran seni rupa. Dalam pembelajaran seni rupa selalu adanya kegiatan berkarya, mencipta, meniru, berekspresi, merupakan kegiatan yang selalu terjadi dalam proses pembelajaran. Kreativitas terbina dan terbiasa dilakukan dalam proses pembelajaran yang memberi kebebasan berekspresi, karena guru yang mengajar seni rupa tidak
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.5 menginginkan bahwa karya siswa selalu harus sama dengan karya gurunya. Belajar mengapresiasi; menghargai karya sendiri atau orang lain, mempelajari karya merupakan dasar dalam pembelajaran seni rupa. Matra substansial karya seni rupa seperti unsur karya, prinsip, pengelompokkan karya seni rupa dapat dijadikan sebagai konsep esensial dalam pendidikan seni rupa yang terpadu. Matra substansial dapat dijadikan sebagai konsep yang memadukan pembelajaran, selain konsep tema yang menarik, atau kejadian penting yang terjadi di lingkungan anak. Kesimpulannya bahwa pembelajaran seni rupa dapat disampaikan dengan pendekatan terpadu atas dasar matra substansial seni rupa, atau terpadu dengan bidang studi lain yang memiliki matra substansial yang sama, juga dapat disampaikan dengan kata lain bahwa pendidikan seni rupa dapat disampaikan melalui pendekatan terkait, erjala, dan terpadu. Dalam menyampaikan materi pelajaran di sekolah guru memiliki otonomi penuh. Artinya guru dapat dengan bebas menentunkan kebijakan sendiri. Guru dapat dengan leluasa menentukan pendekatan, metode, media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Namun demikian tidak bisa semena-mena memberikan materi, materi yang akan diberikanan harus disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku, guru masih memiliki peluang untuk mengembangkan kurikulum. Guru mengembangkan kurikulum disesuaikan dengan berbagai pertimbangan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan materi pelajaran antara lain:
1. Siswa Menentukan materi disesuaikan dengan keadaan siswa, mempertimbangkan, jenjang pendidikan orang tua, usia jenjang kelas, lingkungan social, keadaan ekonomi siswa. Tingkat kesulitan pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa, berkaitan juga dengan keselamatan kerja. Guru harus cermat dalam menentukan alat yang akan digunakan oleh anak, alat yang berbahaya seperti pisau,cutter, jarum, gunting, bila itu digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus digunakan secara tepat penuh perhatian san kecermatan dalam
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.6 pengawasan dari guru. Dihadapan seorang guru siswa harus diberi perlakuan sama tidak dibedakan, karena pandai, karena anak orang kaya, karena anak pejabat dan sebagainya. Siswa harus mendapat pelayanan yang sama dari guru baik dalam kepentingan akademik atau kepentingan lainnya.
2. Guru Guru memiliki kemampuan yang optimal tentang materi yang diajarkan. Bila kemampuan optimal belum dimiliki guru harus mencari solusinya dengan cara memahirkan dirinya, mungkin belajar sendiri, atau belajar melalui jalur formal, sebelum melakukan pembelajaran. Tidak mungkin guru mengajar dengan hasil baik kalau kemampuan yang dimiliki tentang materi yang akan diajarkan kurang dikuasai. Guru sekolah dasar bukan guru bidang studi atau sekaligus bukan guru seni. Namun, guru sekolah dasar adalah guru borongan yang mengajar berbagai mata pelajaran. Dengan demikian, guru sekolah dasar pada saat mengajar salah satu mata pelajaran yang disampaikan, menjadi guru bidang studi yang disampaikannya. Alhasil guru sekolah dasar dalam batas-batas tertentu harus memahami kompetensi apa yang paling esensial yang harus diketahui, dipahami, dan diaplikasikan dalam proses pembelajaran bidang studi tertentu. Karakteristik mata pelajaran akan memiliki dampak yang berbeda terhadap sub unit , metoda, pendekatan, media, evaluasi. Secara khusus, guru seni perlu memiliki kompetensi pedagogik. Pedagogik. Sugeng Syukur, Dkk (2005) menjelaskan bahwa: Standar Kompetensi Pedagogik Guru Seni adalah memiliki kemampuan mengelola peserta didik yang meliputi: pengetahuan dan pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran peserta didik, evaluasi hasil belajar, penelitian kelas, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kemampuan pengetahuan guru tentang penyusunan rencana pembelajaran meliputi, konsep dasar dan pengertian kurikulum, isi dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, konsep dasar dan pengertian perencanaan pembelajaran, dimensi-dimensi perencanaan pembelajaran, manfaat perencanaan
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.7 pembelajaran, desain pembelajaran, hakikat silabus, dan komponen-komponen silabus.
3. Lingkungan Guru harus mentukan materi pelajaran disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah. Misalnya, menentukan bahan untuk berkarya harus memilih yang mudah diperoleh ditempat sekolah berada. Lingkungan sekolah dapat dibedakan atas dasar; desa, kota, pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, pantai, dan sebagainya
4. Fasilitas Guru menentukan materi pelajaran disesuaikan dengan fasilitas yang dimiliki sekolah. Fasilitas yang ada sangat berkaitan dengan kreativitas guru untuk memanfaatkannya. Guru dalam pembelajaran harus pandai menggunakan media dengan mengandalkan fasilitas yang ada di sekolah. Selanjutnya dalam unit ini akan disajikan model pembelajaran terpadu, dengan pertimbangan bahwa model ini cocok digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan seni rupa di jenjang sekolah dasar.
B. Konsep Model Pembelajaran Terpadu. Tujuan pembelajaran Seni rupa dengan model pembelajaran terpadu dengan maksud agar potensi anak berkembang secara optimal, maka untuk penyajiannya perlu berorientasi pada kebutuhan hidup anak secara individual dan materi pelajaran terasa bermakna bagi kehidupan anak. Siswa SD memiliki karakteristik melihat dunia secara holistik, memiliki minat, kemampuan dan cara belajar yang spesifik, oleh karena itu pembelajaran pendidikan seni di sekolah dasar dipandang tepat bila menggunakan model pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu merupakan suatu penyelenggaraan dari pendidikan terpadu. Dalam pembelajaran terpadu digunakan tema atau topik tertentu sebagai pusat minat siswa. Pusat minat ini merupakan pengikat keterpaduan untuk membentuk suatu konsep yang bermakna dan relevan dengan topik yang ditentukan (Bredekamp, dalam Kamaril, 1999: 1.43). Pusat minat, tema adalah sebagai inti kajian dalam menentukan topiktopik materi pembelajaran. Dalam menentukan topik kajian sebaiknya guru
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.8 mengajak siswa untuk mencari topik dari konsep esensial maupun masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari hari. Bagaimana model terpadu dalam pembelajaran seni rupa? Selanjutnya dalam unit ini akan diuaraikan berbagai model pembelajaran terpadu, adalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran Terkait. Model pembelajaran terkait merupakan model pembelajaran terpadu yang paling sederhana, dikatakan demikian karena hanya menekankan hubungan matra substansial yang ada dalam suatu bidang studi. Dalam pelaksanaan model pembelajaran seni rupa dapat menghubungkan seluruh matra substansian yang ada atau sebagian. Jenis model pembelajaran terkait dalam seni rupa dan kerajinan tangan atau seni musik, seni tari/gerak dapat dilaksanakan dalam dua model: a) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan sebagian matra substansial. b) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan seluruh matra substansial seni. Yang dimaksud dengan model pembelajaran seni rupa terkait ini adalah upaya untuk memadukan berbagai materi atau sub materi yang terdapat dalam pendidikan seni rupa. Untuk Lebih jelasnya dapat diamati dan dipelajari dalam diagram di bawah ini:
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.9 Konsep model pembelajaran seni rupa terkait Sumber: (Kamaril: 1999: 6.36) Pokok bahasan Pendidikan Seni Rupa diantaranya: unsur seni, prinsip seni dan berolah seni, selain pokok bahasan yang lainnya. Dalam suatu penyajian pembelajaran seni rupa dengan menggunakan model pembelajaran terkait, maka ketiga pokok bahasan tersebut di atas disampaikan sekaligus dalam satu penyajian, dengan maksud agar terasa oleh peserta didik tentang makna dari pendidikan seni rupa. Dalam penyampaian pembelajaran harus dibuat agar terasa keterkaitan antara setiap sub pokok bahasan, atau dengan kata lain fokus , topik, merupakan sebagai pusat kendali dalam pembelajaran.
2. Model Pembelajaran Terpadu dalam Rumpun Pendidikan Seni (Terjala) Bila dikatakan bahwa pendidikan seni merupakan sebuah rumpun, maka seni rupa, seni tari musik dan drama adalah cabang atau rantingnya. Model pembelajaran Terpadu ini menekankan pada hubungan antara dua atau lebih mata pelajaran melalui tema atau topik (Fogiarty, dalam Kamaril, 1999: 6.17) Pelaksanakan pembelajaran model terjala dapat dilaksanakan secara terpadu, dengan memadukan seluruh atau sebagian dari bidang studi yang ada dalam satu rumpun. Sebagai contoh memadukan pelajaran seni rupa dan seni musik, atau memadukan seni rupa, seni musik, seni tari dan seni drama, dengan mendukung satu topik/tema/inti kajian yang sama. Topik kajian harus dipilih yang erat kaitannya dengan bidang studi yang mendukung. Tema atau konsep dalam model terjala ini merupakan fokus konsep yang dikembangkan dari berbagai sudut pandang konsep, prinsip, atau ketrampilan dari berbagai bidang studi yang dipadukan. Dengan demikian Model Pembelajaran Terjala terpadu antar bidang seni (seni rupa dengan seni musik atau seni rupa dengan seni tari, atau seni musik dengan seni tari), sehingga dapat memunculkan dua model keterpaduan, ialah: a) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan sebagian bidang seni. b) Model Pembelajaran Kesenian Terpadu berdasarkan seluruh bidang seni.
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.10 Selain itu pemilihan tema harus disesuaikan dengan mempertimbangkan usia, jenjang sekolah, serta kegiatan atau kejadian yang menarik bagi siswa. Pendekatan belajar yang didukung atau diawali dari tema ini dikenal dengan sebutan pendekatan tematik. Untuk memberi gambaran yang jelas tentang model pembelajaran terjala, sebagai contoh kita menetapkan satu topik kajian misalnya “Kriya Bambu”. Bertitik tolak dari tema/ topik tersebut dipikirkan kaitannya dengan bidang studi musik, tari, seni rupa dan kerajinan. Bidang studi seni musik mempelajari jenis alat musik yang terbuat dari bamboo dan cara memainkannya. Bidang studi seni tari misalnya latihan menari dengan menggunakan perlengkapan bambu. Bidang studi seni rupa, mengajak siswa untuk mempelajari karya seni yang terbuat dari bambu. Sedangkan dari bidang studi kerajinan tangan, misalnya dengan mengajak siswa untuk mempelajari alat kebutuhan hidup yang terbuat dari bambu. Seandainya memungkinkan siswa diajak untuk membuat karya dengan cara meniru dan mengembangkannya, dengan membuat karya baru yang terbuat dari bambu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar bagan di bawah ini. Model Pembelajaran Terjala Intra/Antar Bidang Seni
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.11 Keterjalaan Intra/Antar Bidang Seni (Alternatif 1)
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.12 Keterjalaan Intra/Antar Bidang Seni (Alternatif 2)
2. Model Pembelajaran Terpadu Penuh (integreted) Model Pembelajaran Terpadu dalam Mata Pelajaran Seni, keterpaduan dapat terjadi inter bidang seni dengan bidang studi lain yang ada di sekolah dasar. Ada dua model pembelajaran terpadu: a. Model Pembelajaran Terpadu Seni sebagai Pangkal Pembelajaran. Keterpaduan dapat terjadi antar bidang seni, tetapi dapat juga terjadi dengan bidang studi lain di luar bidang studi seni, seperti keterpaduan terjadi antara bidang studi seni dengan bidang studi IPA, Matematika, IPS, Bahasa, Agama dan yang lainnya. Dalam pembelajaran terpadu bidang studi seni sebagai
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.13 pangkal pembelajaran, maka konsep-konsep esensial seni yang akan disampaikan sedangkan bidang studi lain dimanfaatkan untuk mendukung bidang seni. b. Model Pembelajaran Terpadu Seni sebagai Pendukung Pembelajaran. Apabila pendidikan seni berfungsi sebagai pendukung, maka konsepkonsep esensial mata pelajaran lain yang akan disampaikan, didukung oleh bidang studi seni. Atau dengan kata lain, konsep-konsep bidang seni mendukung konsepkonsep bidang studi yang lain. Bila kedudukan bidang seni sebagai pangkal pembelajaran maka pendidikan seni dapat bersifat utuh yang meliputi nseluruh bidangh seni, sedangkan bila seni sebagai pendukung pembelajaran terpadu, maka pendidikan seni itu bisa bersifat utuh, sebagian, atau terpisah, tergantung kebutuhan konsep yang didukung. Agar keterpaduan antara bidang pendidikan seni dengan mata pelajaran lain dapat terwujud secara substansial maka perlu memperhatikan: a) Berbagai matra optimal seni berikut aspek-aspeknya. b) Berbagai peran seni yang meliputi seni sebagai media ekspresi, komunikasi, bermain, pengembangan bakat, dan media pendidikan. c) Berbagai jenis seni serta karakteristiknya.
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.14 Keterjalaan Inter Bidang Studi Alternatif 1
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.15 Keterjalaan Inter Bidang Studi Alternatif 2
(Sumber: Kamaril, 1999: 6.21)
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.16
LATIHAN Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan Anda mengerjakan latihan ini 1. Apa yang dimaksud model pembelajaran seni terpadu di sekolah dasar? 2. Apa yang melandasi penerapan model seni terpadu? 3. Uraikan perbedaan konsep model pembelajaran terpadu (terkait, terjala, dan terpadu penuh) 4. Berikan contoh penerapan konsep model pembelajaran terpadu (terkait, terjala, dan terpadu penuh)
PETUNJUK JAWABAN LATIHAN Baca kembali uraian dalam bahan ajar cetak ini dengan seksama, perkaya pemahaman saudara dengan sumber belajar lain yang dianjurkan tentang model pembelajaran terpadu. Diskusikan dengan teman saudara berbagai alternatif tema yang dapat digunakan untuk masing-masing model terpadu. Lakukan simulasi untuk memudahkan pemahaman saudara berkaitan dengan model pembelajaran tersebut.
RANGKUMAN Mata pelajaran seni rupa, seni tari, seni musik memiliki kesamaan matra substansi sehingga sub bidang studi ini terpadu. Atas dasar kesamaan tersebut maka rencana model pembelajaran terpadu bias dilakukan dengan model terkait. Peta konsep disusun berdasarkan model pembelajaran terpadu yang akan dirancang. Model terkait disusun dalam bentuk peta konsep bidang kajian atau mata pelajaran. Telaah kurikulum menghasilkan peta konsep dalam pembelajaran terpadu. Peta konsep agar menghasilkan pembelajaran yang optimal perlu dirancang atau disusun bersama, oleh tim guru yang terdiri dari guru kelas atau guru bidang studi. Konsep pemetaan akan dipengaruhi oleh karakteristik siswa, yang meliputi; kemampuan, fisik, intelektual, emosional, sosial, keterampilan, kreativitas, kepekaan estetis dan sebagainya. Aspek tema/topik sebagi minat siswa merupakan pangkal keterpaduan dalam mata pelajaran seni rupa, mata pelajaran yang serumun maupun dengan mata pelajaran lain. Keterpaduan dalam satu mata pelajaran merupakan model pembelajaran terkait, keterpaduan dengan mata pelajaran serumpun dengan menggunakan tematik/fokuskajian merupakan model terjala dari dua tau ebih mata pelajaran, dan keterpaduan dengan mata pelajaran lainnya berdasarkan tema
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.17 atau fokusyang diangkat dari adanya tumpang tindih; konsep, prinsip, keterampilan dan sikap dalam kurikulum dari berbagai mata pelajaran yang berbeda merupakan model pembelajaran terpadu penuh.
TES FORMATIF 3
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memilih a, b, c, atau d
pada jawaban yang paling benar. 1. Mata pelajaran seni rupa, tari, dan musik memiliki persamaan matra substansial sehingga sub bidang studi ini terpadu. Persamaan yang dimaksud adalah …. a. penciptaan, apresiasi, kreativitas b. gagasan, apresiasi, kreativitas c. penciptaan , apresiasi, gagasan
d. penciptaan, apresiasi, penilaian 2. Hal yang perlu diperhatikan dalam pendekatan terpadu dalam pembelajaran seni adalah adalah……, kecuali: a. Matra-matra substansial seni sebagai sebagai pengikat dalam pendidikan yang berkaitan dengan kurikulum. b. Jangan memaksa memadukan seluruh bidang studi dalam mengembangkan suatu konsep, yang penting pembelajaran bermakna bagi siswa. c. Jangan memaksa memaksakan memadukan seluruh matra substansial seni dalam mengembangkan suatu konsep, yang penting pembelajaran bermakna bagi siswa, dan sesuai dengan kurikulum. d. Pengembangan berbagai konsep seni berkaitan dengan matra substansial seni dapat disusun secara terpisah. 3. Model pembelajaran …. merupakan model pembelajaran terpadu yang menekankan hubungan matra substansial yang ada dalam satu bidang studi. a. terkait b. terjala c. terpadu
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.18 d. terhubung 4. Penerapan model pembelajaran terjala dapat dilakukan antara seni rupa, seni tari, seni musik dan seni drama dalam mendukung…yang sama. a. tujuan b. tema c. materi d. konsep 5. Seorang guru melakukan bimbingan terhadap siswa dalam menampilkan pagelaran seni “Lutung Kasarung” di dalam kelas. Guru membagi siswa menjadi tiga kelompok, ada siswa yang menari, siswa yang membuat kostum tari, dan siswa lainnya mengaransir musik pengiring tari. Model pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut merupakan penerapan konsep model pembelajaran… a. terkait b. terjala c. terpadu d. terhubung 6. Peristiwa “gempa bumi” dapat menjadi tema pembelajaran di sekolah dasar. Peristiwa itu dapat dikaji dari IPA, Bahasa, Seni Rupa, dan Matematika. Model pembelajaran tersebut merupakan model …. a. terkait b. terjala c. terpadu d. terhubung 7. Pilih pernyataan di bawah ini yang mendukung konsep pembelajaran terpadu. a. Pembelajaran terpadu lebih mengutamakan pada tercapainya matra substansial dari bidang kajian. b. Mengutamakan kerja sama siswa dalam proses belajar, sehingga terjalin hubungan yang baik antar siswa. c. Mengutamakan materi pembelajaran yang tersusun secara sitematis berdasarkan mata pelajaran.
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.19 d. Hasil belajar diharapkan mengutamakan kebermaknaan yang secara langsung dirasakan siswa. 8. Pendekatan tematik dalam pembelajaran di sekolah dasar ditentukan atas dasar pertimbangan…, kecuali: a. Menarik bagi siswa. b. Ditetapkan atas dasar pertimbangan guru. c. Bersumber dari kegiatan sehari-hari. d. Bertema yang memupuk Nasionalisme. 9. Materi pembelajaran harus mengacu pada kebutuhan peserta didik. Pernyataan yang sesuai dengan pernyataan ini adalah: a. Sesuai dengan kepentingan perkembangan peserta didik. b. Pembelajaran tidak sesuai dengan kurikulum yang berlaku. c. Tidak mungkin dilaksanakan karena anak memiliki kebutuhan yang berbeda. d. Karena mementingkan kepentingan anak tujuan pembelajaran tidak jelas. 10. Menurut Bredekamp, Tema diperlukan dalam program pembelajaran terpadu dengan alasan: a. Tema/topik yang menentukan tujuan pembelajaran b. Tema/topik untuk mengarahkan sub unit c. Tema/topik sebagai pusat minat bagi siswa. d. Tema/topik menunjang kurikulum. Cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban yang tersedia dia akhir Sub Unit 3, kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi sub unit 3 ini. Rumus: Tingkat penguasaan= Jumlah jawaban Anda yang benar x 100% 10 arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.20 90 –100% = baik sekali 80 – 89% = baik 70 – 70% = cukup < 70% = kurang Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Unit selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi sub unit 3 ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai.
DAFTAR PUSTAKA Sumanto, (2006), Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah
Dasar,Jakarta: Depdiknas-Dirjendikti-Direktorat Ketenagaan. Syafii, dkk, (2006), Materi Pokok, Materi dan Pembelajaran Kertakes SD, Jakarta: Universitas Terbuka Tanjung, Husni Wardi dan Kamtini, (2006), Berkreativitas Melalui Kerajinan
Tangan dan Kesenian di Sekolah Dasar,Jakarta: Depdiknas-DirjendiktiDirektorat Ketenagaan. Tarjo, Enday, (et.al), (2005) Seni Rupa dan Kerajinan, Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FPBS- UPI Tocharman, Maman, dkk, (2006) Kajian Lanjutan Pembelajaran Seni Rupa, Bandung: UPI Press ____________________, (2006) Pendidikan Seni Rupa, Bandung: UPI Press Tumurang, Hetty, (2006), Pembelajaran Kreativitas Anak Sekolah Dasar,Jakarta: Depdiknas-Dirjendikti-Direktorat Ketenagaan.
Unit 11 -Sub Unit 3 11.3.21
Kunci Jawaban
Test Formatif 2
1. B
2. A
3. D
4. A
5. A
6. C
7. D
8. A
9. C
10. C
Test Formatif 3
1. A
2. D
3. A
4. B
5. B
6. C
7. A
8. A
9. A
10. B
Test Formatif 1
1. B
2. C
3. B
4. A
5. A
6. B
7. C
8. A
9. B
10. C

No comments:

Post a Comment